2.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat menimbulkan rasa takut anak terhadap perawatan gigi adalah orang tua dan lingkungan sosial. Rasa takut orang tua terhadap perawatan
gigi akan mempengaruhi rasa takut anak. Orang tua yang takut akan sering mencampuri perawatan gigi anaknya, sebagai contoh banyak bertanya tentang
prosedur yang akan dilakukan pada anaknya. Rasa takut orang tua di klinik akan menjadi gangguan bagi anak.
19,23
Penelitian yang dilakukan Berggren, Meynert dan Moore pada pasien odontophobia menunjukkan bahwa perilaku negatif keluarga
terhadap perawatan gigi akan menjadi alasan umum berkembangnya odontophobia.
19
Dalam kehidupan seorang anak, keluarga merupakan lingkungan sosial tempat perkembangan anak terjadi. Selain itu yang juga merupakan bagian dalam kehidupan
anak adalah lingkungan yang lebih luas seperti teman, pengaruh sekolah, keadaan lingkungan tempat tinggal dan ruang lingkup sosial lainnya.
21
Oleh karena itu kepercayaan anak terhadap dokter gigi juga dapat dipengaruhi langsung oleh orang
tua, teman, atau dari pernyataan orang lain serta melihat perilaku seseorang yang melakukan perawatan gigi.
22
Hal ini juga disampaikan oleh Shaw yang menemukan bahwa ibu anak yang merasa cemas atau takut terhadap perawatan gigi memiliki
pengalaman yang tidak menyenangkan dari perawatan gigi, artinya bahwa rasa takut ibu karena pengalamannya juga meningkatkan rasa takut anaknya terhadap perawatan
gigi.
11,22
Rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat disebabkan karena takut terhadap sesuatu yang belum diketahui pastinya.
Hal ini dapat disebabkan karena pernyataan kebanyakan orang yang berpandangan bahwa mengunjungi dokter gigi
adalah hal yang menakutkan. Hal ini penting diketahui dokter gigi karena dapat memberikan informasi yang akurat mengenai kemungkinan ketidaknyamanan
sebelum dilakukannya tindakan perawatan gigi.
19
2.3.3 Faktor Lingkungan Perawatan Gigi
Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab rasa takut terhadap perawatan gigi adalah rasa sakit. Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman tidak
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan jaringan atau oleh adanya ancaman kerusakan jaringan.
Adanya kesalahan dalam menafsirkan rasa sakit terhadap perawatan gigi akan membuat anak merasa cemas dan takut untuk
melakukan perawatan gigi. Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit
menimbulkan reaksi fisiologis dan psikologis untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, sehingga perilaku tidak kooperatif saat anak merasa sakit atau tidak nyaman
adalah suatu hal yang wajar.
19
Saat ini anggapan bahwa perawatan gigi akan menimbulkan rasa sakit akan membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Diberikannya anastesi atau bahan yang
dapat mengurangi rasa sakit, tidak dipastikan dapat mengurangi rasa takut anak terhadap rasa sakit. Anak-anak memiliki sifat yang cenderung untuk menghindari rasa
sakit, namun dokter gigi sering mengabaikan hal tersebut. Hal ini menjadi masalah utama bagi dokter gigi yang perlu diperhatikan agar tidak salah interpretasi tentang
rasa sakit yang menjadi penyebab rasa taku anak terhadap perawatan gigi.
8,19
Pemahaman anak terhadap rasa sakit ini bervariasi berhubungan dengan kemampuan kognitif, reaksi dan pemikiran anak terhadap stimuli yang bervariasi. Hal
ini juga dapat dipengaruhi oleh usia dan kematangan anak. Faktor tambahan lain seperti perkembangan sosio-emosional, keluarga, situasi sosial, dukungan orang tua,
dan hubungan dengan dokter gigi mempengaruhi bagaimana anak menghadapi stres, rasa sakit, dan ketidaknyamanan.
16
Penelitian yang dilakukan Kent menjelaskan bahwa ingatan mengenai rasa sakit yang ditimbulkan oleh perawatan gigi akan
terbentuk sampai waktu yang lama. Kent menemukan bahwa pasien dengan rasa cemas atau takut tinggi cenderung untuk terlalu menaksir rasa sakit yang akan
dirasakannya dari prosedur perawatan gigi. Selain itu ketika ditanyakan kembali tentang perawatan sebelumnya, mereka juga terlalu berlebihan dalam menceritakan
pengalaman rasa sakitnya. Rasa takut terhadap perawatan gigi juga dapat disebabkan karena petugas kesehatan gigi atau dokter gigi sendiri. Rasa takut ini dapat muncul
akibat hubungan yang tidak dekat antara dokter gigi dan pasien anak. Anak akan merasa terganggu dengan perasaan tersebut dan mengakibatkan anak merasa asing
dan takut. Interaksi dokter gigi dan pasien anak merupakan bagian yang penting
Universitas Sumatera Utara
dalam masalah kecemasan terhadap perawatan gigi. Penyebab rasa takut dapat juga akibat ucapan yang disampaikan dokter gigi pada pasiennya.
Komunikasi dengan anak dan orang tua yang baik sebelum dilakukannya perawatan juga dapat
mengurangi rasa takut terhadap perawatan gigi. Dokter gigi dapat menjelaskan secara sederhana prosedur perawatan yang akan dilakukan, hal ini agar anak tidak mengira-
ngira apa yang akan terjadi padanya selama perawatan dan tentunya dapat mengurangi rasa takut anak.
24
Hal lain yang juga dapat menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi adalah situasi dalam perawatan gigi. Anak sering merasa takut terhadap hal-hal yang
membuat mereka merasa tidak nyaman dalam perawatan. Sebagai contoh karena adanya perasaan asing selama perawatan gigi, seperti karena penggunaan sarung
tangan, masker dan pelindung mata oleh dokter gigi. Hal ini sering terjadi pada
prosedur restoratif yang memiliki potensi menimbulkan rasa takut karena melihat dokter gigi mengebur atau mendengar suara bur dokter gigi. Selain itu rasa takut juga
diakibatkan karena melihat jarum suntik dan adanya bau-bauan yang tidak enak dari bahan-bahan kedokteran gigi.
24
2.4 Akibat Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi