BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kunjungan pertama rasa takut terhadap alat dan prosedur paling tinggi adalah terhadap jarum suntik yaitu 93,5,
diikuti takut dokter gigi mengebur 88,3. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa jarum suntik dan bur akan menimbulkan rasa sakit. Akibat
mendengar pengalaman negatif orang tua atau teman mengenai rasa sakit yang diakibatkan oleh jarum suntik dan bur, akan membuat anak yang belum pernah
datang ke dokter gigi merasa takut terhadap jarum suntik dan bur.
19
Pada kunjungan pertama anak juga takut dimasukkan alat kedalam mulut 39, hal ini disebabkan
karena anak belum mengetahui pasti tindakan perawatan gigi yang akan diterimanya.
19
Rasa takut anak terhadap seseorang pada kunjungan pertama paling tinggi adalah takut disentuh orang yang tidak dikenal 32,5 dan diikuti takut dengan
dokter gigi 24,7. Hal ini mungkin disebabkan karena anak tidak terbiasa dengan orang yang baru dikenalnya dan karena adanya pengaruh orang tua atau teman yang
menakuti anak mengenai dokter gigi.
19
Pada kunjungan berulang secara umum rasa takut anak mulai berkurang. Rasa takut anak berkurang pada kunjungan berulang disebabkan karena anak sudah mulai
terbiasa dengan tindakan perawatan gigi dan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan perawatan gigi. Pengalaman yang baik mengenai perawatan gigi
juga akan mengurangi rasa takut anak terhadap perawatan gigi pada kunjungan berikutya.
19
Pada kunjungan berulang rasa takut anak terhadap alat dan prosedur hanya tinggi terhadap jarum suntik yaitu 51,8 dan diikuti dokter gigi mengebur
27,1, hal ini mungkin disebabkan karena adanya pengalaman tidak menyenangkan yang diterima anak akibat proses penyuntikan dan pengeburan pada kunjungan
sebelumnya sehingga anak masih takut terhadap jarum suntik dan bur. Untuk rasa takut anak terhadap seseorang pada kunjungan berulang hanya tinggi terhadap
disentuh orang yang tidak dikenal yaitu 27,2. Hal ini mungkin disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
anak masih tidak terbiasa dengan orang yang baru dikenalnya.
19
Selain itu, anak memiliki perasaan untuk selalu berhati-hati pada setiap orang yang baru dikenal,
sehingga anak tetap merasa takut disentuh orang yang tidak dikenal walaupun sering bertemu dengan orang yang baru dikenal.
Pada pasien anak kunjungan pertama, sebanyak 9,1 pasien anak memiliki tingkat rasa takut yang tinggi terhadap perawatan gigi. Pada kunjungan berulang rasa
takut berkurang, sehingga tidak ada lagi pasien anak yang memiliki tingkat rasa takut yang tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
kunjungan dengan tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada pasien anak di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan p=0,000 Tabel 4. Hasil penelitian
ini lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Raj et al di India yaitu 2,5 pasien anak kunjungan pertama memiliki tingkat rasa takut yang tinggi terhadap
perawatan gigi.
28
Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pelayanan di klinik Pedodonsia dengan di India, seperti tidak adanya penyediaan ruangan untuk
bermain anak sebelum perawatan gigi di klinik pedodonsia. Selain itu, rasa takut anak di klinik pedodonsia lebih tinggi mungkin disebabkan kurangnya penjelasan oleh
dokter gigi kepada anak mengenai tindakan yang akan dilakukan dalam perawatan gigi. Tingkat rasa takut pada pasien anak kunjungan pertama lebih tinggi daripada
kunjungan berulang mungkin disebabkan karena anak belum menyesuaikan diri dengan lingkungan perawatan gigi. Namun setelah kunjungan berulang rasa takut
pasien anak terhadap perawatan gigi akan berkurang. Pada kunjungan berulang anak sudah mulai terbiasa dan telah menyesuaikan diri terhadap pengalamannya.
11
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5,1 anak perempuan memiliki tingkat rasa takut yang tinggi terhadap perawatan gigi dan sebanyak 3,3 anak laki-
laki memiliki tingkat rasa takut yang tinggi terhadap perawatan gigi. Tingkat rasa takut pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hasil analisis
statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada pasien anak di klinik Pedodonsia
RSGMP FKG USU Medan p=0,012 Tabel 5. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hertanto yang menunjukkan tingkat rasa takut anak perempuan
Universitas Sumatera Utara
lebih tinggi dibanding anak laki-laki yaitu 18 pada anak perempuan dan 11 pada anak laki-laki.
29
Menurut Peretz hal ini mungkin disebabkan anak perempuan lebih cenderung mengungkapkan rasa takut dibandingkan laki-laki.
10
Selain itu, hal ini mungkin disebabkan karena anak perempuan lebih bersifat hati-hati, dan dibiasakan
untuk menceritakan hal yang dianggap menakutkan kepada orang tua. Sedangkan anak laki-laki dituntut untuk bersifat berani, sehingga ada perasaan malu jika orang
mengetahui dia merasa takut dan akan menyembunyikan rasa takutnya. Tinggkat rasa takut paling tinggi terhadap perawatan gigi adalah pada anak
usia 6-7 tahun yaitu sebanyak 10,6. Semakin bertambah usia anak, maka tingkat rasa takut semakin berkurang. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada pasien anak di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan p=0,000 Tabel 6.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Oba mengenai rasa takut anak usia 7-11 tahun terhadap perawatan gigi, yang menunjukkan tingkat rasa
takut paling tinggi adalah pada anak usia 7 tahun yaitu 31,37.
7
Hal ini disebabkan anak usia 6-7 tahun mempunyai emosi yang belum stabil karena kemampuannya
untuk mengendalikan diri belum seimbang. Selain itu komunikasi dengan anak 6-7 tahun lebih sulit dibandingkan anak yang usianya lebih tua. Dokter gigi perlu
menggunakan bahasa yang sederhana agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak.
25
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN