Tujuan Penilaian Kinerja Kinerja

35

B. Kerangka Konseptual dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh antara Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kinerja

Karyawan Konflik Pekerjaan-Keluarga merupakan hal yang sulit dihindari, terutama bagi karyawan yang sudah berkeluarga dan bekerja di luar rumah. Terjadinya konflik ini ketika adanya 2 pemenuhan tuntutan yaitu tuntutan keluarga dan tuntutan pekerjaan yang sama- sama harus diselesaikan namun karyawan dihadapkan dengan kemampuannya. Dengan masalah ini karyawan tidak dapat berkonsentrasi pada tugas pekerjaannya dan memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Indriyani, 2009 dalam Nurul Priyatnasari, Indar, Balqis mengungkapkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat wanita rumah sakit. Endang Ruswanti dan Ostevi Adolfin Jacobus, 2013 yang mengkaji tentang Konflik antara Pekerjaan dan Keluarga, Stress Kerja terhadap Kinerja Perawat Wanita pada Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Penelitian lain juga memperoleh hasil serupa dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Aminah Ahmad, 2008 dalam Anisah Amelia, 2010 hasil penelitiannya ditemukan adanya hubungan negatif, baik work-to-family conflict dan family-to-work 36 conflict dengan kinerja. Work-to-family conflict dan family-to-work conflict dapat menimbulkan rendahnya kinerja seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, maka maka hipotesis pertama pada penelitian ini adalah : H1 : Konflik Pekerjaan-Keluaraga berpengaruh negatif terhadap Kinerja karyawan.

2. Pengaruh

antara Konflik Pekerjaan-Keluaraga terhadap Kepuasan kerja Keinginan pindah tempat kerja yaitu keinginan seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya. Karyawan yang mengalami konflik pekerjaan-keluarga akan menyebabkan rendahnya kepuasan kerja karyawan sehingga dapat mengambil keputusan untuk berhenti bekerja. Sebagai contoh yaitu karyawan yang mengalami tekanan, depresi, mudah marah atau lelah strain-based conflict dalam menyeimbangkan kedua peran tersebut sehingga secara tidak langsung tidak puas dengan pekerjaannya dan dapat menimbulkan keinginan untuk berhenti bekerja. Jadi, semakin tinggi work-family conflict maka semakin semakin tinggi keinginan seseorang untuk berhenti dari pekerjaannya. Giovanny Anggasta Buhali Meily Margaretha, 2013 dengan penelitiannya yang berjudul pengaruh work-family conclict terhadap Komitmen Organisasi : kepuasan kerja sebagai variabel