Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan serta dalam menyukseskan program keluarga berencana KB, sehingga wanita
mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan
mengenai jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga Notoatmojdo, 2007.Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitia Sembiring 2003 yang menyatakan faktor pendidikan cenderung kurang berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi.
Dan hal ini sejalan dengan penelitian Aidah 2003 didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis
kontrasepsi. Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Menasari 2010 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB
melalui tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik dengan hasil u
ji p α=0,05.
Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsibahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik
karena akseptor yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah mengerti akan manfaat dan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang dipakai.
3. Faktor Ekonomi
Ekonomi merupakan aktivitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam memproduksi maupun memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi
kehidupannya. Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi
serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah pemeliharaan
kesehatan Rofiq, 2014.
Faktor ketiga yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
adalah faktor ekonomi. Hasil penelitian dari faktor ekonomi melalui jawaban responden tentang sikap memberikan gambaran kesesuaian antara pekerjaan dan
pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis pemakaian jenis KB suntik. Dari data karakteristik diketahui pekerjaan dan penghasilan
responden bervariasi. Pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga 66,7 dan penghasilan terbanyak adalah dibawah UMR Rp.1.653.000 74,8, dan dapat
disimpulkan bahwa akseptor lebih tertarik memilih jenis kontrasepsi yang
membutuhkan biaya murah.
Tingkat ekonomi akseptor akan mempengaruhi terhadap pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
akseptor harus menyiapkan dana yang diperlukan. Harga KB suntik diwilayah Kecamatan Silangkitang berkisar antara Rp.30.000-Rp.35.000. Dengan harga
yang relatif murah, untuk kalangan berpenghasilan menengah kebawah tentunya akan tertarik untuk memilih dan memakai jenis KB suntik ini. Dan untuk
mendapatkannya mudah. Hal ini sama dengan pendapat Rofiq 2014, yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa sebahagian status ekonomi masyarakat masih rendah, membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya
yang terlalu tinggi. Hal yang sama dilaporkan dari hasil penelitian Simamora 2014, bahwa
tingkat pengahasilan sangat mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian
Herlinda 2008 bahwa pendapatan keluarga sangat mempengaruhi responden untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi yang membutuhkan biaya banyak.
Penelitian berasumsi bahwa kontrasepsi suntik dipilih oleh akseptor karena harganya terjangkau dibanding dengan alat kontrasepsi lainnya, seperti AKDR,
Implant, dan metode operatif. Karena dengan hanya mengeluarkan uang 30 ribu saja akseptor sudah bisa memperoleh dan berkontrasepsi suntik untuk tiga bulan
kedepan.
4. Faktor Umur