Rumsan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat penelitian Kerangka Teori 1. Teori Gerakkan Sosial

ancaman dan tantang bagi perempuan muslim yang berniat untuk menggunakan Jilbab. Perjuangan Jilbab tidak hanya dilakukan oleh gerakan PII, HMI dan Tarbiyah di Jakarta tetapi perjuangan juga dilakukan oleh HIM, PII dan Tarbiyah di Sumatra Utara. Gerakan PII, HMI dan Tarbiyah yang berada di Sumatra Utara juga tidak kalah dalam menyusun pola-pola gerakan dalam memperjuangkan Jilbab. Tiga gerakkan ini sama-sama berjuang, sebagai wujud dari respon terkait kasus-kasus pelarangan Jilbab yang semakin banyak di jumpai dari tahun 1983 sampai tahun 1993. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai “Gerakan-gerakan organisasi kemahasiswaan Islam Indonesia Terhadap Perjuangan Jilbab pada Masa Orde baru”.

B. Rumsan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas, terdapat permasalahan yang akan menjadi kajian peneliti yaitu “Bagaimana pola Gerakkan organisasi kemahasiswaan Islam dalam Perjuangan Jilbab Pada Masa Orde Baru?”.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Batasan- batasan masalah dalam penelitian ini adalah kajian dibatasi pada: 1. Bagaimanakah hubungan pemerintah Orde Baru dengan Kelompok Islam Indonesia pada masa Orde Baru ? 2. Bagaimakah pola-pola dari Gerakan organisasi kemahasiswaan Islam dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru? 3. Hambatan apa saja yang dialami oleh gerakan organisasi kemahasiswaan Islam dalam memperjuangkan Jilbab? Universitas Sumatera Utara

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan pemerintah Orde Baru dengan Kelompok Islam di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pola-pola dari gerakan organiasasi kemahasiswaan Islam dalam memperjuangkan Jilbab. 3. Untuk mengetahui hambatan yang dialami gerakan Islam Indonesia dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik kepada Institusi masyarakat maupun penelitian: 1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan peneliti tentang perjuangan gerakan-gerakan Islam terhadap larangan Jilbab pada masa Orde Baru 2. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih untuk Departemen Ilmu Politik FISIP USU beserta praktisi dalam kajian Gerakkan Sosial Islam 3. Secara individual, penelitian ini menjadi tugas akhir peneliti untuk syarat menyelesaikan pendidikan strata satu. F. Kerangka Teori F.1. Teori Gerakkan Sosial Gerakkan Sosial merupakan fenomena yang selalu terjadi di suatu negara sebagai ekspresi dari perilaku dan sikap individu sebagai Civil Soviety didalam suatu negara. Gerakkan sosial mengalami oriantasi perubahan-perubahan tujuan tergantung respon masyarakat terhadap dominasi kekuasaan pemerintah atau rezim yang berkuasa. Definisi gerakan sosial menurut Tarrow adalah gerakan sosial didefinisikan sebagai sebuah tindakan perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau warga biasa yang bergabung dan membentuk Universitas Sumatera Utara alienasi dengan para tokoh atau kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam suatu negara, mereka bersama-sama bergerak untuk melakukan suatu perlawanan terhadap para pemegang kekuasaan atau para elit politik, terhadap suatu kebijakan dirasa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. 34 Tipologi Gerakan sosial menurut Horton dan Hunt dibedakan menjadi enam, yaitu 35 1. Gerakan perpindahan migratory movement, : yaitu arus perpindahan ke suatu tempat yang baru. Individu-individu dalam jenis gerakan ini umumnya tidak puas dengan keadaan sekarang dan bermigrasi dengan harapan memperoleh masa depan lebih baik. 2. Gerakan ekspresif expresive movement Yaitu gerakan yang merupakan ekspresi, sikap atau reaksi terhadap kenyataan dan bukan merubah kenyataan itu sendiri. 3. Gerakan utopia utopian movemet yaitu gerakan yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat sejahtera dalam skala terbatas. 4. Gerakan reformasi reform movement yaitu gerakan yang berupaya memperbaiki beberapa kepincangan atau aspek tertentu dalam masyarakat tanpa memperbarui secara keseluruhan. 5. Gerakan revolusioner revolutionary movement yaitu gerakan sosial yang melibatkan masyarakat secara tepat dan drastis dengan tujuan mengganti sistem yang ada dengan sistem baru. 6. Gerakan perlawanan resistance movement yaitu gerakan yang bertujuan untuk melawan atau menghambat perubahan sosial tertentu. Contohnya gerakan anti pornografi, narkoba, seks bebas atau gerakan pemurnian kembali kepada ajaran agama, tradisi moralitas. 34 Abdul Wahib. 2007.Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal.3. 35 Ibid. Hal. 133. Universitas Sumatera Utara Dalam studi Henselin dikemukakan terdapat beberapa tahapan dari gerakkan sosial 36 1. Tahap kerusuhan dan agiatif. : Bermula dari sekelompok orang yang merasa terganggu oleh kondisi tertentu dan hendak mengubahnya. 2. Tahapan mobilisasi sumber daya. Tahapan pertama gerakkan biasa di lalui jika mampu memobilisasi sumber daya seperti waktu, dana, keterampilan orang, dan untuk mendapatkan perhatian media massa. 3. Tahapan pengorganisasian. Tahapan ini ditandai dengan adanya pembagian kerja. Pemimpin memutuskan suatu kebijakan, sedangkan perangkat struktur yang ada melaksanakan tugas sehari-hari yang berlaku agar tetap berjalan. 4. Tahap institualisasi. Pada tahap ini gerakkan telah mengembangkan suatu birokrasi. Kontrol berada di tangan pejabat karier, yang mungkin lebih mementingkan kepentingan atau possisi mereka sendiri ketimbang pencapaian tujuan pergerakkan itu sendiri 5. Tahap kemunduran dan kemungkinan kebangkitan kembali. Manajemen kegiatan sehari-hari mendominasi kepemimpinan. Juga di tandai dengan perubahan sentiment politik, tidak ada lagi kelompok orang yang mempunyai komitmen kuat dan berbagi tujuan bersama. Gerakan sosial dibangun berdasarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan itu, gerakan sosial melakukan berbagai pola-pola yang dilakukan sebagai strategi dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh gerakan tersebut. Pengertian pola didalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk 36 Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik Edisi Revisi. Jakarta : Kencana Perdana. Hal. 136- 137. Universitas Sumatera Utara atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu. 37 Pola juga bisa diartikan sebagai sistem dan cara kerja. Didalam buku Pengantar Sosiologi Politik karangan Prof. Dr.Damsar mengemukakan gerakan sosial memiliki beragam cara untuk merealisasikan tujuan yang dimilikinya, antaralain: 38 1. Kekerasan meliputi demonstrasi anarkis, pembajakan, penyaderaan, penculikan, pembunuhan, teror fisik, psikis dan budaya serta perang. 2. Non kekerasan meliputi mogok, demonstrasi damai, pemberdayaan, advokasi dan sebagainya. F.2. Konsep Hak Asasi Manusia Menurut G.J. Wolhoff, hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang seakan- akan berakar dalam tabiat setiap oknum pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, yang tak dapat dicabut oleh siapapun juga, karena bila dicabut hilang juga kemanusiaannya. 39 Hak Asasi Manusia HAM merupakan hak yang melekat dalam diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Mahadan berfungsi untuk kelangsungan hidup, kemerdekaan, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun. 40 Undang- undang Dasar 1945 yang lahir sebelum adanya Universal Declaration of Human Right tahun 1948, dengan tegas menjamin adanya hak-hak dan kewajiban asasi di pasal-pasalnya. Hal ini terlihat dalam pasal UUD 1945 yaitu: 41 37 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Diakses di htttp:kbbi.web.idpola pada tanggal 1 Febuari 2017. 38 Damsar. 2010. Pengantar sosiologi Politik. Jakarta: kencana. Hal. 136. 39 Herlambang Perdana Wiratraman1.2005. KONSTITUSIONALISME HAK-HAK ASASI MANUSIA Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum YURIDIKA Vol. 20, No. I Januari 2005. Hal.4. 40 Christine kansil. 2003.Sekitar Hak asasi manusia dewasa ini. Jakarta:Djambatan. Hal.26. 41 Ibid. Hal. 27. pasal 27 mengenai kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemetintahan,pasal 28 mengenai kemerdekaan berserikat dan berkumpul,Pasal 29 mengenai kemerdekan memeluk agama yang diperjelas pada ayat 1 dan 2 yaitu pasal 29 ayat 1 Negara berdasar atas Universitas Sumatera Utara ketuhanan yang maha Esa, Pasal 29 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Pasal 30 menegenai hak dan kewajiban pembelaan negara. Pasal 31 mengenai hak pendapat pengajaran. Pasal 32 mengenai kebudayaan nasionaI ndonesia dan pasal 33 dan 34 mengenai kesejahteraan Sosial. Hak asasi manusia memiliki prinsip-prinsip utama dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam kehidupan umat manusia. Ada delapan prinsip hak asasi manusia yaitu 42 1. Prinsip universalitas. : Prinsip universalitas adalah prinsip yang dimiliki dalam nilai-nilai etika dan moral yang tersebar di seluruh wilayah di dunia, dan pemerintah termasuk masyarakatnya. Hak-hak asasi manusia itu ada dan harus dihormati oleh seluruh umat manusia di dunia manapun, tidak tergantung pada wilayah atau bangsa tertentu. Ia berlaku menyeluruh sebagai kodrat lahiriah setiap manusia. 2. Prinsip pemartabatan terhadap manusia human dignity. Prinsip ini menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain, hidup damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan yang lainnya, serta membangun toleransi sesama manusia. 3. Prinsip non-diskriminasi. Prinsip non-diskriminasi sebenarnya bagian integral dengan prinsip persamaan, dimana menjelaskan bahwa tidak ada perlakuan yang membedakan dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak seseorang. Pembedaan, baik berdasarkan kelas atau bangsa tertentu, agama, suku, adat, keyakinan, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya, adalah praktek yang justru menghambat realisasi hak- hak asasi manusia. 4. Prinsip equality atau persamaan. 42 R. Herlambang Perdana Wiratraman.Op.cit. Hal.4-5. Universitas Sumatera Utara Persamaan, merupakan hak yang dimiliki setiap orang dengan kewajiban yang sama pula antara yang satu dengan yang lain untuk menghormatinya. Salah satu hal penting dalam negara hukum, adalah persamaan di muka hukum, merupakan hak untuk memperoleh keadilan dalam bentuk perlakuan dalam proses peradilan. 5. Prinsip indivisibility Suatu hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan 6. Prinsip interdependency saling ketergantungan. Prinsip ini juga sangat dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak hak yang dimiliki setiap orang itu tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya dalam ruang atau lingkungan manapun, di sekolah, di pasar, di rumah sakit, di hutan, desa maupun perkotaan. 7. Prinsip responsibilitas atau pertanggungjawaban responsibility. Prinsip pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa perlunya mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia, serta menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk memajukannya. 8. Prinsip inalienability. Pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan Misalnya, hak pilih dalam pemilu, tidak bisa dihilangkan hanya dengan dibeli oleh orang yang mampu dan kemudian menggantikan posisi hak pilih. Universitas Sumatera Utara F.3. Konsep Jilbab Pakaian sejenis Jilbab pernah menjadi bagian dari tradisi dan ajaran agama- agama besar di dunia, diantaranya Jilbab sudah dikenal sebelum adanya agama- agama Samawi Yahudi dan Nasrani sebagai penutup kepala veil sampai keseluruh tubuh yang digunakan oleh lelaki atau perempuan dan pemuka agama sebagai pakaian kebesaran dari mereka, misalnya Code Bilalama 3.000 SM, kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi 2.000 SM dan Code Asyiria 1.500 SM. 43 Ketentuan penggunaannya juga sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Babilonia, Mesopotamia Mediterania dan Asyiria. 44 Sebelum masuknya Islam, Jilbab wajib digunakan bagi perempuan terhormat di ruang publik, sedangkan bagi seorang “budak atau hamba wanita dan pelacur dilarang menggunakannnya. Jika para hamba dan pelacur ini ketahuan memakai Jilbab akan dikenakan hukuman menggunting telinga hamba dan memukul pelacur tersebut 50 kali pukulan serta menuangkan aspal panas di atas kepalanya. 45 Perkembangan selanjutnya Jilbab menjadi simbol kelas menengah atas masyarakat di zaman Romawi dan Yunani juga sudah menggunakan kostum yang menutupi seluruh tubuh wanita. 46 Sedangkan Bagi orang yahudi, Jilbab yang digunakan sebagai pertanda atau simbol yang menunjukan wanita yang sedang menstruasi, karena perempuan yang sedang mengalami menstruasi dianggap sedang berada dalam suasana tabu. 47 43 Fathonah K.Daud. 2013.Jilbab, Hijab Dan Aurat Perempuan Antara Tafsiran Klasik, Tafsir Kontemporer, Dan Pandangan Muslim Feminis. Jurnal Al-Hikmah Studi Keislaman, Volume 3 No 1. Hal. 6. 44 Ibid. 45 Ibid.Hal.7. 46 Ibid. Hal 8. 47 Ibid. Hal.9. Saat perempuan menstruasi, dia memiliki kekuatan yang dapat menyebabkan kerusakan yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia dan alam sekitarnya. Sehingga di butuhkanlah tanda yang menyatakan perempuan itu sedang menstruasi agar tidak terjadi pelanggaran serta sebagai penolak bala. Hal ini sangat berbeda dengan Islam, dimana Islam sangat memuliakan perempuan baik yang sedang haid atau tidak. Universitas Sumatera Utara Jilbab masuk ke negara Arab, disaat Arab menaklukkan wilayah Romawi Timur, 48 dimana wilayah-wilayah taklukan Islam ini masyarakat sudah menggunakan Jilbab, sehingga Jilbab menjadi sesuatu yang sudah lumrah di kalangan masyarakat kelas atas, kelompok masyarakat kaya. Jilbab yang tadinya merupakan pakaian pilihan mendapatkan kepastian hukum menjadi pakaian bagi perempuan Islam. 49 Jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang dipakai muslimah untuk menutupi kepala dan leher sampai dada, sedangkan arti Jilbab dalam surat Al-Ahzab 59 yang disebutkan didalam ayat dengan kata al- jalabib yang merupakan bentuk jamak dari Jilbab, yaitu baju kurung yang meliputi seluruh tubuh wanita, lebih dari baju biasa dan kerudung. Dengan adanya dasar hukum dari Al-quran dan Hadist. Budaya dengan pakaian tertutup dari kepala hingga kaki ini kemudian diterima secara baik oleh masyarakat Arab dan dipandang lebih sopan dan terhormat untuk dipakai kaum Hawa. 50 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mumin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan Jilbabnya ke Istilah Jilbab berbeda- beda di setiap negara antara lain Purdah di Mesir dan Maroko, Chador di Iran, Burqa di Pakistan, Parde di India dan Pakistan, Milayat di Libiya, Abaya di Irak, Charshaf di turki, Tudung untuk Malaysia, dan Hijab bagi negara Arab-Afrika. Landasan Dasar tentang perintah memakai Jilbab terdapat di dalam Al- Qur’an dan Al-Hadits. Adapun ayat-ayat dan hadits yang berhubungan dengan perintah memakai Jilbab adalah sebagai berikut: a. Dasar Al-Qur’an Ayat Al-Qur’an yang menerangkan perintah memakai jilbab terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 59 , yang artinya: 48 Ibid. 49 Ibid. 50 Depdiknas.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 473. Universitas Sumatera Utara seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ayat lain yang berkenaan dengan perintah memakai Jilbab adalah surat An-Nur ayat 31 yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, haiorang- orang yang beriman supaya kamu beruntung.” b. Dasar Hadits 1. Hadits Riwayat Muslim “Ada dua golongan dari umatku yang akan masuk neraka: sekelompok orang yang mempunyai cambuk seperti ekor sapi. Dengan cambuk itu mereka memukuli manusia. Dan wanita-wanita yang berpakaian, namun seperti telanjang, genit dan melenggang-lenggangkan kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak bisa masuk surga, bahkan mencium aromanya pun tidak. Padahal, aroma Universitas Sumatera Utara surga bisa dicium dari kejauhan perjalanan tertentu perjalanan lima ratus tahun” HR. Muslim. 51 “Pada Idul Fitri dan Idul Adha, kami diperintahkan Rasulullah SAW agar mengajak keluar mereka kaum wanita, para perawan, wanita-wanita yang sedang haid dan wanita-wanita yang jarang keluar dari rumahnya. Adapun wanita yang sedang haid tidak mengerjakan sholat, bersandar kepada kebaikan dan dakwah pada kaum muslim, akupun berkata:‘wahai Rasulullah SAW diantara kami ada yang tidak memakai Jilbab.’beliau menjawab: “hendaknya saudaranya memakaikan Jilbab untuknya.”HR. Bukhori 2. Hadits Riwayat Bukhori 52

G. Metodologi Penelitian