Peran Majelis Ulama dalam memperjuangkan Jilbab

walaupun membutuhkan waktu yang panjang. Ini juga terlihat dari semangat Jilbab yang digunakan oleh siswi-siswi Sekolah Umum, yang sebelumnya Jilbab hanya digunakan oleh siswi-siswi dari sekolah Agama.

D. Peran Majelis Ulama dalam memperjuangkan Jilbab

Kasus-kasus pelarangan Jilbab yang sudah menyebar di Indonesia sehingga menimbulkan reaksi kemaharan dari Umat Islam tak terkecuali Majelis Ulama Indonesia yang ikut bereaksi membenarkan penggunaan Jilbab merupakan suatu keharusan bagi perempuan Islam untuk menggunakan Jilbab, sehingga pada sat itu MUI tidak mengeluarkan Fatwa. ini terlihat dalam hasil wawancara dengan Bapak Masri Sitanggang yang mengatakan:, “Kalau fatwa, MUI tidak mengeluarkannya, karna itu sifatnya sudah jelas merupakan suatu kewajiban yang udah ada di dalam Al-quran surat Al-ahzab dan An-nur, dan tidak harus pertanyakan lagi .” 224 “ Majelis ulama pada masa itu, ketua MUI pada tahun 1982 yang bernama K.H Syukri Ghazali memberikan greenland, memang begitu berislam tapi ada juga para ulama-ulama yang kemudian memberikan pemahaman yang lunak dalam artian “tidak wajib” karena dianggap budaya arab. Terpecahlah dia. Tetapi posisi majelis ulama jelas setuju dengan penguunan Jilbab itu. Tokoh-tokoh ulamanya yaitu Nurkholis Majid, abdurahman wahid, Qurasyhab yang mengatakan tidak wajib. Tapi yang diluar itu, menyatakan wajib....” Sikap MUI jelas membenarkan akan kewajiban berjilbab, walaupun ada sebagian Ulama yang tidak mewajibkan penggunan Jilbab, hal ini diperjelas dalam hasil wawancara bersama Bapak Masri Sitanggang mengatakan:, 225 “ Sampai pada akhir 1989 MUI MUNAS dan merekomendasikannya perlunya perbaikan seragam sekolah dan dikeluarkan SK baru no100c91. Dan pada saat itu MUI pun juga melakukan koordinasi dengan mendikbud, dan sepakatan untuk menggunakan pada saat itu peraturannya masih dibolehkan menggunakan kerudung yang harus memperlihatkan telinga untuk pas poto ijazah. Tapi untuk awal itu merupakan sesuatu yang baik. Lalu di keluarkan Pada tahun 1989 MUI melakukan kegiatan MUNAS didalam agenda ini juga dibahas mengenai peristiwa pelarangan Jilbab, hal ini diperjelas Melalui wawancara dengan Ibu Siti Aminah yang mengatakan:, 224 Hasil wawancara bersama Bapak Masri Sitanggang. 225 Hasil wawancara bersama Bapak Masri Sitanggang. Universitas Sumatera Utara lah peratuarann 4277DT91 mengenai permohonan mengenakan kerudung Jilbab yang menutupi telinga dalam pas poto.” 226 Peristiwa ini menjadi pembicaraan yang hangat di Indonesia pada saat itu, sehingga terjadilah dialog antara MUI, lembaga Islam lainnya seperti PII, DDII Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dengan Departemen P dan K yang diwakili oleh Menteri P dan K, Fuad Hasan dan Dirjen PDM Dikdasmen, hasan Wilino. 227 Sehingga Permasalahan terkait kasus pelarang Jilbab dapat terselesaikan dengan di keluarkannya SK seragam sekolah yang baru pada tanggal 16 Febuari 1991 yang berfungsi mengakomodir bagi siswi-siswi yang berkeinginan menggunakan Jilbab. 228 Gerakkan sosial merupakan bagian dari civil Society yang digunakan untuk menyeimbangi kekuatan–kekuatan yang terdapat didalam sistem pemerintahan yang bersifat mengawasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini membuktikan defenisi yang dikemukan Tarrow mengenai gerakan sosial adalah sebuah tindakan perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau warga biasa yang tergabung dan membentuk aliansi dengan para tokoh atau kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam suatu negara, kelompok atau semacamnya bersama-sama bergerak untuk melakukan suatu perlawanan terhadap para pemegang kekuasaan atau para elit politik, terhadap suatu kbijakan yang dirasakan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

E. Analisis Teori