Padanan Makna, Padanan dan Kesepadanan a. Makna

instruksi, 2 dimungkinkan menggunakan teks paralel, atau menggunakan kalimat perintah Kussmaul, 1995: 76. Pola-pola kalimat perintah yang digunakan adalah sebagai berikut: Please + imperative Must + infinitive active Must + infinitive passive Have to It is advisable We recommend It is recommended It is important Should Bila dihubungkan dengan jenis penerjemahan yang telah disinggung di atas, penerjemahan pragmatiklah yang paling tepat digunakan untuk menerjemahkan teks semacam ini. Hal ini didukung oleh pendapat Newmark 1991: 116 yang mengatakan bahwa istilah pragmatik dalam penerjemahan lebih mengarah kapada hal-hal yang bersifat praktek daripada aturan. Di samping itu, teks prosedur juga dapat berupa dokumen niaga, seperti misalnya brosur, leaflet, dan lain-lain. Dan untuk selanjutnya teks prosedur dalam penelitian ini disebut dengan teks manual.

4. Makna, Padanan dan Kesepadanan a. Makna

Untuk dapat menerjemahkan dengan baik, penerjemah perlu mengacu pada makna sebagai isu sentral dalam Bsu untuk ditransfer ke dalam Bsa. Mengenai makna ini, Baker 1992: 4 menyatakan bahwa penerjemahan merupakan a discipline which has to concern itself with how meaning is generated within and between various groups of people in various cultural settings. Definisi ini mempunyai arti bahwa makna tidak cukup ditinjau dalam lingkup kebahasaan saja, namun juga meliputi aspek sosiokultural yang melekat padanya. Keadaan ini mengimplikasikan bahwa penerjemahan perlu memperhatikan cara-cara mencari padanan dalam lingkup mikro dan makro linguistik agar diperoleh kesetaraan makna dari Bsu ke Bsa.

b. Padanan

Yang dimaksud dengan padanan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kewajaran atau kealamiahan hubungan yang ada antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran, sebagaimana dikatakan oleh Shuttleworth Cowie ” a term used by many writers to describe the nature and extent of the relationships which exist between SL and TL texts or smaller linguistic units” 1997: 49. Konsep padanan ini telah banyak diungkapkan oleh banyak pakar diantaranya adalah Nida dan Taber yang memperkenalkan dua jenis padanan yaitu padanan formal, menekankan pada bentuk dan isi, dan padanan dinamis lebih menekankan pada pencapaian efek yang sama antara Bsu dan Bsa. Bagi Nida sendiri, padanan dinamis lebih dipilih dalam prosedur penerjemahan yang efektif, karena padanan dinamis mempertimbangkan pula konteks situasi dalam penerjemahan suatu teks. Sementara itu, Baker meninjau konsep padanan pada beberapa tataran yang berbeda, yakni tataran kata, tataran di atas kata, tataran gramatikal, tataran tekstual, dan tataran pragmatik. Dalam buku In Other Words , Baker secara berturutan mendefinisikan masing- masing padanan seperti berikut ini: padanan pada tataran kata sebagai “ the smallest unit which we would expect to posses individual meaning is the word” 1992: 11. Sementara itu, padanan di atas tataran kata dapat dilihat ketika kata itu disusun sedemikian rupa dengan kata lain secara gramatikal untuk membentuk gugusan-gugusan kata yang membawa makna secara utuh melalui frasa, klausa, atau kalimat 1992: 47. Untuk padanan pada tataran gramatikal dapat dikatakan sebagai padanan sistem gramatika bahasa sumber dengan sistem gramatika bahasa sasaran. Lebih jauh Nababan menjelaskan bahwa padanan gramatika yang mirip dengan padanan linguistik, memusatkan perhatian pada kesamaan konsep antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam jumlsh number , gender, persona dan sistem kala 2003: 108. Selanjutnya padanan tekstual merujuk pada kesepadanan antara teks Bsu dan Bsa dalam hal informasi dan kohesi Mona Baker, 1992: 119. Penerjemahan pada tataran ini lebih menitik beratkan pada unsur tekstual, yaitu yang menyangkut unsur tematik tema-rema, struktur informasi lama-baru, dan kohesi. Padanan pada tataran pragmatik memfokuskan pada ujaran-ujaran yang digunakan dalam situasi-situasi yang komunikatif Mona Baker,

1992: 217. c. Kesepadanan dalam Penerjemahan