Penerjemahan Tinjauan Pustaka Penerjemah, Penerjemahan dan Proses Penerjemahan

Extra linguistic sub competence, merupakan pengetahuan deklaratif yang berupa pengetahuan baik eksplisit maupun implisit mengenai ilmu pada umumnya. Kompetensi ini terdiri dari pengetahuan budaya sumber dan sasaran, pengetahuan umum, dan pengetahuan subyek ilmu yang diterjemahkan Knowledge about translation competence, merupakan pengetahuan prosedural mengenai teori-teori penerjemahan dan aspek yang berkaitan dengan penerjemahan. Instrumental sub competence, adalah pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan sumber-sumber dokumentasi dan informasi atau alat bantu terjemahan seperti kamus, ensiklopedia, dll. Strategic sub competence, adalah pengetahuan prosedural untuk menjamin keefektifan proses penerjemahan dan masalah yang timbul. Sub kompetensi ini merupakan inti dari kompetensi yang membangun dan mengkoordinasi sub-sub kompetensi yang lain. Psycho physiological components, terdiri dari komponen kognitif, aspek-aspek perilaku, dan kemampuan serta ketrampilan Begitu pentingnya kompetensi penerjemahan bagi penerjemah karena jika salah satu dari kompetensi tersebut tidak dimiliki, maka penerjemah tidak akan menghasilkan karya terjemahan yang baik.

b. Penerjemahan

Penerjemahan sesungguhnya merupakan bidang ilmu yang sangat luas cakupannya. Nababan mengatakan penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan terjemahan artinya hasil dari penerjemahan 2003: 18. Dengan demikian, pada dasarnya penerjemahan dapat ditinjau dari segi proses atau produk. Sebagai suatu proses, penerjemahan mensyaratkan adanya pemahaman tentang cara memproses informasi, tentang psikologi, dan psikolinguistik. Di sisi lain, sebagai suatu produk, penerjemahan mensyaratkan adanya pemahaman tentang teks yang mencakup tidak hanya unsur linguistik dalam tataran sintaksis dan semantik, namun juga pemahaman tentang gaya dan analisis wacana. Penerjemahan sebagai suatu proses dan sekaligus produk memerlukan pemahaman yang mendalam dan bersifat integral dari kedua masalah tersebut di atas Bell, 1991: 26. Mengenai ruang lingkup penerjemahan, menurut Hatim and Munday 2004: 6 adalah sebagai berikut: 1 The process of transferring a written text from SL to TL, conducted by a translator, or translators, in a specific socio-cultural context. 2 The written product, or TT, which results from that process and which functions in the socio-cultural context of the TL. 3 The cognitive, linguistic, visual, cultural and ideological phenomena which are an integral part of 1 and 2. Definisi tersebut di atas kurang lebih mengatakan bahwa proses penerjemahan yang menghasilkan suatu produk terjemahan tidak bisa lepas dari konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Hal-hal yang berkaitan dengan fenomena yang bersifat kognitif, linguistik, visual, budaya dan ideologi, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses dan produk penerjemahan. Pengertian tentang penerjemahan telah banyak didefinisikan oleh beberapa linguis. Catford mendefinisikan, ‘ Translation is an operation performed on languages; a process of substituting a text in one language for a text in another’ 1965:1. Definisi ini masih sangat umum karena hanya menekankan pada proses penggantian suatu teks dari bahasa satu ke dalam bahasa lainnya, tanpa menyinggung mengenai makna yang menjadi salah satu inti di dalam penerjemahan. Penerjemahan tidak hanya memindahkan teks dari satu bahasa ke dalam bahasa lain tanpa memperhatikan bentuk bahasa sasaran, namun juga harus memperhatikan 2 dua hal penting yaitu mengenai makna dan gaya bahasa. Makna menjadi unsur penting yang harus dicari padanannya. Beberapa permasalahan menyangkut makna juga harus mendapat perhatian khusus dalam kegiatan menerjemahkan. Mengenai padanan makna ini, Bell mengatakan: ‘Translation is the replacement of a representation of a text one language by a representation of an equivalent text in second languane’ 1991:6. Definisi ini menjelaskan bahwa penggantian teks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain harus dicarikan padanannya. Pendapat senada diungkapkan oleh Bassnett yang mengatakan: “ What is generally understood as translation involves the rendering of a source language SL text into the target language TL so as to ensure that 1 the surface meaning of the two will be approximately similar and 2 the structures of the SL will be preserved as closely as possible but not so closely that the TL structures will be seriously distorted” 1991: 2. Hal lain yang tak kalah penting adalah tentang gaya bahasa. Di dalam penerjemahan, gaya bahasa yang dimaksud bukanlah sama seperti yang terdapat dalam bidang ilmu sastra, seperti yang diungkapkan oleh Nababan 2003:21 ‘Gaya bahasa dalam bidang penerjemahan lebih terfokus pada tingkat keresmian bentuk bahasa sasaran yang disesuaikan dengan tingkat keresmian bentuk bahasa sumber’.

c. Proses Penerjemahan