Masalah gaya bahasa dalam penerjemahan perlu ditekankan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya bahasa dalam mengungkapkan pesannya.
Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di muka dapat dikatakan bahwa penerjemahan merupakan proses pengalihbahasaan dari Bsu ke dalam Bsa tanpa
menambah atau mengurangi pesan yang ingin disampaikan dengan memperhatikan konteks sosial budaya dan bentuk bahasanya.
c. Proses Penerjemahan
Satu hal yang perlu diingat oleh penerjemah dalam melakukan kegiatan menerjemahkan adalah penerjemahan merupakan suatu proses. Proses itu sendiri dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penejemah
pada saat dia mengalihkan amanat dari Bsu ke dalam Bsa Nababan, 2003:24, sementara menurut Soemarno 1997: 13 proses penerjemahan adalah langkah-langkah yang
dilakukan oleh seorang penerjemah sebelum ia melakukan terjemahannya Proses penerjemahan meliputi beberapa tahapan penting. Bell membaginya menjadi
dua tahapan yang terjadi di dalam memori manusia, yaitu tahapan analisis dan tahapan sintesis. Lebih jauh Bell mengatakan:
“ The model shows, in extremely simplified form, the transformation of a source language text into a target language text by means of processes which take place
within memory: 1 the analysis of on language-specific text the source language text into universal non-language-specific semantic representation and 2 the
synthesis
of the semantic representation into a second language specific text the target language text
Bell, 1991:20 Pada tahap analisis, penerjemah mencoba untuk melihat teks Bsu dan memahami
teks tersebut baik dari segi kebahasaan maupun segi non kebahasaan. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara membaca, memahami dan menganalisis teks Bsu. Analisis kebahasaan meliputi berbagai tataran, mulai dari tataran paling tinggi sampai dengan
tataran paling rendah, atau sebaliknya. Pada tahap sintesis, penerjemah memadukan gambaran semantik ke dalam teks BSa,
atau untuk lebih jelasnya bisa digambarkan sebagai pencarian padanan makna dari Bsu ke dalam Bsa. Proses ini terjadi di dalam otak penerjemah, atau merupakan proses batin
penerjemah. Kedua tahap dalam proses penerjemahan tersebut dapat digambarkan secara skematis Bell, 1991: 21 sebagai berikut:
Bagan 2: Proses Penerjemahan menurut Bell
Selaras dengan pendapat di atas, Nida membagi proses penerjemahan melalui tiga tahapan yaitu analisis, transfer pengalihan pesan, dan restrukturisasi. Menurut Nida
dalam Bassnett,1991: 16, ketiga tahapan dalam proses penerjemahan dapat digambarkan sebagai berikut:
Source Language
Text
Memory
Synthesis
Target Language
Text Analysis
Semantic Representation
SOURCE LANGUAGE RECEPTOR LANGUAGE TEXT TRANSLATION
ANALYSIS RESTRUCTURING TRANSFER
Bagan 3: Proses Penerjemahan Menurut Nida
Bila diamati lebih teliti, bagan proses penerjemahan menurut Bell dan bagan proses penerjemahan menurut Nida tidak memiliki perbedaan yang signifikan, bahkan bisa dikatakan
sama. Hanya saja dalam tahap sintesis menurut Bell semakin dijabarkan oleh Nida dengan tahap
restructuring
atau re-strukturisasi. Restrukturisasi atau disebut dengan penyelarasan kembali adalah pengubahan proses pengalihan menjadi menjadi bentuk stilistik gaya bahasa
yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca, atau pendengar Kridalaksana dalam Nababan, 2003: 28. Dalam proses ini ragam bahasa memegang peranan penting untuk menentukan
gaya bahasa yang sesuai dengan jenis bahasa yang diterjemahkan. Selain itu, penerjemah juga perlu memperhatikan untuk siapa terjemahan tersebut ditujukan karena hal ini dapat
berpengaruh dalam pencarian padanan makna. Analisis
Restrukturisasi
Pemahaman 3 1 Evaluasi dan Revisi
Teks BSu
PROSES BATIN Transfer
Padanan 2
Isi, Makna,
Pesan Isi,
Makna, Pesan
Teks Bsa
Bagan 4: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dalam Nababan, 2003: 25
Dari beberapa proses penerjemahan di atas dapat dikatakan bahwa karya terjemahan haruslah mudah dipahami dan enak dibaca karena karya terjemahan diperuntukkan bagi
pembaca yang tidak mampu memahami pesan bahasa sumber secara langsung. Terjemahan yang berbelit-belit sehingga sulit dipahami sangat mungkin menyesatkan
pembacanya, bahkan terjemahan yang tidak enak dibaca membuat pembaca enggan untuk membacanya.
2. Jenis-jenis Penerjemahan