Berdasarkan hasil penelitian bahwa perlakuan mulsa vertikal M2 lebih efektif dalam perbaikan sifat fisik tanah seperti bulk density, permeabilitas dan
laju infiltrasi tanah. Pengaruh positif dari perlakuan mulsa vertikal terhadap perbaikan sifat fisik tanah ini sesuai dengan pendapat Bainbridge 1996 yang
menyatakan bahwa penempatan bahan organik sebagai mulsa vertikal dapat memperbaiki sifat fisik tanah secara umum, tidak hanya pada lapisan permukaan
tetapi sampai ke lapisan yang lebih dalam.
4.2.2. Perbaikan Sifat Kimia Tanah
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum menunjukkan bahwa pH tanah yang netral adalah 6 – 7,5. Nilai pH tanah dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut.
Interaksi antara perlakuan biopori dengan kemiringan lahan miring menunjukkan pengaruh yang signifikan. Pada kemiringan lahan datar interaksi
perlakuan yang terbaik adalah pada perlakuan mulsa vertikal M2T1, nilai pH yaitu 6.25. Begitu juga pada kemiringan lahan landai dan miring, perlakuan mulsa
vertikal M2T2 dan M2T3 menunjukkan interaksi yang cukup baik, nilai pH nya masing – masing adalah 6.50 dan 6.89. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia
tanah secara umum bahwa pH tanah termasuk dalam kategori netral 6–7.5. Secara nyata, penambahan serasah kakao pada perlakuan biopori M1 dan
mulsa vertikal M2 berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pH tanah samapai hampir mendekati pH 7 netral, sehingga kisaran pH tersebut dianggap
baik dan optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao. Hal ini didukung oleh pendapat Akenhorah 1979 dalam Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Universitas Sumatera Utara
2004, bahwa tanaman kakao akan tumbuh optimal pada pH mendekati netral atau berkisar 6 – 7,5.
Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan lahan terhadap nilai P-tersedia juga memberikan pengaruh yang baik. Pada
kemiringan lahan datar, interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan biopori M1T1 dimana nilai P-tersedia adalah 10 ppm. Tetapi pada kemiringan lahan
landai T2 interaksi yang terbaik adalah perlakuan mulsa vertikal M2T2 dimana nilai P-tersedia adalah 9.14 ppm. Dan pada kemiringan lahan miring interaksi
perlakuan yang terbaik adalah perlakuan biopori M1T3 dimana nilai P-tersedia adalah 9.26 ppm. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum
bahwa jumlah P-tersedia termasuk dalam kategori sedang 7–20 ppm. Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap nilai K-tukar juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar, interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa
vertikal M2T1 dimana nilai K-tukar adalah 0.65 me100g. Tetapi pada kemiringan lahan landai T2 interaksi yang terbaik adalah perlakuan biopori
M1T2 dimana nilai K-tukar adalah 0.73 me100 g. Dan pada kemiringan lahan miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah juga pada perlakuan biopori
M1T3 dimana nilai K-tukar adalah 0.55 me100 g. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai K-tukar termasuk dalam
kategori tinggi 0.45–0.77 me100 g. Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap nilai Ca-tukar juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar, interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa
Universitas Sumatera Utara
vertikal M2T1 dimana nilai Ca-tukar adalah 1.43 me100g. Tetapi pada kemiringan lahan landai T2 interaksi yang terbaik adalah perlakuan biopori
M1T2 dimana nilai Ca-tukar adalah 1.37 me100 g. Dan pada kemiringan lahan miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah pada perlakuan mulsa vertikal
M1T3 dimana nilai Ca-tukar adalah 1.26 me100 g. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai Ca-tukar termasuk dalam
kategori sangat rendah 2.5 me100 g. Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap nilai Mg-tukar juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar, landai maupun miring interaksi perlakuan yang terbaik
adalah perlakuan mulsa vertikal M2T1, M2T2, dan M2T3 dimana nilai Mg- tukar masing – masing adalah 0.46 me100g, 0.45 me100g, dan 0.45 me100g.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai Mg- tukar termasuk dalam kategori sedang 0.33–0.67 me100 g.
Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan lahan terhadap nilai Na-tukar juga memberikan pengaruh yang baik. Pada
kemiringan lahan datar, landai maupun miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa vertikal M2T1, M2T2, dan M2T3 dimana nilai Na-tukar
masing – masing adalah 0.35 me100g, 0.41 me100g, dan 0.36 me100g. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai Na-
tukar termasuk dalam kategori rendah sampai sedang 0.3–0.7 me100 g. Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap nilai KTK juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar, interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa vertikal
Universitas Sumatera Utara
M2T1 dimana nilai KTK adalah 7.44 me100g. Dan pada kemiringan lahan landai T2 interaksi yang terbaik adalah juga pada perlakuan mulsa vertikal
M2T2 dimana nilai KTK adalah 5.48 me100 g. Dan pada kemiringan lahan miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah pada perlakuan biopori M1T3
dimana nilai KTK adalah 5.63 me100 g. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai KTK tanah termasuk dalam kategori rendah
5–17 me100 g. Dengan meningkatnya pH tanah diduga akan menyebabkan peningkatan
ketersediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Keasaman pH tanah juga berpengaruh terhadap laju dekomposisi mineral tanah, bahan organik
dan juga pembentukan mineral lempung. Dengan penambahan bahan organik yang telah dilakukan, dalam jangka
panjang dapat memperbaiki pH tanah. Bahan organik juga merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif
kecil N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo dan Si. Selain itu, bahan organik juga sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara
makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Hal ini disebabkan karena Kapasitas Tukar Kation KTK asam-asam organik dari bahan organikkompos
lebih tinggi dibandingkan mineral liat, namun lebih peka terhadap perubahan pH karena mempunyai sumber muatan tergantung pH pH dependent charge. Oleh
karena itu, penambahan bahan organik ke dalam tanah juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah Tan, 1991.
Berdasarkan hasil uji analisis tanah bahwa KTK tanah termasuk dalam kategori rendah 6.08 – 6.17 me100gr. Kapasitas tukar kation menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation-kation oleh muatan negatif, yang pada tanah terutama berasal dari koloid humus dan mineral
liat Hakim dkk, 1986. Sesuai dengan yang dilaporkan Hardjowigeno 1993, nilai KTK suatu
tanah dipengaruhi oleh tingkat pelapukan tanah, kandungan bahan organik dan jumlah kation basa dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik
tinggi memiliki KTK yang lebih tinggi. Dengan penambahan bahan organik akan memperbaiki porositas tanah, pH tanah, KTK, P-tersedia dan air tersedia yang
berperan penting dan sangat dibutuhkan tanaman. Berdasarkan hasil uji analisis tanah, dapat dilihat bahwa seluruh kompleks
adsorbsi kation – kation dapat ditukar didominasi oleh Ca
+2
, kemudian diikuti oleh K
+
, Mg
2+
dan Na
+
. Kation Ca
+2
termasuk kategori sangat rendah 2.5 me100g. Kation K
+
termasuk kategori rendah sampai tinggi 0.13 – 0.77 me100g. Kation Mg
2+
termasuk kategori sedang 0.33 – 0.67 me100g. Dan kation Na
+
Rendahnya kation K termasuk rendah sampai sedang 0.1 – 0.7 me100g.
+
, Ca
+2
dan Na
+
disebabkan, K
+,
Ca
+2
dan Na
+
mudah tercuci oleh air perkolasi dan dilepaskan ke dalam horizon tanah. Rendahnya
kandungan kation-kation dapat ditukar tersebut didalam tanah Ca
+2
, K
+
dan Na
+
Berdasarkan hasil penelitian bahwa perlakuan mulsa vertikal ternyata masih cukup efektif dalam perbaikan sifat kimia tanah. Hal ini dapat terjadi
karena pada teknik mulsa vertikal luas permukaan areanya lebih besar daripada perlakuan biopori. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak
karena tanah tersebut didominasi oleh koloid liat beraktivitas rendah Adiwiganda dkk, 1996.
Universitas Sumatera Utara
antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
4.2.3. Perbaikan Sifat Biologi Tanah