antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
4.2.3. Perbaikan Sifat Biologi Tanah
Pemberian bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga tanah menjadi gembur dan memiliki aerasi yang baik. Secara
biologi, hasil peruraian bahan organik menyebabkan tanah kaya akan berbagai mikro flora dan mikro fauna serta organisme-organisme pelarut hara Sutedjo, et
al., 1996. Dengan perlakuan biopori M1 dan mulsa vertikal M2 proses pembentukan bahan organik berjalan cepat. Ini terbukti dari hasil analisis rasio
CN serasah kakao sebelum perlakuan adalah 54.74 menjadi 14.12 setelah diberi perlakuan. Hal ini dapat terjadi karena kondisi yang menguntungkan untuk
perkembangan mikroba yang ada dalam tanah yang dapat membantu proses pelapukan bahan organik.
Secara kimia kematangan maturity kompos dapat dilihat dari total C, total N dan rasio CN Griffin dan Hutchinson, 2007. Nisbah CN merupakan
indikator yang menunjukkan proses mineralisasi-imobilisasi N oleh mikrobia dekomposer bahan organik. Apabila CN 20 menunjukkan terjadinya
immobilisasi N, sedangkan jika CN diantara 20 – 30 berarti mineralisasi seimbang dengan immobilisasi. Terjadinya immobilisasi hara tanaman sering
menimbulkan gejala defisiensi karena hara menjadi tidak tersedia unavailable, sedangkan mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah
unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrat. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia
available bagi tanaman Foth, 1978. Kompos yang sudah cukup matang
Universitas Sumatera Utara
memiliki rasio CN 20, apabila rasio CN lebih tinggi maka kompos belum cukup matang dan perlu waktu dekomposisi yang lebih lama lagi Tisdale et al.,
1997; Donahue, et al., 1997. Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap kandungan C-organik juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan biopori
M1T1 dimana kandungan C-organik adalah 3.54 . Tetapi pada kemiringan lahan landai interaksi perlakuan yang terbaik adalah kedua perlakuan M1T2 dan
M2T2, dimana nilai kandungan C-organiknya adalah sama 3.42 . Dan pada kemiringan lahan miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan
biopori M1T3 dimana kandungan C-organiknya adalah 3.52 . Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa kandungan C-organik
termasuk dalam kategori tinggi 3-5 . Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan
lahan terhadap N-total tanah juga memberikan pengaruh yang baik. Pada kemiringan lahan datar interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa
vertikal M2T1 dimana nilai N-total tanah adalah 0.72 . Dan pada kemiringan lahan landai interaksi perlakuan yang terbaik adalah juga pada perlakuan mulsa
vertikal M2T2, dimana nilai N-total tanah adalah 0.80 . Tetapi pada kemiringan lahan miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan
biopori M1T3 dimana nilai N-total adalah 0.62 . Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa nilai N-total tanah termasuk
dalam kategori tinggi 0.5–1 .
Universitas Sumatera Utara
Interaksi antara perlakuan penempatan serasah kakao dengan kemiringan lahan terhadap total mikroba tanah juga memberikan pengaruh yang baik. Pada
kemiringan lahan datar, landai maupun miring interaksi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan mulsa vertikal M2T1, M2T2 dan M2T3 dimana total mikroba
tanah masing –masing adalah 7.67 x 10
7
, 4.83 x 10
7
dan 2.50 x 10
7
Pemanfaatan sisa tanaman pertanian ternyata cukup bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme didalam tanah. Dan apabila digunakan
sebagai mulsa juga dapat mengontrol kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah, dan pada saat yang bersamaan juga dapat mencegah terjadinya
erosi tanah. .
Bahan organik banyak mengandung mikroorganisme fungi, aktinomicetes, bakteri dan alga. Dengan ditambahkannya bahan organik ke dalam
tanah tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan, akan tetapi mikroorganisme yang ada dalam tanah juga terpacu untuk berkembang Setyorini
et al, 2006. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perlakuan mulsa vertikal secara umum
dapat meningkatkan populasi mikrobia didalam tanah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar dan Pratiwi 1999 yang menyimpulkan bahwa limbah hutan
yang dimasukkan ke dalam saluran dapat meningkatkan populasi dan aktifitas mikrobia tanah. Peningkatan mikrobia ini terjadi karena peranannya sebagai
perombak bahan organik yang pada akhirnya akan meningkatkan unsur-unsur hara penting bagi tanaman di dalam tanah.
Selanjutnya tingginya aktifitas mikrobia di dalam tanah akibat perlakuan mulsa vertikal tersebut memberi peluang terhadap tingginya proses pelarutan
Universitas Sumatera Utara
unsur hara dan agregasi tanah Bainbridge, 1996; Siregar dan Pratiwi, 1999, sehingga seperti telah diuraikan terdahulu bahwa perlakukan mulsa vertikal juga
berpengaruh baik terhadap sifat fisika dan kimia tanah. Berdasarkan hasil uji analisis tanah menunjukkan bahwa perlakuan biopori
dan mulsa vertikal berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kandungan C- organik. Sanchez 1993 berpendapat bahwa pupuk organik seperti halnya
kompos dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah. Peningkatan kandungan C-organik dapat pula disebabkan oleh jumlah mikroorganisme yang
mendekomposisi bahan organik tersebut relatif banyak. Produk dekomposisi bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah untuk
pembentukan sel tubuhnya. Hal ini mengandung arti bahwa bahan organik tanah meningkatkan populasi mikroorganisme tanah. Menurut Buckman and Brady
1982 populasi mikroorganisme tanah meningkat dengan adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah ditinjau dari peredaran CO2.
Namun demikian, kandungan C-organik di atas 3 sudah tergolong tinggi dan optimal bagi kebutuhan tanaman kakao. Kadar bahan organik ini sudah akan
memperbaiki sifat fisika tanah, biologi tanah, dan juga kimia tanah. Berdasarkan hasil uji analisis tanah menunjukkan bahwa perlakuan biopori
dan mulsa vertikal dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah. Hal ini terlihat jelas dimana kandungan C-organik pada perlakuan biopori M1 dan
mulsa vertikal M2 yaitu masing-masing sebesar 3.49 dan 3.33 lebih tinggi daripada kandungan C-organik tanpa pemberian mulsa 0.65 . Berdasarkan
kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum bahwa kandungan C-organik termasuk dalam kategori tinggi 3–5. Poerwowidodo 1991 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa salah satu faktor melihat komposisi keidealan produktivitas tanah adalah kandungan bahan organik C-organik dimana idealnya tanah memiliki kandungan
C-organik sekitar 4. Berdasarkan hasil uji analisis tanah bahwa CN tanah termasuk dalam
kategori sangat rendah 8. Rasio CN yang rendah menunjukkan bahwa bahan organik dilokasi penelitian mempunyai tingkat pelapukan yang sudah lanjut,
sehingga ketersediaan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman juga tidak tersedia secara optimal.
Nisbah CN dipengaruhi oleh iklim seperti curah hujan dan suhu, disamping dipengaruhi juga oleh CN dalam tanaman dan jasad mikro itu sendiri
Hakim dkk, 1986. Nisbah CN yang rendah menandakan proses nitrifikasi berlangsung dengan baik. Nisbah CN yang rendah juga menandakan proses
dekomposisi bahan organik sudah berlangsung lamalanjut yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah Brady, 1982, serta menghasilkan ion-ion seperti : O
2
, H
2
, NH
4 +
, PO
4 -3
dan SO
4 -2
yang berguna pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN