Pola Pertumbuhan Plankton TINJAUAN PUSTAKA A.

populasi. Laju pertumbuhan seimbang dengan laju kematian sehingga jumlah sel cenderung konstan Fogg, 1975. Fase kematian merupakan fase akhir pertumbuhan alga dalam media kultur yang ditandai dengan penurunan produksi biomassa karena terjadinya kematian sel. Menurut Fogg 1975 pada fase ini laju kematian lebih cepat dibanding laju pertumbuhan.

E. Pupuk Urea

Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen N berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan fitoplankton. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH 2 CONH 2 ,merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air higroskopis. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi sumber N pengatur tumbuh tanaman selain sumber P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Kandungan nitrogen pada pupuk urea lebih tinggi dari pupuk ZA. Pupuk ZA Zwavelzuur Amonia memiliki kandungan nitrogen sekitar 20 dan sulfur sekitar 24 George dan Sussot 1971, sedangkan pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46 Buckman and Brady, 1982. Sebagai sumber hara penyusun asam amino dan protein, nitrogen merupakan salah satu unsur yang terpenting pada pertumbuhan fitoplankton Suminto, 2009. Kandungan protein yang tinggi pada fitoplankton dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dalam NaNO 3 pada media tumbuh fitoplanktoni Suminto, 2009. Apabila fitoplankton mengalami kekurangan nitrogen dalam NaNO 3 akan mengakibatkan rendahnya jumlah protein. Pada proses sintesis asam amino nitrogen diperlukan sebagai penyusun protein dalam sel Suminto, 2009.

F. Polisakarida

Polisakarida adalah polimer beberapa monosakarida yang berikatan satu sama lain. Polisakarida dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok homopolisakarida dan heteropolisakarida. Homopolisakarida adalah polisakarida yang tersusun dari satu jenis monosakarida, sedangkan heteropolisakarida adalah polisakarida yang terdiri dari dua atau lebih monosakarida Roswiem 2006. Porphyridium cruentum merupakan salah satu mikroalga penghasil polisakarida ekstraseluler dalam jumlah besar yang berpotensi sebagai antikanker. Polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan terdiri dari D-xylose, D-glucose, D-galactose, L-galactose, 3-O-methylxylose, 3-O-metylgalactose, dan D-glucuronic acid Percival dan Foyle 1979. Sel-sel mikroalga merah dibungkus oleh polisakarida sulfat dalam bentuk gel. Dalam kultur mikroalga, viskositas medium akan meningkat selama pertumbuhan mikroalga dalam media cair karena mikroalga mengekskresikan polisakarida dari permukaan sel ke dalam medium. Kapsul polisakarida paling tipis selama fase pertumbuhan dan paling tebal selama fase stasioner Arad dan Richmond 2004. Gambar 3. Polisakarida Porphyridium cruentum Arad dan Richmond 2004 Fungsi biologi dari polisakarida pada Porphyridium cruentum, yaitu melindungi sel, pertukaran atau penampungan ion, membentuk penghalang yang sulit ditembus oleh gas dan air, serta sebagai tempat vitamin dan hormon. Vonshak, 1988.