Mikroalga Porphyridium sp. TINJAUAN PUSTAKA A.

namun tidak memiliki klorofil b. Pigmen merah yang lebih dominan menutupi warna pigmen fotosintesis lainnya. Fikobillin merupakan pigmen penerima cahaya hanya pada fotosistem II PSII di dalam phycobillisome. Habitat asli Porphyridium sp. adalah laut, Porphyridium sp. dapat hidup dengan baik pada media air dengan salinitas 30- 34 ppt. Porphyridium sp. dapat hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa mucilago diekskresikan secara berkelanjutan oleh sel Porphyridium sp. untuk membentuk sebuah kapsul yang mengelilingi sel. Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam air Vonshak, 1988. Diameter Porphyridium sp. berkisar antara 4- 9 µm dengan struktur sel terdiri dari nukleus inti, kloroplas, badan golgi, mitokondria, lendir, pati dan vesikel Lee, 2008. Sel Porphyridium sp. tidak dilindungi oleh dinding sehingga materi ekstraplasmanya tidak memiliki komponen rangka atau serat mikro Lee, 2008. Porphyridium mengandung protein 28-39, karbohidrat 40-57, lipid 9-14 pada biomassa kering Spolaore et al, 2006.

C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Porphyridium sp.

Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara sebagai faktor pembatas seperti pH, suhu, nutrien dan cahaya Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton mikroalga. Suhu optimal untuk pertumbuhan mikroalga antara 23 – 25 o C, bergantung pada komposisi medium kultur, spesies dan tempat budidaya. Apabila suhu lebih rendah dari 16 o C akan memperlambat pertumbuhan, sedangkan suhu yang lebih tinggi dari 35 o C menyebabkan kematian bagi sejumlah spesies Balai Budidaya Laut, 2002. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang dapat mensintesis sumber makanan sendiri dengan cara merubah energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis dan proses asimilasi. Fotosintesis dapat terhambat karena intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Pada kultur skala laboratorium cahaya didapat dari cahaya lampu TL dengan kapasitas sebesar 1450 lux. Mikroalga dapat berkembang baik dengan intensitas cahaya berkisar antara 100- 10000 lux Balai Budidaya Laut, 2002. Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen dalam suatu larutan. Penyerapan nutrien oleh sel dipengaruhi derajat keasaman pH. Rentang pH untuk kultur alga adalah antara 7 – 9, sedangkan rentang optimumnya antara 8,2 - 8,7 Lavens dan Sorgeloos, 1996. Proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga dapat terhambat karena perubahan nilai pH yang signifikan saat pH turun hingga 5 Gunawan, 2012. Unsur hara di dalam perairan tawar dan perairan laut yang cukup lengkap dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi mikroalga. Unsur hara tersebut dibagi menjadi unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro meliputi nitrat dan posfat Taw, 1990, kalium, sulfur, natrium, silikat, dan calsium sedangkan unsur mikro meliputi boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan klorin Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995. Menurut Reynolds 2006 keterbatasan unsur hara pada media kultur mikroalga dapat menurunkan laju pertumbuhan dan biomassa mikroalga.

D. Pola Pertumbuhan Plankton

Sumber nutrisi yang mencukupi dapat mempercepat penggandaan sel fitoplankton Barsanti and Gualtieri, 2006. Adanya pertumbuhan dalam kultur fitoplankton ditandai dengan bertambahnya ukuran dan jumlah sel fitoplankton. Menurt Isnansetyo dan Kurniastuty 1995 terdapat lima fase pertumbuhan fitoplankton yang secara berurutan adalah terdiri dari fase istirahat lag, fase logaritmik, fase deklinasi, fase stasioner, dan fase kematian. Secara skematis pola perkembangbiakan fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kurva Perkembangbiakan fitoplankton Sumber : Creswell, 2010