sosial ekonomi, jabatan orang tua, pendidikan orang tua, tempat tinggal, dan suku bangsa juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan karier
bagi anak. Selanjutnya  penjelasan  mengenai  kelompok  sekunder  yang  memiliki
pengaruh terhadap pilihan jabatan yaitu: 2  Kelompok Sekunder
Menurut  Sukardi  1987:  53  kelompok  sekunder  ialah  didasarkan  atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas, gerak-gerik kelompok
itu.  Tujuan  dari  kelompok  sekunder  ini  adalah  untuk  mencapai  tujuan  tertentu dalam  masyarakat  secara  bersama-sama,  obyektif,  dan  rasional.  Kelompok
sekunder  memiliki  pengaruh  dalam  menentukan  arah  minat  jabatan  anak. Kelompok  ini  termasuk  1  keadaan  teman  sebaya,  2  sifat  dan  sikap  teman
sebaya, dan 3 tujuan dan nilai-nilai dari kelompok teman sebaya. Dari  penjelasan  kelompok  sekunder  yang  memiliki  pengaruh  terhadap
pemilihan  jabatan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  teman  sebaya  memiliki pengaruh  yang besar dalam pemilihan karir anak. Oleh sebab itulah tujuan anak-
anak memilih sekolah tak lepas dari pengaruh teman sebayanya.
2.2.3 Teori Pengembangan Karier dan Pengambilan Keputusan
Menurut Robert dan Marianne 2010:  452-465 teori-teori  pengembangan karir dan pengambilan keputusan sebagai berikut:
2.2.3.1 Teori Faktor-SifatWatak
Pendekatan  faktor-sifatwatak  ini  didasarkan  pada  konsep  Frank  Parsons tentang bimbingan kerja  yang diuraikan dibukunya  Choosing a Vocation 1909.
Di  buku  ini  Parsons  menyarankan  tiga  langkah  besar  untuk  pengembangan pengambilan  keputusan  karir  individu.  Dalam  bentuk  ringkasnya,  langkah-
langkah tersebut berbunyi sebagai berikut: 1  Sebuah  pemahaman  yang  jelas  dan  objektif  tentang  diri
seseorang seperti kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2  Sebuah  pengetahuan  tentang  persyaratan  dan  karakteristik karir-karir yang spesifik.
3  Sebuah  pengakuan  dan  pengaplikasian  hubungan  antara poin  1  dan  2  di  atas  bagi  sebuah  perencanaan  karir  yang
sukses.
2.2.3.2 Teori Perkembangan
Teoretisi  perkembangan  mengansumsikan  bahwa  perkembangan  karir adalah  sebuah  proses  yang  terus  berlangsung  di  seluruh  rentang  usia  individu.
Akibatnya,  kebanyakan  teori  cenderung  berfokus  kepada  tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan usia. Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma
1951 dalam Robert, 2010: 455 adalah para perintis awal bagi penciptaan teori pilihan  kerja  berbasis  perspektif  perkembangan.  Tim  ini  menganalisis  proses
pengambilan  keputusan  kerja  berdasarkan  tiga  periode:  pilihan  fantasi,  pilihan tentatif  dan  pilihan  realistik.  Teori  ini  menyatakan  sebuah  proses  yang  bergerak
semakin  tinggi  menuju  realisme  dalam  pengambilan  keputusan  karir  ketika seseorang semakin lanjut usianya.
2.2.3.3 Teori-teori Kepribadian
Teori-teori  kepribadian  melihat  preferensi  pekerjaan  sebagai  ekspresi kepribadian.  Mereka  menyatakan  kalau  banyak  perilaku  pencarian  karir
merupakan  sebuah  pertumbuhan  dari  upaya-upaya  untuk  menyesuaikan karakteristik  individu  dengan  bidang  kerja  tertentu.  Konsep  dan  asumsi  yang
melandasi  teori  kepribadian  dalam  bimbingan  kerja  merupakan  teori  John  L. Holland tentang tipe kepribadian dan model lingkungan, adalah sebagai berikut:
1  Pilihan kerja merupakan ekspresi kepribadian. 2  Inventori minat merupakan inventori kepribadian.
3  Stereotip  pekerjaan  bisa  digunakan  dan  makna-makna
psikologis dan sosiologis sangat penting. 4  Anggota  suatu  pekerjaan  memiliki  kepribadian  yang  mirip
dan sejarah perkembangan pribadi yang mirip. 5  Karena  individu  di  kelompok  kerja  memiliki  kepribadian
yang  serupa,  mereka  akan  merespons  banyak  situasi  dan problem  dengan  cara-cara  yang  sama,  dan  bahwa  mereka
akan menciptakan lingkungan antar-pribadi yang khas.
6  Kepuasan  kerja,  stabilitas  dan  prestasi  bergantung  pada kongruensi  antara  kepribadian  dan  lingkungan  disusun
sebagian  besar  oleh  orang  lain  yang  di  mana  seseorang bekerja.
2.2.3.4 Teori Belajar Sosial
Teori  ini  menyatakan  kalau  empat  kategori  faktor  berpengaruh  bagi pengembangan  karir  dan  pengambilan  keputusan  individu.  Faktor-faktor  ini
mencakup sebagai berikut: 1  Bawaan genetik dan bakat istimewa.
2  Kondisi lingkungan dan kejadian. 3  Pengalaman belajar.
4  Keterampilan pendekatan tugas.
Seperti  yang  telah  dijelaskan  di  atas  dari  empat  teori,  yaitu:  1  teori faktor-sifatwatak,  2  teori  perkembangan,  3  teori  kepribadian,  dan  4  teori
belajar  sosial.  Masing-masing  dari  teori  memiliki  penjelasan  mengenai  faktor- faktor  internal  maupun  eksternal.  Faktor  internal  dalam  pengambilan  keputusan
karir  dapat  dilihat  dari  teori  faktor-sifatwatak  yaitu  sebuah  pemahaman  tentang diri  seseorang  seperti  kemampuannya,  minatnya,  sikapnya,  dan  sebuah
pengetahuan tentang persyaratan dan karakteristik karir-karir  yang spesifik. Oleh sebab itu muncullah sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara hal-
hal tersebut bagi sebuah perencanaan karir yang sukses. Setelah  itu  dijelaskan  pula  mengenai  teori  perkembangan  bahwa
pengambilan  keputusan  karir  sesuai  dengan  tiga  tahap  perkembangan,  yaitu fantasi,  tentatif  dan  realistik.  Jadi  karir  manusia  memang  berjalan  sesuai  dengan
rentang  kehidupan  sepanjang  hayat.  Dalam  teori  kepribadian,  pemilihan  karir sangat  bergantung  pada  kepribadian  individu  itu  sendiri  dan  lingkungan.  Faktor
internal  dari  teori  ini  yaitu  individu  melakukan  pemilihan  keputusan  karir cenderung  yang  sesuai  dengan  kepribadiannya.  Selain  itu  faktor  eksternal  dari
teori  ini  adalah  faktor  lingkungan,  apabila  lingkungannya  sesuai  dengan kepribadian
individu itu
sendiri, maka
individu akan
lebih bisa
mengaktualiasasikan diri dalam pekerjaannya. Faktor  internal  dari  teori  belajar  sosial  yaitu,  individu  akan  melakukan
pengambilan  keputusan  karir  yang  sesuai  dengan  bakat  istimewa  yang  dimiliki serta pengalaman belajar yang dijalani. Lalu faktor eksternal dari teori ini adalah
kondisi  lingkungan  sosial  tempat  individu  belajar.  Lingkungan  sosial  belajar sangat  mempengaruhi  cara  berpikir  individu  untuk  mengembangkan  dirinya
dalam proses menuju masa depan.
2.2.3.5 Tipe Kepribadian
Menurut  pandangan  John  L.  Holland  1973:  14-17  mengenai  enam  tipe
kepribadian yang memberikan pengaruh pada pemilihan karier. 1 The  realistic  type,  the  special  heredity  and  experiences  of
the  realistic  person  lead  to  a  preference  for  activities  that entail  the  explicit,  ordered,  or  systematic  manipulation  of
objects,  tools,  machines,  animals,  and  to  an  eversion  to educational or therapeutic activities.
2 The investigative type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that
entail  the  observational,  symbolic,  systematic,  and  creative investigation
of physical,
biological, and
cultural phenomena  in  order  to  understand  and  control  such
phenomena;  and  to  an  aversion  to  persuasive,  social,  and repetitive activities.
3 The artistic type, the special heredity and experiences of the realistic  person  lead  to  a  preference  for  ambiguous,  free,
unsystematized  activities  that  entail  the  manipulation  of physical, verbal, or human materials to create art forms or
products,  and  to  an  aversion  to  explicit,  systematic,  and ordered activities.
4 The social type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that entail
the manipulation of others to inform, train, develop, cure, or enlighten;  and  an  aversion  to  explicit,  ordered,  systematic
activities involving materials, tools, or machines.
5 The  enterprising  type,  the  special  heredity  and  experiences of the realistic person lead to a preference for activities that
entail  the  manipulation  of  others  to  attain  organizational goals  or  economic  gain;  and  an  aversion  to  observational,
symbolic, and systematic activities.
6 The conventional type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that
entail  the  explicit,  ordered,  or  systematic  manipulation  of data, such as keeping records, filing materials, reproducing
materials, organizing written and numerical data according to a prescribed plan, operating business machines and data
processing  machines  to  attain  organizational  or  economic goals;  and  to  an  aversion  to  ambiguous,  free,  exploratory,
or unsystematized activities.
Tipe  Realistik  yang  preferensinya  pada  aktivitas-aktivitas  yang memerlukan  manipulasi  eksplisit,  teratur,  atau  sistematik  terhadap  obyek-obyek,
alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian  bantuan  atau  pendidikan.  Menganggap  diri  baik  dalam  kemampuan
mekanikal  dan  atletik  dan  tidak  cakap  dalam  keterampilan-keterampilan  sosial hubungan  antar  manusia.  Menilai  tinggi  benda-benda  nyata,  seperti:  uang  dan
kekuasaan.  Ciri-ciri  khususnya  adalah  praktikalitas,  stabilitas,  dan  konformitas. Lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi-okupasi teknik.
Tipe  Investigatif  PenelitiPengusut,  memiliki  preferensi  untuk  aktivitas- aktivitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan
kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol  fenomena  tersebut,  dan  tidak  menyukai  aktivitas-aktivitas  persuasif,
sosial,  dan  repetitif.  Contoh  dari  okupasi-okupasi  yang  memenuhi  kebutuhan- kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
Tipe  Artistik  Seniman,  lebih  menyukai  aktivitas-aktivitas  yang  ambigu, bebas,  dan  tidak  tersistematisasi  untuk  menciptakan  produk-produk  artistik,
seperti:  lukisan,  drama,  dan  karangan.  Tidak  menyukai  aktivitas-aktivitas  yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistik
dikembangkan  dan  keterampilan-keterampilan  yang  rutin,  sistematik,  klerikal diabaikan.  Memandang  diri  sebagai  ekspresif,  murni,  independen,  dan  memiliki
kemampuan-kemampuan  artistik.  Beberapa  ciri  khususnya  adalah  emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi-okupasi artistik biasanya adalah lukisan,
karangan, akting, dan seni pahat.
Tipe  Sosial  lebih  menyukai  aktivitas-aktivitas  yang  melibatkan  orang- orang  lain  dengan  penekanan  pada  membantu,  mengajar,  atau  menyediakan
bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek  dan  materi-materi.  Kompetensi-kompetensi  sosial  cenderung
dikembangkan,  dan  hal-hal  yang  bersifat  manual  dan  teknik  diabaikan. Menganggap  diri  kompeten  dalam  mcmbantu  dan  mengajar  orang  lain  serta
menilai  tinggi  aktivitas-aktivitas  hubungan-hubungan  sosial.  Beberapa  ciri khususnya  adalah  kerja  sama,  bersahabat,  persuasif,  dan  bijaksana.  Okupasi-
okupasi  sosial  mencakup  pekerjaan-pekerjaan  seperti  mengajar,  konseling,  dan pekerjaan kesejahteraan sosial.
Tipe  Enterprising  Pengusaha,  lebih  menyukai  aktivitas-aktivitas  yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau
tujuan-tujuan  organisasi.  Tidak  menyukai  aktivitas-aktivitas  yang  sistematik, abstrak,  dan  ilmiah.  Kompetensi-kompetensi  kepemimpinan,  persuasif  dan  yang
bersifat  supervisi  dikembangkan,  dan  yang  ilmiah  diabaikan.  Memandang  diri sebagai  agresif,  populer,  percaya  diri,  dan  memiliki  kemampuan  memimpin.
Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
Tipe Konvensional Orang Rutin, lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan  manipulasi  data  yang  eksplisit,  teratur,  dan  sistematik  guna
memberikan  kontribusi  kepada  tujuan-tujuan  organisasi.  Tidak  menyukai aktivitas-aktivitas  yang  tidak  pasti,  bebas  dan  tidak  sistematik.  Kompetensi-
kompetensi  dikembangkan  dalam  bidang-bidang  klerikal,  komputasional,  dan
sistem usaha. Aktivitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri  sebagai  teratur,  mudah  menyesuaikan  diri,  dan  memiliki  keterampilan-
keterampilan  klerikal  dan  numerikal.  Beberapa  ciri  khasnya  adalah  efisiensi, keteraturan,  praktikalitas,  dan  kontrol  diri.  Okupasi-okupasi  yang  sesuai  adalah
bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku. Pandangan Holland Winkel  Hastuti, 2004: 634-636 mencakup tiga ide
dasar,  yang  masing-masing  dijabarkan  lebih  lanjut.  Tiga  ide  dasar  bersama rinciannya adalah sebagai berikut.
1  Semakin  mirip  seseorang  dengan  salah  satu  di  antara  enam  tipe  itu,  makin tampaklah  padanya  ciri-ciri  dan  corak  perilaku  yang  khas  untuk  tipe
bersangkutan. 2  Semakin  mirip  lingkungan  tertentu  dengan  salah  satu  di  antara  enam  model
lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
3  Perpaduan  dan  pencocokan  antara  tiap  tipe  kepribadian  dan  suatu  model lingkungan  memungkinkan  meramalkan  pilihan  okupasi,  keberhasilan,
stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku. Berdasarkan  ke  enam  tipe  kepribadian  yang  dikemukakan  oleh  John  L.
Holland,  semua  tipe  tersebut  sangat  mempengaruhi  individu  dalam  pengambilan keputusan  karir.  Terutama  siswa  SMP  yang  akan  memilih  sekolah  lanjutan  di
SMA  dan  SMK.  Dijelaskan  bahwa  individu  dalam  memilih  karirnya    sangat bergantung  dari  corak  hidupnya,  yaitu  yang  terlihat  dari  hasil  pengukuran
penilaian  diri  dan  intelegensi  yang  kemudian  hasil  tersebut  akan  didapatkan hierarkis pilihan pekerjaannnya yang diurutkan berdasar enam golongan orientasi,
Holland 1973: 14-17. Individu dalam memilih pekerjaannya karena dipengaruhi oleh sejarah hidupnya dam juga karena tekanan sosial yang terjadi pada dirinya.
Menurut  Holland  karir  seseorang  dipengaruhi  oleh  tipe  kepribadian  dan latar  belakang  lingkungan.  Kepribadian  seseorang  meliputi  dua  faktor,  yaitu
bawaan  dan  pengalaman-pengalaman  hidup.  Holland  mencatat  bahwa  manusia mempunyai  gaya  pribadi  lebih  dari  satu,  sehingga  pilihan  karir  juga  dapat
beberapa,  tetapi  ada  jenjang  yang  lebih  diprioritaskan.  Holland  berpegang  pada keyakinan,  bahwa  suatu  minat  yang  menyangkut  pekerjaan  dan  okupasi  adalah
hasil  perpaduan  dari  sejarah  hidup  seseorang  dan  keseluruhan  kepribadiannya, sehingga  minat  tertentu  akhirnya  menjadi  suatu  ciri  kepribadian  yang  berupa
ekspresi diri dalam bidang pekerjaan. Kesimpulan  dari  penjelasan  di  atas  bahwa  tipe  kepribadian  manusia
memiliki  pengaruh-pengaruh  bagi  siswa  dalam  pemilihan  sekolah  lanjutan  yang meliputi  faktor  pengetahuan  diri,  yang  diartikan  sebagai  kemampuan  seseorang
untuk  memahami  kemampuan-kemampuannya  sendiri  melalui  pengalaman- pengalaman  hidup.  Tinggi  rendahnya  pengetahuan  diri  seseorang  akan  terlihat
dari  tepat  atau  tidaknya  beberapa  pilihan  atau  keputusan  yang  diambil.  Lalu pengaruh luar atau lingkungan  yang memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan
bahwa dalam memilih  jabatan atau pekerjaan individu  dapat  dipengaruhi  dengan tekanan  sosial  seperti,  tuntutan  orang  tua,  pengaruh  dari  masa  kecil,  lingkungan
pergaulan, dan sebagainya.
2.2.3.6 Perencanaan Karier dan Pengambilan Keputusan di Sekolah-sekolah
Menurut  Robert  dan  Marianne  2010:  481-484  sekolah  memiliki  peran yang besar dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengembangan karir
siswa di dalam pengalaman pendidikan formal. Berikut adalah beberapa kerangka umum pengembangan karir yang baik bagi siswa, yaitu:
1 Semua  siswa  mestinya  disediakan  kesempatan  yang  sama
untuk  mengembangkan  basis  di  mana  mereka  bisa membuat  keputusan  karir  mereka.  Semakin  menyusutnya
pilihan  kerja  siswa  saat  mereka  menjalani  tahun-tahun sekolah merupakan sebuah tragedi pendidikan yang besar.
2 Pengembangan  sedini  mungkin  dan  berkesinambungan
bagi  sikap-sikap  positif  siswa  terhadap  pendidikan  adalah aspek  yang sangat kritis. Jatuhnya pilihan kerja bagi siswa
bahkan  sejak  sekolah  dasar  sangat  disayangkan,  namun kegagalan
mempertahankan minat
siswa kepada
pengembangan optimum pendidikan adalah bencana besar. Pengembangan  karir  akan  jadi  terbatas  maknanya  tanpa
pengembangan  pendidikan  yang  seiring  sejalan  dengannya periode-periode awal pengembangan diri siswa.
3 Sebagai  konsekuensi  dari  poin-poin  sebelumnya,  siswa
mestinya diajar untuk melihat karir sebagai cara hidup dan pendidikan  sebagai  persiapan  bagi  kehidupan.  Sering  kali
siswa  sampai  di  tahap  pengambilan  keputusan  pendidikan tentang  hidup  yang  melihat  karir  hanya  berdasarkan
deskripsi kerjanya.
4 Siswa
mestinya dibantu
untuk mengembangkan
pemahaman  yang  tepat  tentang  diri  mereka  dan  harus dipersiapkan  untuk  mengaitkan  pemahaman  ini  bagi
pengembangan  pribadi-sosialnya  dan  bagi  perencanaan karir  pendidikannya.  Pemahaman-pemahaman  ini  penting
bagi pemenuhan kebutuhan individu bagi aktualisasi diri.
5 Siswa  di  semua  jenjang  harus  diberikan  pemahaman
tentang  hubungan  antara  pendidikan  dan  karir.  Siswa memerlukan sebuah kesadaran tentang hubungan-hubungan
di  antara  jenjang-jenjang  pendidikan  dan  kemungkinan karir  yang  terkait.  Mereka  juga  harus  menyadari  kalau
pekerjaan  dan  minat  bisa  muncul  dari  salah  satu  pelajaran tertentu di sekolah.
6 Siswa  memerlukan  pemahaman  tentang  di  mana  dan
mengapa  mereka  berada  di  titik  tertentu  dari  kontinum pendidikan  di  waktu  tertentu.  Jika  mereka  memberikan
apresiasi tinggi bagi pendidikan saat ini dan di masa depan, mereka  harus  dibantu  untuk  mendapatkan  kesempatan
memahami  proses  pendidikannya,  urut-urutannya,  dan pengetahuan terintegrasinya.
7 Siswa  di  setiap  jenjang  pendidikan  mestinya  memiliki
pengalaman  berorientasi-karir  yang  tepat  sesuai  tingkat kesiapan
mereka sekaligus
kebermaknaan dan
kerealistikannya. 8
Siswa harus memiliki kesempatan untuk mengetes konsep, keterampilan  dan  peran  untuk  mengembangkan  nilai  yang
dapat memiliki aplikasi karir di masa depan.
9 Program bimbingan dan konseling karir yang dipusatkan di
kelas,  dengan  koordinasi  dan  konsultasi  oleh  konselor sekolah,  partisipasi  oleh  orang  tua,  dan  kontribusi  sumber
daya dari komunitas.
10  Program bimbingan
dan konseling
karir sekolah
diintegrasikan  menjadi  pemfungsian  bimbingan  dan konseling dan program-program pendidikan total lembaga.
11  Siswa  harus  siap  mengatasi  perubahan  dramatis  di  dunia kerja  yang  sudah  menghilangkan  kebanyakan  karakteristik
tradisional  karir  di  masa  lalu.  Mencakup  perubahan  pasar global,  persaingan  kerja  internasional,  pencarian  kerja
lewat internet dan teknologi lainnya.
12  Siswa mestinya dibantu mengembangkan kedewasaan yang dibutuhkan  untuk  membuat  keputusan  karir  yang  efektif
dan memasuki dunia kerja.
Dari  beberapa  poin  di  atas,  dijelaskan  bahwa  sekolah  memiliki  pengaruh yang sangat kuat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengembangan
karir  siswa.  Ini  merupakan  faktor  eksternal  yang  mempengaruhi  perkembangan karir  siswa,  apabila  sekolah  tidak  dapat  mengarahkan  dan  memberikan
pengalaman  yang  berharga  pada  siswa  dalam  dunia  karir,  maka  hal  demikian termasuk hambatan yang dialami siswa dalam menentukan keputusan karir untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi faktor-faktor di atas saling mempengaruhi. Faktor internal seperti taraf
intelegensi,  bakat,  minat,  dan  lain-lain  memang  berpengaruh  terhadap  pilihan
karir  individu.  Namun  banyak  kasus  di  mana  seorang  individu  tidak  berkarir sesuai  dengan  faktor  internal  yang  disebutkan  di  atas,  melainkan  karena
dipengaruhi  faktor  eksternal.  Sebagai  contoh  seorang  siswa  memiliki  minat  di bidang  kesenian,  tapi  orang  tuanya  berprofesi  sebagai  dokter.  Kemungkinan  ia
ingin berkarir di bidang seni, namun di satu sisi dia mendapat tuntutan dari orang tua  untuk  berkarir  menjadi  seorang  dokter  seperti  orang  tuanya.  Sehingga  dapat
mempengaruhi  siswa  tersebut  dalam  membuat  rencana  pilihan  karirnya.  Oleh sebab itulah faktor internal dan juga eksternal sangat berpengaruh terhadap pilihan
individu pada sekolah lanjutan yang tepat untuk menentukan karir di masa depan.
2.3 Faktor-faktor Penghambat Pemilihan Sekolah Lanjutan
Pemilihan sekolah lanjutan merupakan salah satu aspek perencanaan karir, yang  mana  semua  itu  bertujuan  untuk  memudahkan  anak  dalam  merencanakan
masa depan sedini mungkin. Oleh sebab itu, secara teoritis perlu diketahui faktor- faktor  yang  dapat  mempengaruhi  perkembangan  karir  siswa  untuk  melanjutkan
studi  lanjut.  Pemilihan  karir  siswa  tidak  muncul  begitu  saja  dengan  sendirinya. Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhinya.  Berdasarkan  kajian  teori  yang
dilakukan,  diasumsikan  beberapa  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pemilihan sekolah lanjutan pada siswa,  yaitu kondisi fisik, kondisi psikis, kondisi keluarga,
kondisi sekolah, teman, dan masyarakat.  Faktor-faktor tersebut  nantinya  menjadi fokus dalam penelitian ini.