sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki individu tersebut. Faktor- faktor tersebut juga dapat menjadi sebuah hambatan yang menyebabkan siswa
masih ragu dan tidak memiliki kesiapan dalam membuat keputusan-keputusan karier yang tepat bagi masa depannya. Faktor-faktor yang menghambat tersebut
dapat berasal dari dalam diri dan juga dari luar diri. Perencanaan karir sangat penting bagi siswa terutama untuk membangun sikap siswa dalam mempersiapkan
diri untuk menempuh bidang karier yang diminatinya di masa depan.
2.4 Teori Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah SMP
Anak usia sekolah menengah SMP tentu memiliki ciri-ciri khusus mengenai tahapan perkembangan. Dalam penelitian ini lebih berfokus pada tahap
perkembangan anak usia sekolah menengah SMP dalam hal karier. Penentuan karier untuk anak usia pubertas ini tentunya masih memiliki beberapa hambatan
karena emosi yang masih labil. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesulitan anak untuk mengetahui apa bakat dan minat sebenarnya. Oleh sebab itu, karakteristik
anak usia sekolah menengah SMP ini perlu diperhatikan agar penentuan karier mereka di masa depan tidak mendapat hambatan.
Menurut Desmita 2009: 36 terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP 10-14 tahun ini, yaitu:
1 Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. 2 Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap
perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. 3 Kecenderungan minat dan dunia karir relatif sudah lebih
jelas.
Desmita juga menambahkan mengenai karakteristik anak usia remaja 12- 21 tahun adalah masa di mana remaja yang sering dikenal dengan masa pencarian
jati diri ego indentity sebagai berikut: 1 Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai
dengan minat dan kemampuannya. 2 Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-
konsep yang diperlukan sebagai warga negara. 3 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya. Keating Adam Gullota, 1983: 143 dalam Yusuf 2009: 195
mengemukakan hal pokok yang berkaitan dengan berpikir operasional formal, yaitu
“remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya
”. Menurut Yusuf 2009: 201
“faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja yaitu keinginan untuk
mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar cita-cita ”. Apabila
remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan.
Dalam upaya membantu remaja atau siswa SMP menemukan identitas dirinya, Woolfolk 1995: 73 dalam Yusuf 2009: 203 menyarankan sebagai
berikut: 1 Berilah para siswa informasi tentang pilihan-pilihan karir
dan peran-peran orang dewasa. Caranya: a ,enyarankan kepada remaja untuk membaca literatur yang isinya
menyangkut dunia kerja; dan b mendatangkan nara sumber untuk menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa mereka
memilih tentang profesi yang dijalaninya.
2 Membantu siswa untuk menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya. Caranya: a mendorong
keberanian mereka untuk berbicara kepada Konselor guru pembimbing; dan b mendiskusikan potensi-potensi
dirinya.
Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan remaja seusia SMP memang masih labil dalam pemilihan dan
pengambilan keputusan karier. Namun mereka sudah memiliki pandangan yang lebih jelas dalam merencanakan masa depan. Hambatan yang dialami remaja pada
umumnya yaitu mereka belum mengetahui karier apa yang tepat bagi mereka, karena cita-cita selalu berubah-ubah sepanjang hidup dikarenakan faktor dari
kemampuan diri sendiri maupun lingkungan. Menurut Ginzberg dkk dalam Santrock, 2002: 94 perkembangan individu
dalam proses pilihan karier mencakup tiga fase yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Masa fantasi mencakup usia sampai kira-kira 10 atau 12 tahun, ciri utama masa
ini adalah dalam memilih pekerjaan anak bersifat sembarangan. Pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan yang masak mengenai kenyataan yang ada, tetapi
pada kesan atau khayalannya saja. Misal ketika mereka ditanya ingin menjadi apa ketika dewasa, anak kecil cenderung menjawab ingin menjadi dokter, pahlawan,
guru, pilot, pemain sepak bola, dan lain-lain.
Pada masa tentatif, pilihan karir orang mengalami perkembangan. Pada awalnya pertimbangan karir itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau
minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apakah
dia memiliki kemampuan melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kemmpuannya itu cocok dengan minatnya. Masa berikutnya adalah masa transisi antara tentatif
dan realistik. Pada masa ini anak mulai memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya. Orientasi-orientasi itu adalah orientasi minat, orientasi
kemampuan, dan orientasi nilai. Kemudian tahap realistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan
penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan dengan tuntutan sebenarnya. Kesimpulan dari teori perkembangan Ginzberg mempunyai tiga
unsur, yaitu proses bahwa pilihan pekerjaan itu suatu proses, irreversibilitas bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik, dan kompromi
bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi antara faktor-faktor lain, yaitu minat, kemampuan, dan nilai. Dari pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa
proses perkembangan remaja cenderung sudah mengarahkan pada karier namun bagi remaja sendiri masih memiliki beberapa hambatan dari dalam diri maupun
dari lingkungan luar.
2.5 Kerangka Berpikir