Peneliti Pelaku di Kecamatan

memberikan pelatihan berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Fasilitator dituntut berperan aktif dalam proses pendidikan guna merangsang dan mendukung kegiatan-kegiatan komunitas. Kegiatan itu tidak saja membantu, namun lebih-lebih harus punya input dan arahan-arahan positif dari hasil pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai oleh fasilitator. Pendidikan dalam artian ini adalah upaya berbagi pengetahuan dalam membangun suatu kesadaran bersama dalam memahami kenyataan sehari- hari.

3. Peneliti

Fasilitator juga mempunyai kepentingan untuk melakukan penelitian , guna mengumpulkan dan menginterpretasikan data baru yang terkait, sehingga dapat memperkaya wawasan dan memberikan sumbangan bagi pengembangan model pemberdayaan sejenis di masa mendatang. Pekerja masyarakat fasilitator tidak terelakkan terlibat di dalam proses-proses riset, dengan menggunakan bermacam metodologi riset ilmu sosial untuk mengumpulkan data yang relevan, meneliti dan menyajikan data. Hal ini termasuk dalam hal merancang dan melaksanakan survai sosial, meneliti data dari survei-survei, menggunakan dan meneliti data sensus, mengumpulkan dan meneliti data tentang permintaan dan pemanfaatan berbagai jasa. Ini adalah satu bidang di mana pengetahuan teknis seperti sampling, membangun daftar pertanyaankuisioner dan analisis statistik diperlukan jika pekerjaan sosial ingin berjalan dengan baik.

4. Peran Teknikal

Dalam proses pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan keahlian dan teknik-teknik yang khas, terutama untuk melakukan “need assesment”. Peran teknik yang akan dilakukan oleh seorang fasilitator dalam pemberdayaan dapat terlaksana jika yang bersangkutan memiliki kualifikasi teknis untuk membantu masyarakat melakukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pembangunan prasarana desa. Untuk maksud tersebut,seorang fasilitator teknik harus memiliki tiga macam keterampilan, yaitu : a. Keterampilan untuk memberdayakan masyarakat, termasuk peningkatan kapasitas teknis dan manajerial. Hal ini termasuk keterampilan untuk menerapkan prosedur dan metode yang mendorong peningkatan tingkat pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan pengalihan ilmu sesuai dengan uraian tugas. b. Keterampilan teknis, termasuk keterampilan dalam bidang teknis sipil yang umum maupun keterampilan dalam pembangunan jenis prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. c. Keterampilan untuk menilai dan meningkatkan kemandirian teknis. Kredibilitas Komunikator Dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi internalization, identifikasi-diri self identification dan ketundukan Kelman 1975 diacu dalam Hamidi 2007. Komunikan mengalami proses internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang di anut. Komunikan merasa memperoleh sesuatu yang bermanfaat jika pesan yang disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika komunikatornya memiliki credibility , karenanya komunikasi bisa efektif. Hamidi 2007 menyatakan, Identifikasi terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan meniru atau mengambil pikiran atau perilaku dari orang atau kelompok lain komunikator dan jika komunikatornya memiliki daya tarik attractiveness. Ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward dan terhindar dari punishment dari komunikator jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Ethos atau ethikos berasal dari Bahasa Yunani yang berarti adat, kebiasaan, praktek Bagus L 1996. Sebagaimana digunakan Aristoteles istilah ini mencakup ide “Karakter” dan “Disposisi” kecondongan. Kata ethos sering juga dipadankan dengan kata moralis Cicero diacu dalam Bagus 1996. Baginya kata ini ekuivalen dengan kata ethikos sebagaimana diangkat oleh Aristoteles. Perilaku ethos menyangkut perbuatan dalam kerangka baik dan benar. Bila kebaikan dipandang sebagai kunci tingkah laku etis, teori etika yang dihasilkan ditandai kepenuhan nilai. Kebenaran menjadi satu aspek dari kepenuhan tersebut, yaitu seperangkat kewajiban kepada yang lain yang mesti dihormati dalam pencapain kebaikan. Teori yang demikian disebut Aksiologis menekankan kiblatnya kepada tujuan akhir. Bila kebenaran dianggap sebagai kunci perilaku etis, etika menjadi berkiblat kepada ide kewajiban dan tugas, berkisar pada pernyataan tentang prinsip-prinsip perilaku, dan bukan pada penelusuran konsekuensi-konsekuensi. Teori-teori seperti ini disebut deontologis menekankan kewajiban atau formalistis menekankan prinsip. Kredibilitas diartikan sebagai suatu tingkat sampai sejauhmana sumber pesan dapat dipercaya oleh penerima. Tingkat kepercayaan ini penting karena pada kenyataannya orang terlebih dahulu akan memperhatikan siapa yang membawa pesan, sebelum ia mau menerima pesan yang dibawanya. Apabila kredibilitas sumber rendah, maka bagaimanapun baiknya pesan yang disampaikan, penerima tidak akan menerimanya. Devito 1997 memahami kredibilitas komunikator sebagai hal penting untuk menjadikan orang lain komunikan percaya atau tidak percaya terhadap apa yang disampaikan komunikator. Kredibilitas penting bagi politisi karena ini mempengaruhi suara pemilih. Kredibilitas penting dalam dunia pendidikan, karena ini mempengaruhi citra pendidik di depan kelas. Kredibilitas penting bagi fasilitator karena akan mempengaruhi anggota komunitas untuk menjalankan program-program pemberdayaan. Tidak ada situasi komunikasi dimana kredibilitas tidak mempunyai pengaruh atau efek bagi komunikan. Lebih lanjut Devito 1997 mengidentifikasi tiga aspek kualitas utama dari kredibilitas. 1 Kompetensi, mengacu pada pengetahuan dan kepakaran yang menurut khalayak dimiliki oleh komunikator; 2 Karakter, mengacu pada i’tikad dan perhatian komunikator kepada khalayak dan 3 Karisma, mengacu pada kepribadian dan kedinamisan komunikator. Selanjutnya Aristoteles 1954 diacu dalam Hamidi 2007 menyatakan bahwa dimensi ethos seorang komunikator terdiri dari good sense, good moral character dan good will. Sementara itu, unsur-unsur kredibilitas dari seorang komunikator terdiri dari : trust, expertise, authority, performans, socio economics status, experiences dan style of influence Verderber F. Rudolph 1990 diacu dalam Hamidi 2007. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kredibilitas seorang fasilitator dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : Kompetensi meliputi keahlian, pengalaman, percaya diri dan penguasaan informasi; Karakter meliputi objektifitas, minat dan trust; Status sosial dan ekonomi meliputi kekuasaan, pendidikan dan ekonomi; dan Karismatik meliputi keaktifan, tegas dan semangat. Tentang PNPM-Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri pada hakekatnya adalah gerakan dan program nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar. PNPM Mandiri membutuhkan harmonisasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan pemilihan sasaran targetting baik wilayah maupun masyarakat penerima manfaat, prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulangan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat Pedum PNPM Mandiri 20072008 Mulai tahun 2007 Pemerintah mencanangkan PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan PNPM MPd, PNPM Mandiri Perkotaan PNPM MPk, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM MPd adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM MPd merupakan pengembangan dari pProgram Pengembangan Kecamatan PPK, yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat Pedum PNPM Mandiri 20072008 Visi PNPM MPd adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM MPd adalah: 1 peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2 pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; 3 pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; 4 peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; 5 pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan Pedum PNPM Mandiri 20072008 Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM MPd, strategi yang dikembangkan PNPM MPd yaitu menjadikan rumah tangga miskin RTM sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM MPd lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM MPd diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui PPK. Prinsip Dasar PNPM Md Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM MPd mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM MPd. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM MPd. Prinsip-prinsip itu meliputi: a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Artinya bahwa masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata b. Otonomi. Maksudnya adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar

c. Desentralisasi. Pengertiannya adalah memberikan ruang yang lebih luas

kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Artinya bahwa segala keputusan yang diambil harus berpihak kepada masyarakat miskin e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertiannya adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan,kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik g. Demokratis. Maksud demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat

h. Transparansi dan Akuntabel, dimana masyarakat memiliki akses terhadap

segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, maupun administratif i. Prioritas. Artinya bahwa masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan. j. Keberlanjutan. Maksudnya adalah dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya. Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Pelaku PNPM MPd sebagaimana tertuang dalam Petunjuk Teknis Operasional PTO PNPM MPd tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Pelaku di Perdesaan

Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PNPM MPd di desa. Pelaku di desa meliputi: a. Kepala Desa, berperan sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM MPd di desa. Bersama BPD, kepala desa menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan prinsip dan prosedur PNPM MPd sebagai pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset PNPM MPd yang telah ada. Kepala desa juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarahbadan kerja sama antar desa. b. Badan Permusyawarahan Desa BPD, berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM MPd, termasuk sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau mengesahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PNPM MPd desa. BPD juga bertugas mewakili masyarakat bersama Kepala Desa dalam membuat persetujuan pembentukan badan kerja sama antar desa. c. Tim Pengelola Kegiatan TPK, terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM MPd.

d. Tim Penulis Usulan TPU, berasal dari anggota masyarakat yang dipilih

melalui Musdes. Peran TPU adalah menyiapkan dan menyusun gagasan- gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah khusus perempuan, serta dokumen-dokumen yang diperlukan untuk musrenbang reguler, termasuk RPJM Desa dan RKPDes. Anggota TPU dipilih oleh masyarakat berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang diajukan masyarakat.

e. Tim Pemantau, berperan menjalankan fungsi pemantauan terhadap

pelaksanaan kegiatan yang ada di desa. Keanggotaannya berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui Musdes. Hasil pemantauan kegiatan disampaikan saat Musdes dan MAD.

f. Tim Pemelihara, berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil

kegiatan yang ada di desa, termasuk perencanaan kegiatan dan pelaporan. g. Kader Pemberdayaan Masyarakat DesaKelurahan KPMDK. adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM MPd di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pemeliharaan. h. Kelompok Masyarakat Pokmas, adalah kelompok masyarakat yang terlibat dan mendukung kegiatan PNPM MPd, baik kelompok sosial, kelompok ekonomi maupun kelompok perempuan. Termasuk sebagai kelompok masyarakat misalnya kelompok arisan, pengajian, kelompok ibu-ibu PKK, kelompok SPP, kelompok usaha ekonomi, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar desa dan sebagainya.

2. Pelaku di Kecamatan

Pelaku-pelaku PNPM MPd di tingkat Kecamatan terdiri atas : a. Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina pelaksanaan PNPM MPd kepada desa-desa di wilayah kecamatan. b. Penanggung jawab Operasional Kegiatan PjOK adalah seorang Kasi pemberdayaan masyarakat atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang ditetapkan berdasarkan SK Bupati dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PNPM MPd di kecamatan. c. Tim Verifikasi TV adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus, di bidang teknik prasarana, SPP, pendidikan, kesehatan atau pelatihan ketrampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam Musdes perencanaan. Perannya adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM MPd dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada MAD sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. d. Unit Pengelola Kegiatan UPK, berperan sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan kegiatan antar desa. Pengurus UPK sekurang- kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh desa berdasarkan hasil Musdes dan selanjutnya dipilih dalam MAD. UPK mendapatkan penugasan BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran. e. Badan Pengawas UPK BP-UPK, berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi, dan keuangan yang dilakukan oleh UPK. BP-UPK dibentuk melalui MAD, sekurang-kurangnya tiga orang terdiri dari ketua dan anggota. f. Fasilitator Kecamatan F-Kec dan Fasilitator Teknik Kecamatan FT-Kec adalah pendamping masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan PNPM MPd. Perannya adalah memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan program pada tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. FK dan FT juga berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku- pelaku PNPM MPd di desa dan kecamatan. g. Pendamping Lokal PL adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu FKFT untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan tahapan dan kegiatan PNPM MPd pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Di setiap kecamatan akan ditempatkan minimal satu orang pendamping lokal. h. Tim Pengamat adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk memantau dan mengamati jalannya proses MAD serta memberikan masukan dan saran agar MAD dapat berlangsung secara partisipatif. i. Badan Kerjasama Antar Desa BKAD adalah lembaga lintas desa yang dibentuk secara sukarela atas dasar kesepakatan dua atau beberapa desa di satu wilayah dalam satu kecamatan dan atau antar kecamatan dengan suatu maksud dan tujuan tertentu. BKAD dibentuk untuk melindungi dan melestarikan hasil-hasil program yang terdiri dari kelembagaan UPK, sarana- prasarana, hasil kegiatan bidang pendidikan, bidang kesehatan dan perguliran dana. j. Setrawan Kecamatan. Setrawan Kecamatan diutamakan dari pegawai negeri sipil di lingkungan kecamatan yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat melaksanakan tugas akselerasi perubahan sikap mental di lingkungan pemerintah kecamatan dan perubahan tata pemerintahan serta mendampingi masyarakat, khususnya dalam manajemen pembangunan partisipatif. Dalam hal tertentu pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah dapat ditugaskan di kecamatan sebagai setrawan kecamatan. Dalam kaitan dengan PNPM Mandiri Perdesaan, setrawan melibatkan diri dalam proses kegiatan pada perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan.

3. Pelaku di Kabupaten

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi Pembangunan (Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias)

10 139 123

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 0 16