Jual beli Tukar menukar Hibah

2.5.2.1. Jual beli

Jual beli tanah menurut hukum adat adalah suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan pemindahan hak harus dilakukan dihadapan kepala adat. Tunai berarti bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran harganya dilakukan secara bersamaan walaupun baru dibayar sebagian. Sutedi, 2009:72. Sedangkan dalam UUPA istilah jual beli hanya disebutkan dalam Pasal 26 yaitu yang menyangkut jual beli hak milik atas tanah. Namun jual beli menurut hukum nasional juga memiliki sifat terang dan riil. Jual beli dilakukan oleh para pihak di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, itulah yang dimaksud dengan bersifat terang. Akta jual beli yang ditandatangani oleh para pihak memenuhi sifat riil. Harsono, 2008: 330.

2.5.2.2. Tukar menukar

Sama halnya dengan jual beli, tukar menukar merupakan perbuatan yang dilakukan saat pemegang haknya masih hidup sedangkan pewarisan dilakukan saat pemegang haknya telah meninggal dunia. Tukar menukar dilakukan oleh para pihak di hadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya. Akta tersebut kemudian ditandatangani oleh para pihak di hadapan PPAT. Akta tersebut membuktikan bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum peralihan hak atas tanah. Sehingga perbuatan hukum tersebut membuktikan bahwa penerima hak telah menjadi pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Untuk memperoleh bukti yang kuat peralihan hak atas tanah harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan untuk dicatat dalam buku tanah yang bersangkutan.

2.5.2.3. Hibah

Hibah tanah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain dengan tidak ada penggantian apapun dan dilakukan secara sukarela, pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup. Sutedi, 2009:99. Pengertian hibah menurut Pasal 1666 KUH Perdata yakni : “Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah di waktu hidupnya dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang-undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah di antara orang-orang yang masih hidup.” Setelah lahirnya PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, setiap pemberian hibah tanah harus dilakukan dengan akta PPAT. Peralihan hak atas tanah dengan cara hibah harus didaftarkan peralihan haknya itu di Kantor Pertanahan.

2.5.2.4. Wakaf

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peraturan Gadai Tanah Pertanian (Pasal 7 UU No.56/PRP/1960) Terhadap Pelaksanaan Gadai...

0 35 5

TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN GADAI ATAS TANAH PERTANIAN OLEH MASYARAKAT DI KEL. SURADE KEC. SURADE KAB. SUKABUMI DITINJAU DARI UU NO 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN.

0 0 1

KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE DI KABUPATEN SUKOHARJO SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN.

0 0 17

UNDANG UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

0 0 14

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 11

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 1

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

1 6 22

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 4 35

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 4

KEBIJAKAN PENYELESAIAN TANAH “ABSENTEEGUNTAI” DI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN TESIS

0 1 10