Kerangka Pemikiran RELEVANSI UU NO. 56 (Prp) TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS LAHAN PERTANIAN TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

2.7. Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1 : Kerangka Pemikiran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 7 dan Pasal 17 Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian Pelaksanaan Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Relevansinya terhadap kepemilikan tanah pertanian di Kecamatan Gunungpati Pertanian Faktor-faktor yang mempengaruhi relevansi tersebut Kendala pelaksanaan Upaya terhadap kendala Relevan atau tidak Relevan : UU ini masih perlu diterapkan karena masih sejalan dengan kondisi kepemilikan tanah pertanian di Kecamatan Gunungpati Tidak : UU ini perlu pembaharuan karena sudah tidak signifikan lagi dengan kondisi kepemilikan tanah pertanian di Kecamatan Gunungpati Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dilestarikan. Salah satu sumber daya alam ini perlu dimanfaatkan sebijaksana mungkin. Tanah adalah kebutuhan dasar manusia dan sifatnya menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka dari itu sesuai dengan tujuan kemerdekaan Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum, Pemerintah menggariskan kebijakan dasar mengenai penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Pasal 33 UUD RI Tahun 1945 : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Atas dasar Pasal 33 UUD RI Tahun 1945, Pemerintah menyusun Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria atau yang kemudian kita kenal sebagai Undang-undang Pokok Agraria UUPA. UUPA merupakan tonggak hukum agraria nasional yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan kemerdekaan Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum. UUPA merupakan peraturan dasar bagi seluruh permasalahan agraria termasuk yang menyangkut pembatasan penguasaan dan pemilikan tanah pertanian. Disebutkan dalam Pasal 7 UUPA “Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan tanah dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan.” Kemudian pada Pasal 17 ayat 1 UUPA menyebutkan “Dengan mengingat Pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud diatur luas maksimum danatau minimum tanah yang boleh dipunyai oleh satu keluarga atau badan hukum”. Pasal 17 ayat 2 UUPA menyatakan “ Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat 1 pasal ini dilakukan dengan peraturan perundangan didalam waktu yang singkat ”. Berdasarkan Pasal 7 dan Pasal 17 UUPA seperti yang disebutkan di atas, lahirlah UU No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian. Undang-undang ini memuat ketentuan mengenai pembatasan penguasaan dan pemilikan tanah pertanian oleh satu keluarga. Batasan minimum yang disebutkan dalam undang-undang ini adalah 2 dua hektar. Batasan ini bertujuan supaya tiap keluarga petani mempunyai tanah yang cukup luasnya untuk dapat mencapai taraf penghidupan yang layak. Pemilikan tanah pertanian selanjutnya akan lebih merata dan adil dan tidak terjadi lagi pengusaan besar-besaran tanah pertanian sedangkan masih banyak petani yang belum memiliki tanah pertanian. Namun pelaksanaannya di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tidak semudah yang dibayangkan. Kepadatan penduduk bergeser dengan cepat dan tidak sebanding dengan luas tanah yang tetap. Atas dasar alasan tersebut apakah kondisi kepemilikan tanah pertanian di Kecamatan Gunungpati sekarang ini masih sejalan dengan UU No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian. Minimum dua hektar tanah pertanian adalah hal yang sulit dicapai mengingat perkembangan penduduk yang sangat cepat. Adapun faktor-faktor yang pasti mempengaruhi hal tersebut. Selain itu, terdapat juga kendala-kendala dalam pelaksanaan UU No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian selama ini serta bagaimana upaya dalam menghadapi kendala tersebut. Maka akan tercapai apakah UU No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian masih relevan atau tidak jika dihadapkan dengan kondisi kepemilikan tanah pertanian sekarang di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 38 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peraturan Gadai Tanah Pertanian (Pasal 7 UU No.56/PRP/1960) Terhadap Pelaksanaan Gadai...

0 35 5

TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN GADAI ATAS TANAH PERTANIAN OLEH MASYARAKAT DI KEL. SURADE KEC. SURADE KAB. SUKABUMI DITINJAU DARI UU NO 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN.

0 0 1

KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE DI KABUPATEN SUKOHARJO SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN.

0 0 17

UNDANG UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

0 0 14

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 11

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 1

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

1 6 22

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 4 35

Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

0 0 4

KEBIJAKAN PENYELESAIAN TANAH “ABSENTEEGUNTAI” DI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 56 PRP TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN TESIS

0 1 10