9
D. PEMBUATAN BIOPLASTIK DAN JENIS PEMLASTIS
Menurut Cowd 1991 proses terbentuknya suatu polimer dikenal dengan istilah polimerisasi. Polimerisasi merupakan pembentukan molekul raksasa
polimer melalui penggabungan molekul-molekul kecil dan sederhana yang disebut monomer. Pembentukan ikatan polimer menghasilkan ikatan kunci antar
monomer yang disebut sebagai ikatan tulang punggung backbone. Menurut Allcock dan Lampe 1981, film plastik dapat dibuat melalui dua teknik dasar
yang berbeda, yaitu solution casting atau molten polymer. Teknik solution casting menjadi pilihan yang cepat dan mudah untuk dilakukan pada skala laboratorium.
Pelarut yang digunakan pada proses pembuatan film plastik adalah kloroform. Lafferty 1988 menyatakan bahwa dengan metode pelarutan PHA
seperti ekstraksi menggunakan kloroform dapat diperoleh kemurnian yang tinggi. Walaupun demikian, metode tersebut memerlukan sejumlah besar pelarut yang
mudah menguap, bersifat toksik terhadap lingkungan dan meningkatkan total biaya produksi.
Kloroform CHCl
3
memiliki sifat tidak mudah terbakar, sangat mudah menguap, memiliki rasa yang manis dan bau yang khas. Kloroform dapat
digunakan sebagai pelarut untuk lemak, minyak, karet, alkaloid, lilin, resin dan sebagai cleansing agent. Kloroform berbahaya bila dihirup pada dosis tinggi
karena dapat menyebabkan hipotensi, gangguan pernafasan dan miokardial dan bahkan kematian www.encyclopedia.com.
Polihiroksialkanoat PHA memiliki derajat kristalinitas yang tinggi sehingga mengakibatkan PHA menjadi material yang kaku tetapi rapuh.
Penurunan derajat kristalinitas PHA dapat dilakukan dengan penambahan pemlastis. Cuq et al., 1997 mendefinisikan penambahan pemlastis pada bahan
polimer mengakibatkan terjadinya modifikasi pada susunan tiga dimensi molekul, menurunkan gaya tarik intramolekul, meningkatkan mobilitas rantai dan
menurunkan T
g
glass transition temperature bahan amorf. Ditambahkan oleh Cowd 1991, bahwa penurunan T
g
tersebut dikarenakan pengurangan gaya antar- rantai sehingga gerakan bagian rantai lebih mudah.
Dietil glokol DEG merupakan pemlastis dengan senyawa yang tidak berwarna, hampir tidak berbau, higroskopik, dan memiliki rasa manis yang tajam
10 dengan titik didih 244-245
o
C. Dietil glikol dapat bercampur dengan air, alkohol, eter, aseton, etilen glikol, dan tidak dapat bercampur dengan karbon tetraklorida,
benzena, dan toluen Merck, 1999. Menurut Allcock dan Lampe 1981, dimetil ftalat dapat larut dalam alkohol, eter, dan kloroform serta memiliki titik didih 134-
138
o
C. Selain itu dimetil ftalat tidak berwarna dan tidak berbau. Struktur kimia dietil glikol dan dimetil ftalat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur kimia dimetil glikol a dan dimetil ftalat b PEG atau polietilen glikol merupakan golongan senyawa polieter dari
etilen oksida. Struktur molekul dari PEG dapat dilihat pada Gambar 3. Menurut Parra 2006 PEG larut dalam air dan pelarut organik, memiliki tingkat toksik
rendah, hidrofilik dan tidak biodegradabel. Struktur kimia polietilen glikol dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur molekul PEG a
b
11
E. BIODEGRADASI