4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan mendapatkan khitosan dari limbah rajungan. Pembuatan khitosan yang dihasilkan dari limbah rajungan
ini yang akan digunakan dalam penelitian utama. Setelah mendapatkan khitosan, kemudian khitosan tersebut dianalisis mutunya yang terdiri dari kadar air, kadar
abu, kadar nitrogen, derajat deasetilasi dan viskositas. Data hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis mutu khitosan Parameter Fisika Kimia
Nilai Kadar air
8, 04 Kadar abu
2,88 Derajat deasetilasi
84,84 Viskositas cps
224,25
Kadar air dari khitosan hasil penelitian ini sebesar 8,04 lebih kecil dari standar kadar air maksimal khitosan yaitu 10 dengan demikian maka khitosan
tersebut sudah sesuai dengan standar mutu khitosan. Nilai kadar air ini dipengaruhi oleh proses pengeringan dalam pembuatan khitosan dan kemampuan
khitosan itu sendiri untuk menyerap air serta ditentukan oleh kelembaban relatif udara lingkungan. Sedangkan kadar abu khitosan pada penelitian ini diperoleh
sebesar 2,88 lebih besar dari standar mutu khitosan yaitu 2. Nilai kadar abu berhubungan dengan proses demineralisasi yaitu proses penghilangan mineral dari
khitin dengan larutan HCl 1,5 N. Pada proses demineralisasi terjadi reaksi kimia antara asam klorida HCl dengan kalsium CaCO
3
dan CaPO
4 2
dan akan menghasilkan kalsium klorida yang larut dan mudah dipisahkan dari produk.
Kadar abu yang terdapat pada khitosan ini lebih besar dari standar yang telah ditetapkan dikarenakan cangkang rajungan yang lebih tebal dibandingkan dengan
cangkang udang seperti yang diungkapkan Wibowo et. al. 2005 bahwa kulit rajungan umumnya mengandung sekitar 75 – 85 BK. Ini berarti bahwa kulit
rajungan lebih banyak mengandung mineral dari kulit udang sehingga proses demineralisasi yang terjadi pada cangkang rajunga n ketika proses isolasi kimia
adalah antara HCl kalsium CaCO
3
dan CaPO
4 2
yang belumtidak mencapai sasaran yang ditengah-tengah ketebalan cangkang rajungan dibandingkan dengan
cangkang udang yang tidak terlalu tebal. Khitin mengalami proses deasetilasi yaitu proses penghilangan gugus
asetil yang terdapat pada khitin dengan menggunakan larutan NaOH 50 untuk menghasilkan khitosan Suptijah et al., 1992. Nilai derajat deasetilasi sebesar
84,84, nilai tersebut apabila dibandingkan dengan standar mutu khitosan yang dikeluarkan oleh Laboratorium Protan telah memenuhi kriteria standar yaitu
derajat deasetilasi = 70.
4.2 Penelitian Utama