Khitosan Sebagai Pengikat Logam Berat

Semakin tinggi derajat deasetilasi khitosan, maka gugus asetil yang terdapat dalam khitosan tersebut semakin sedikit Knorr 1982. Menurut Suptijah et al. 1992, deasetilasi pada khitin yang optimum dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan NaOH pekat 50 nisbah 1:20 bv kemudian dipanaskan pada suhu 120 – 140 C selama satu jam. Waktu dan suhu pada proses deasetilasi juga berpengaruh terhadap hasil akhir, waktu deasetilasi yang lama dengan suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya penurunan rendemen khitosan, berat molekul, viskositas, dan kemampuan mekanik dari film khitosan Bastaman 1989.

2.6 Khitosan Sebagai Pengikat Logam Berat

Khitosan merupakan bahan pengkhelat yang kuat untuk ion logam terutama Cu, Ni, Hg Blair dan Ho 1980. Menurut Mckay et al. 1987 khitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi logam dan membentuk komplek khitosan logam. Mekanisme yang terjadi adalah seperti di bawah ini: 2R – NH 3 + Cu 2+ + 2Cl - R – NH 2 CuCl 2 Menurut Knorr 1984, penggunaan khitin dan khitosan sebagai absorban logam berat dilakukan karena keselamatan dan perbaikan lingkungan. Dull et al. 1962 menjelaskan bahwa adsorbsi adalah peningkatan konsentrasi gas, cairan, atau padatan tertentu pada permukaan cairan atau padatan lain. Sedangkan Considine 1976 menyatakan bahwa adsorbsi adalah salah satu sifat adhesi yang terdapat pada padatan atau cairan yang kontak dengan zat lain, sehingga terjadi penumpukan atau pengumpalan zat tersebut pada permukaan padatan atau cairan. Absorpsi adalah suatu peristiwa fisik atau kimia pada permukaan yang dipengaruhi oleh suatu reaksi kimia antara absorben dan absorbat. Absorben adalah padatan atau cairan yang mengabsorsi sedangkan absorbat adalah padatan, cairan atau gas yang diabsorbsi. Jadi proses absorbsi dapat terjadi antara padatan dengan padatan, gas dengan padatan, gas dengan cairan, cairan dengan cairan dan cairan dengan padatan Ketaren 1986. Absorbsi adalah peristiwa terjadinya perubahan kepekatan dari molekul, ion, atau atom antara dua fase Pari 1996. Pada kondisi dan tekanan tertentu molekul, ion atau atom dalam daerah ini dapat mengalami ketidakseimbangan gaya, sehingga dapat menarik molekul lain sampai keseimbangan gaya tercapai dan zat yang terabsorbsi biasanya terkonsentrasi pada permukaan. Bahan yang terserap disebut absorbat, biasanya berupa larutan atau gas sedangkan yang menyerap dinamakan absorben, pada umumnya berupa padatan. Absorbansi merupakan sifat khusus dari sampel sifat yang khas karenanya akan berbeda-beda berubah dengan konsentrasi dan ketebalan wadah. Sedangkan absorbsivitas adalah suatu sifat zat sifat khusus atau sifat kombinasi dari zat terlarut dan pelarut pada pengukuran panjang gelombang tertentu Galen 1960. Khitosan dapat dipaduka n dengan komponen lain menghasilkan khitosan Graft Kopolimer sebagai resin poliamin yang mempunyai porositas tinggi high porosity dan dapat digunakan sebagai adsorben pada penanganan limbah logam berat Kawamura et al. 1993. Khitosan mempunyai kapasitas gugus fungsional yang tinggi, laju pengikatan yang cepat dan penyaringan yang baik untuk beberapa ion logam. Khitosan juga mempunyai kapasitas sebagai buffer untuk ion H disebabkan kandungan grup amino yang tinggi dan grup amino bebasnya tersedia untuk modifikasi kimia. Pengaturan pH larutan dan regenerasi khitosan layak dibutuhkan untuk adsorbsi ion logam berat. Pengaruh pH yang rendah akan mengurangi penyerapan ion logam kedalam khitosan karena bersaing dengan ion H untuk menempati grup amino bebas Masri dan Randall 1978.

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2005-Mei 2006 di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Limnologi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Pangan dan Gizi Pusat Antar Universitas PAU IPB, serta Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beaker gelas, gelas ukur, pengaduk kaca, tabung reaksi, blender, timbangan analitik, kompor listrik, pipet volumetrik, oven, termometer, cawan porselen . Bahan yang digunakan meliputi bahan utama yaitu limbah karagenan dari CV Dinar Tangerang, limbah rajungan dari Muara Angke. Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah asam klorida HCl 1 N, asam sulfat pekat H 2 SO 4 , asam nitrat HNO 3 , NaOH 50, hidrogen peroksida H 2 O 2 , asam perklorat HclO 4 , aquades, natrium oksida NaOH 3,5 N.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan yaitu pembuatan khitosan dan penelitian utama yaitu proses penyerapan logam berat pada limbah karagenan dengan berbagai konsentrasi khitosan dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom AAS model 170-30 merk Hitachi.

3.3.1 Penelitian pendahuluan a. Pembuatan khitosan

Dalam penelitian pendahuluan dilakukan ekstraksi khitin dan khitosan dari limbah rajungan. Sebelum dilakukan proses kimiawi, terlebih dahulu kulit rajungan dibersihkan kemudian dikeringkan dan dihancurkan dengan blender. Proses kimiawi meliputi demineralisasi dilakukan dengan melarutkan limbah