III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Kawasan
Pada awalnya tanjung puting berstatus suaka margasatwa yang ditetapkan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1936 dengan luas 305.000 ha. untuk tujuan
perlindungan orangutan dan bekantan. Kemudian dalam perkembangannya ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan SK Menteri Kehutanan No.
096Kpts-II84 tanggal 12 Mei 1984, dan ditindaklanjuti oleh SK Dirjen PHPA No. 46KptsIV-Sek84 tanggal 11 Desember 1984 yang menetapkan wilayah kerja
Taman Nasional Tanjung Puting meliputi areal Suaka Margasatwa Tanjung Puting dengan luas 300.040 ha. Terakhir berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687Kpts-
II96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung puting bertambah luas menjadi 415.040 ha, yang terdiri dari Suaka Margasatwa Tanjung
Puting 300.040 ha, Hutan Produksi 90.000 ha eks HPH PT Hesubazah dan
Kawasan Perairan sekitar 25.000 ha. Letak dan Luas
Taman Nasional Tanjung Putting mempunyai luas 415.040 ha, yang secara administrasi pemerintahan masuk dalam Kabupaten Kotawaringin Barat 61 dari
luas kawasan dan Kabupaten Seruyan 39 di Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis Tanjung Puting terletak diantara 2°35’ LS - 2°20’ LS dan 111°50’ BT -
112°15’BT.
Kondisi Fisik Iklim
Secara garis besar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting mempunyai curah hujan rata-rata mencapai 2.180 mmtahun. Menurut Schmidt Fergusson hal seperti
ini termasuk dalam iklim tipe A dengan nilai Q=10.5. Suhu minimum antara 18-
21°C dan suhu maksimum 31-33°C dengan kelebaban nisbi rata-rata 75-80. Musim hujan bulan Oktober sampai dengan bulan April
Gambar 5. Peta lokasi Taman Nasional Tanjung Puting .
PETA AREAL BERHUTAN
DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
Skala 1 : 450.000
Topografi
Secara umum, topografi Taman Nasional Tanjung Puting adalah datar sampai bergelombang dengan ketinggian 0 sampai 11 meter dari permukaan laut. Di bagian
utara, terdapat beberapa punggung pegunungan yang rendah dan bergelombang serta umumnya mengarah ke selatan, akan tetapi di sebelah selatan dari Sungai Sekonyer
tidak terdapat pegunungan atau bukit. Di tanjung sendiri Tanjung Puting terjadi pendangkalan pasir dan lumpur setiap tahun dan bergerak ke arah selatan dan barat.
Beberapa daerah pantai dengan gundukan-gundukan pasir terdapat di sekitar muara
Sungai Perlu. Hidrologi
Di dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terdapat 7 Daerah Aliran Sungai DAS dan sub DAS yaitu Sekonyer, Buluh Kecil, Buluh Besar, Cabang,
Perlu, Segintung dan Pembuang. Dimana DAS dan sub Das tersebut mempunyai air yang berwarna hitam kecoklat-coklatan, serta mengalir dari bagian utara dan tengah
kawasan taman nasional. Aliran sungai-sungai ini pelan dan di beberapa tempat terpengaruh oleh adanya pasang surut. Banjir sering terjadi dan beberapa danau
sering terbentuk di daerah hulu sebagian besar terjadi pada musim hujan mulai bulan Oktober sampai dengan April. Air tanah menjadi bagian penting dari semua habitat di
Tanjung Puting dan lebih dari 60 kawasan taman nasional tergenang air paling tidak selama 4 bulan setiap tahunnya. Selama musim kemarau yang panjang, air
payau dapat masuk ke daerah hulu sejauh ± 10 km, sepanjang Sungai Sekonyer. Fluktuasi harian dari permukaan air Sungai Sekonyer yang terkait dengan adanya
pasang surut dapat diukur sampai ± 15 km dari muara. Fluktuasi musiman permukaan air di daerah rawa-rawa memiliki variasi rata-rata antara 1,5 sampai 2 meter dan di
beberapa tempat bisa mencapai 3 meter. Geologi dan Tanah
Tanjung Puting, seperti halnya kebanyakan daerah berawa dataran pantai Kalimantan, secara relatif berumur geologi muda dan daerah berawa datar yang
meluas ke pedalaman sekitar 5-20 km dari pantai mungkin hanya berumur beberapa ratus sampai beberapa ribu tahun saja. Sebagian besar sedimen tanahlumpur adalah
alluvial muda. Molengraaf menyatakan bahwa dataran pantai merupakan bagian dari datarandangkalan sunda yang muncul ke permukaan setelah jaman es Pleistocene
dan kemudian secara bertahap dipenuhi oleh sedimen dari formasi pra-tertiari dan tertiari dari Kalimantan Tengah. Bagian utara kawasan taman nasional yang mencuat
beberapa meter di atas permukaan laut mungkin merupakan bagian dari deposisi “sandstone” tertiari.
Pada umumnya tanah di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting adalah “miskin” kurang subur, “tercuci” berat serta kurang berkembang. Semua tanah
bersifat sangat asam dengan kisaran pH antara 3,8-5,0. Tanah-tanah sekitar anak-anak sungai dicirikan oleh suatu lapisan “top soil” yang berwarna abu-abu kecoklatan serta
suatu lapisan “sub soil” yang lengket yang juga berwarna abu-abu kecoklatan. Di rawa-rawa daerah pedalaman daerah hulu, tanah memiliki kandungan unsur organik
yang lebih tinggi dan formasi gambut tersebar luas di banyak tempat dengan ketebalan sampai dengan 2 meter. Jalur-jalur tanah tinggi yang mendukung
tumbuhnya hutan tanah kering dry land forest, meskipun banyak diantaranya telah digarapditanami, memiliki kandungan pasir yang lebih tinggi, bahkan kadang-
kadang pasir kwarsa putih. Semua tanah di Taman Nasional Tanjung Puting, seperti halnya sebagian besar tanah di Kalimantan adalah sangat tidak subur, miskin unsur
hara.
Kondisi Biologi
Sebagai salah satu kawasan pelestarian alam, Taman Nasional Tanjung Puting TNTP mempunyai ekosistem yang asli dan cukup lengkap. Keseluruhan ekosistem
di kawasan TNTP membentuk bentang alam yang unik melalui transformasi yang halus dari hutan pantai di sebelah selatan ke hutan gambut di tengah dan terakhir
dengan hutan kering dataran rendah di sebelah utara kawasan. Jenis-jenis flora utama di daerah utara kawasan adalah hutan kerangas dan tumbuhan pemakan serangga
seperti Kantong Semar Nepenthes sp.. Hutan rawa gambut sejati, memiliki jenis tumbuhan yang memiliki akar lutut, dan akar udara. Di daerah utara menuju selatan
kawasan terdapat padang dengan jenis tumbuhan belukar yang luas, hasil dari kerusakan hutan kerangas akibat penebangan dan pembakaran yang umumnya
terdapat dalam kantong-kantong di sepanjang Sungai Sekonyer dan anak-anak sungainya. Di sepanjang tepi semua sungai di kawasan ini terdapat hutan rawa air
tawar aluvial sejati, memiliki jenis tumbuhan yang kompleks dengan jenis tumbuhan merambat berkayu yang besar dan kecil, epifit dan paku-pakuan menjalar
dalam jumlah yang besar. Tumbuhan di daerah hulu sungai utama terdiri atas rawa rumput yang didominasi oleh Pandanus sp dan bentangan makrofita bakung yang
mengapung seperti Crinum sp. Pada pesisir pantai tumbuh hutan bakau mangrove sedangkan lebih jauh ke daratan yaitu di kawasan payau pada muara-muara sepanjang
sungai utama, terdapat tumbuhan nipah. Daerah pesisir pada pantai-pantai berpasir banyak ditumbuhi tumbuhan marga Casuarina, Pandanus, Podocarpus, Scaevola,
dan Barringtonia. Berbagai macam ekosistem itu membentuk habitat berbagai jenis satwa liar, termasuk satwa langka dan terancam punah
Ekosistem
Taman Nasional Tanjung Puting memilk beberapa Tipe Ekosistem, yaitu: ekosistem hutan tropika dataran rendah, ekosistem hutan tanah kering hutan
kerangas, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, hutan pantai dan ekosistem hutan sekunder.
Flora
Jenis-jenis tumbuhan yang dapat ditemui di Taman Nasional Tanjung Puting antara lain adalah jenis meranti Shorea sp, resak Vattica rassak, ramin
Gonystylus bancanus, jelutung Dyera costulata, gaharu, kayu lanan, keruing Diphterocarpus sp, ulin Eusideroxylon zwageri, tengkawang Dracontomelas sp.,
kayu batu Dacryodes costata, kayu amang Hopea sp, puspa Schima sp, kayu harang Diospyros sp, kayu damar Vatica sp, getah merah Palaquium sp, ketiau
Genoa montleyana, pulai Alstonia sp, durian hutan Durio sp, jambu-jambuan
Eugenia sp, pandan-pandanan Pandanus sp, Sonneratia sp, Rhizopora sp, Barringtonia sp, nipah Nypa fruticans, rotan Calamus sp. dan alang-alang
Imperata cyllindrica.
Gambar 6. Tipe ekosistem yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting Fauna
Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dihuni oleh sekitar 38 jenis mamalia. Jenis-jenis tersebut antara lain jenis tupai Tupaia spp, tikus Rattus spp
krabuku ingkat Tarsius bancanus, kukang Nyctycebus coucang, monyet ekor panjang Macaca fascicularis, beruk Macaca nemestrina, kelasi Presbytis
rubicunda, lutung Presbytis cristata, bekantan Nasalis larvatus, owa-owa
Hylobates agilis, orangutan Pongo pygmaeus, trenggiling Manis javanica, jelarang Ratuva affinis, landak Hystrix brachyura, beruang madu Helarctos
malayanus, berang-berang Lutra sp, musang leher kuning Martes flavigula, kucing batu Felis bengalensis, macan dahan Neofelis nebulosa, babi hutan Sus
barbatus, kancil Tragulus javanicus, kijang Muntiacus muntjak, dan mamalia air tawar ikan duyung Dugong dugong.
Berapa jenis burung dapat dijumpai di Taman Nasional Tanjung Puting, antara lain: pecuk ular Anhinga melanogaster, cangak besar Ardea sumatrana,
kuntul putih besar Ergetta alba, kuntul kecil Ergetta garzetta, bletok rawa Buloridos striatus, kowak malam Nycticorax nycticorax, tamtoma kedondong
hitam Dupeter flapicolis, bangau tongtong Leptoptilos javanicus, belibis pohon Dendrocygna arcuata, alap-alap kelelawar Machaerthampus alcinus, alap-alap
Asia Pernis ptylorhynchus, elang bodol Haliastur indus, elang ikan kecil Icthyophaga nana, elang belalang Microhierax fringillarius, kuausempidan
kalimantan Lophura bulweri, kuau melayu Polypiectron malacenses, kuau besar Argusianus argus, trulek pasifik Pluvialis dominica, trinil batis merah Tringa
tetanus, camar hitam sayap putih Chlidonias leocopterus, rangkong kode Anorrhinus galeritus, rangkong jambul hitam Aceros corrugatus, dan rangkong
badak Buceros rhinoceros, rangkong papan Buceros bicornis Sementara jenis reptilia merupakan hewan yang termasuk kategori kurang
populer di Taman Nasional Tanjung Puting, sehingga catatan mengenai keberadaan hewan ini pun masih sangat terbatas. Akan tetapi, paling tidak terdapat beberapa jenis
reptil yang berhasil teridentifikasi, yaitu buaya senyulong supit Tomistoma schlegelii, buaya muara Crocodylus porosus, bidawang Trionyx cartilaganeus,
ular sawa Python reticulatus, ular sendok Naja sputatrix, kura-kura Testudo emys dan biawak Varanus salvator. Beberapa jenis amphibi, sebetulnya terdapat di
kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, tetapi observasi dan identifikasi terhadap amphibi belum pernah dilakukan.
Beberapa jenis ikan juga telah teridentifikasi, mulai dari ikan yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti jenis lais, toman, seluang, bakut dan sebagainya,
sampai jenis ikan hias, seperti ikan arowana Schlerofagus formosus. a
b
Gambar 7. Satwa jenis primata Bekantan a dan Owa-owa b termasuk jenis satwa dilindungi yang sering dijumpai di Taman Nasional Tanjung Puting
IV. METODE PENELITIAN