IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Nasional Tanjung Puting provinsi Kalimantan Tengah dan dilaksanakan selama 3 bulan di lapangan pada bulan Mei-
Juli 2007.
sumber: Balai TNTP Gambar 8. Letak lokasi pengamatan
Lokasi pengamatan dibagi kedalam 3 blok yaitu blok Rimba, blok Riset dan blok Pemanfaatan gambar 8 yang di dalamnya dibuat jalurunit contoh
pengamatan yang seluruhnya berjumlah 6 jalur yang masing-masing jalur luasnya 2 hektar 20 m x 1000 m. Pembagian blok ini berdasarkan peruntukannya dalam
pengelolaan kawasan dan letaknya yang dipisahkan oleh sungai. Blok Rimba peruntukan awalnya adalah untuk kegiatan rehabilitasi
orangutan hingga tahun 2001, mempunyai topografi datar dengan mayoritas tipe
BLOK RISET
BLOK RIMBA
BLOK PEMANFAATAN
hutan dipterocarpus dataran rendah dan hutan rawa bergambut. Di blok Riset yang merupakan lokasi tempat penelitian primata jenis bekantan dan owa-owa,
umumnya berhutan rawa dan hutan tanah kering kerangas dengan topografi datar tidak jauh berbeda dengan Blok Rimba hanya lokasinya dipisahkan oleh
sebuah sungai yaitu Sungai Sekonyer Simpang Kanan. Topografi di blok Pemanfaatan juga tidak jauh berbeda namun letaknya lebih tinggi dibanding ke
dua blok lainnya dengan tipe hutan yang umumnya adalah hutan sekunder bercampur hutan rawa. Lokasi ini ditunjuk sebagai tempat percontohan
dilakukannya rehabilitasi kawasan dengan melakukan penanaman pohon berbagai jenis sejak beberapa tahun yang lalu
4.2 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: peta kerja skala 1:10.000, pita spotlight, spidol permanen, , label untuk penandaan
pohon sarang, paku, rain-coat, teropong binokuler, GPS, kamera foto digital, jam tangan, alat tulis, tambang plastik, mistar ukur dan pita meter 25 meter, tally
sheetcheck list, termohygro-meter dan hagahypso-meter. Alat transportasi terdiri atas sampan, alkon kapal kecil bermesi dan speedboat.
4.3 Kerangka Pemikiran
Populasi orangutan di alam menurun secara drastis, bahkan diperkirakan dalam satu dekade ke depan orangutan akan punah dan ini pasti terjadi jika tidak
ada upaya serius dalam mengatasi kepunahan tersebut IUCN 2000. Keberadaan dan kelangsungan populasi orangutan di Kalimantan saat ini menghadapi banyak
ancaman berupa rusaknya habitat tempat tinggalnya akibat 1 pembalakan penebangan pohon baik legal ataupun illegal, 2 konversi hutan menjadi lahan
pertanian, perkebunan dan pertambangan, 3 kebakaran hutan yang hampir terjadi sepanjang tahun dan belum ada pengendalian yang efektif, 4 perburuan untuk
ditangkap, kemudian diperdagangkandiseludupkan serta untuk sekedar dipelihara di rumah sebagai hobby atau kebanggaan. Dari data yang yang dilaporkan oleh
BKSDA Kalteng tahun 2004, menunjukkan jumlah orangutan yang disita atau diserahkan oleh masyarakat di propinsi Kalimantan Tengah sekitar 20 - 30 ekor
setiap tahunnya. Orangutan peliharaan tersebut selanjutnya akan ditampung di
pusat-pusat rehabilitasi untuk menjalani rangkaian proses adaptasi kembali menuju perilaku liar proses aklimatisasi agar dapat bertahan hidup sewaktu
diliarkan kembali ke habitatnya aslinya. Proses pelepasliaran kembali ke habitat alamiah atau habitat baru yang sesuai adalah bagian penting dalam
menyelamatkan jenis tersebut. Permasalahannya hingga saat ini adalah bagaimana menemukan atau menciptakan habitat-habitat baru yang sesuai dan
mendukung untuk kelangsungan hidup orangutan pasca peliaran tersebut. Habitat mempunyai fungsi dalam penyediaan makanan, air dan
perlindungan. Kuantitas dan kualitas habitat ini sangat menentukan prospek kelestarian satwaliar, menentukan komposisi, penyebaran dan produktivitas
satwaliar. Salah satu komponen habitat terpenting bagi orangutan adalah pohon yang salah satu peranannya sebagai tempat membangun sarang untuk keperluan
istirahat dan tidur. Peran tersebut merujuk pada penelitian Rijksen 1978 yang menyebutkan bahwa orangutan termasuk bangsa primata yang membangun
sarangnya di kanopi pohon dan menggunakannya untuk beristirahat termasuk tidur dan bermain sepanjang hari. Bahwa Orangutan membangun paling tidak satu
sarang per hari untuk beristirahat dan tidur di malam hari, dan sarang tersebut merupakan ciri terpenting, yang membedakan orangutan dari jenis primata
lainnya. Disamping fungsinya sebagai tempat beristirahat, sarang juga berfungsi sebagai tempat untuk kawin, melahirkan anak, dan mengasuh anak sampai siap
disapih. Sarang dibuat melalui beberapa tahapan yaitu: Rimming pelekukan dahan secara horisontal membentuk lingkaran, Hanging pelekukan dahan ke
dalam sarang membentuk mangkuk, Pillaring pelekukan dahan untuk menopang lingkaran sarang dan Loose pemutusan dahan dari pohon untuk diletakkan
kedalam sarang sebagai alas atau ke atas sebagai atap cover. Banyak penelitian tentang orangutan yang difokuskan pada aspek perilaku
di alam termasuk perilaku membuat sarang, namun faktor atau peubah ekologi apa saja yang mempengaruhi orangutan dalam memilih pohon serta bagaimana
karakteristik pohon yang disukai orangutan dalam membangun sarangnya, belum banyak dilakukan atau bahkan tidak ada penelitian tentang itu. Oleh karenanya,
diperlukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi dan menentukan peubah- peubah ekologi yang meliputi komponen fisik dan biotik yang dianggap
mempengaruhi Orangutan dalam pemilihan pohon sarang untuk selanjutnya dianalisis sehingga akan diperoleh peubah-peubah yang paling determinan
berpengaruh dalam penentuan pemilihan pohon sarang. Dari aspek pohon sarang yang dipilih kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk menentukan apakah
pohon tersebut termasuk jenis yang disukai, dan selanjutnya akan didiskripsikan bagaimana karakteristik dari jenis pohon sarang yang disukai skema kerangka
pemikiran pada lampiran 2 Pada akhirnya dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
aspek acuan dalam menyiapkan suatu standar habitat yang sesuai dan diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup bagi populasi orangutan secara lestari di
habitat alamiahnya. 4.4
Jenis Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas: 1.
Data bio-fisik habitat berupa a suhu dan kelembaban udara, b ketersediaan air c keberadaan jenis jenis satwa lain d struktur vegetasi dan e tumbuhan
pakan orangutan 2.
Data pohon sarang mencakup: a jenis pohon, b diameter pohon, c tinggi total pohon, d tinggi bebas cabang e diameter tajuk, f jarak antar pohon
sarang, g jarak pohon sarang dari jalurtrek h jarak pohon sarang dengan pohon sumber pakan, i profil pohon
3. Data karakteristik sarang meliputi: a tinggi tempat sarang, b posisi sarang,
c kelas sarang d bahan pembuat sarang dan e sumber pengambilan bahan sarang
4.5 Teknik Pengumpulan Data