PENDAHULUAN Fruit Scar association between thrips (Thysanoptera Thripidae) and flower andfruit of mangosteen (Garcinia mangostana)

1

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Serangga trips dilaporkan sebagai penyebab burik pada manggis Garcinia mangostana Pableo dan Velasco 1994; Affandi et al. 2008; Pankeaw et al. 2011. Burik pada buah manggis merupakan salah satu faktor pembatas ekspor buah manggis Indonesia. Hal ini terlihat dari masih rendahnya persentase ekspor manggis Indonesia dibandingkan total produksi. Tahun 2009 produksi manggis mencapai 105 558 ton dan yang dapat diekspor hanya 9 987 ton atau 9.46 dengan total nilai US 6 451 923 BPS 2010. Walaupun demikian, ekspor buah manggis paling tinggi nilainya dibandingkan dengan buah-buahan lain yang lebih banyak diproduksi. Di Indonesia tanaman manggis tersebar hampir di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat merupakan pemasok buah manggis terbesar di Indonesia. Pangsa pasar utama ekspor buah manggis Indonesia adalah Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Hongkong, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab Deptan 2009. Volume ekspor buah manggis yang masih rendah di antaranya diakibatkan oleh rendahnya mutu buah pada umumnya. Sistem produksi buah manggis saat ini masih tergantung pada alam, skala usahanya kecil dan terpencar serta minimnya sentuhan teknologi maju, sehingga kualitas buah yang dihasilkan masih rendah Deptan 2009. Secara garis besar permasalahan mutu buah manggis di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 1 adanya burik pada kulit buah, 2 getah kuning pada daging buah dan 3 rendahnya shelflife buah Poerwanto et al. 2010. Standar mutu buah manggis untuk ekspor meliputi ukuran diameter, berat, warna, kemulusan, kelengkapan jumlah sepal yang berwarna hijau segar, tangkai buah berwarna hijau segar serta bebas dari cacat dan kerusakan. Buah manggis harus bebas dari gejala burik dan getah kuning Deptan 2009. Burik merupakan kerusakan yang terjadi pada permukaan kulit buah manggis akibat adanya pelukaan sehingga menyebabkan kulit tampak kusam. Hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di Kampung Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menunjukkan bahwa intensitas 2 serangan burik mencapai 23.84. Penyebab munculnya gejala burik pada buah manggis diduga karena aktivitas serangga trips. Burik pada buah nectarine disebabkan oleh Frankliniella occidentalis Thysanoptera: Thripidae Felland et al. 1995. Pada buah jeruk burik disebabkan oleh F. bispinosa dan F. kelliae Childers 1999, sedangkan pada buah alpukat burik disebabkan oleh Scirtothrips perseae Thysanoptera: Thripidae Hoddle et al. 2002a. Serangga trips pada buah dapat menimbulkan kerusakan berupa adanya rautan scabbing pada kulit buah hingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan buah. Serangan trips pada buah manggis tidak mempengaruhi hasil atau bagian yang dapat dimakan edible portion, tetapi terjadi perubahan warna pada pemukaan buah yang mengakibatkan penampilan buah kurang menarik, menurunkan kualitas dan mengurangi nilai jual Pableo dan Velasco 1994. Kerusakan tanaman akibat serangan trips dapat disebabkan oleh aktivitas makan dan oviposisi Kirk 1997a. Belum ada data tentang seberapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh burik pada buah manggis di Indonesia. Dengan hanya 9.46 dari total produksi manggis Indonesia yang dapat diekspor, diperkirakan kerugian yang dialami petani cukup besar. Dari survai yang telah dilakukan bagian dari disertasi, petani mengalami kehilangan pendapatan sebesar 38.93 untuk setiap kg manggis akibat burik. Saat ini informasi tentang burik pada buah manggis di Indonesia baik penyebab maupun pengelolaannya masih sangat terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang burik pada buah manggis. Tahapan Penelitian Penelitian tentang gejala burik pada buah manggis dan asosiasi trips Thysanoptera: Thripidae dengan bunga dan buah manggis Garcinia mangostana memerlukan pemahaman yang mendasar berbagai aspek baik dari sisi petani, tanaman manggis dan serangga trips. Gambar 1.1 menyajikan tahapan penelitian atau kajian yang perlu ditempuh dalam rangka mengungkapkan fenomena burik dan penyebabnya pada buah manggis. 3 Gambar 1.1. Peta tahapan penelitian gejala burik pada buah manggis dan asosiasi trips dengan bunga dan buah manggis. Kotak berwarna gelap adalah tahapan penelitian yang merupakan bagian dari disertasi. Burik pada buah manggis menjadi masalah ketika manggis sudah berstatus sebagai komoditas ekspor. Serangga trips dilaporkan sebagai penyebab munculnya gejala burik pada buah manggis dan belum ada rekomendasi teknologi yang bisa diinformasikan kepada petani dalam rangka menekan munculnya kejadian gejala burik. Selain itu belum ada data yang menginformasikan kerugian yang diakibatkan oleh burik pada buah manggis di Kemunculan gejala buah burik Perkembangan intensitas gejala burik Kerusakan jaringan buah akibat burik Perkembangan intensitas gejala burik selama masa panen Survai petani Kajian burik pada buah manggis Trips pada bunga dan buah manggis Data persepsi dan tindakan petani terhadap buah burik Identifikasi trips Dinamika populasi trips berdasarkan fenologi buah Pemantauan populasi trips Hubungan populasi trips dengan kejadian burik Biologi dan ekologi trips - Pengelolaan tanaman - Manipulasi lingkungan tumbuh Buah manggis dengan intensitas gejala burik rendah Strategi pengendalian 4 Indonesia. Penelitian tentang burik pada buah manggis masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian burik pada tanaman buah buahan lainnya yang disebabkan oleh serangga trips seperti jeruk, nectarine dan alpukat sudah jauh berkembang terutama di benua Amerika. Sebagai salah satu negara penghasil buah manggis terbesar di samping Thailand, Indonesia perlu melakukan kajian-kajian dalam rangka meningkatkan kualitas manggis sehingga secara ekonomi akan berdampak langsung pada petani manggis. Sistem usahatani manggis di Indonesia masih dikelola secara tradisional oleh petani, dengan demikian faktor petani merupakan tokoh sentral dalam budidaya manggis. Aspek petani, fenomena gejala burik dan serangga trips yang berasosiasi dengan bunga dan buah manggis menjadi fokus utama dalam rangkaian penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya menghasilkan buah manggis dengan intensitas gejala burik yang rendah. Petani sebagai pelaku utama dalam sistem budidaya manggis berperan penting dalam pengambilan keputusan pada setiap tahapan kegiatan budidaya termasuk tindakan untuk melakukan upaya perlindungan tanaman dari organisme pengganggu tanaman. Menurut Untung 1996, proses pengambilan keputusan pengendalian hama terpadu PHT sangat ditentukan oleh kemampuan petani dalam mendiagnosis masalah dan kondisi lahannya. Diperlukan pula pemahaman tentang cara petani mempersepsikan hama tersebut, sikap dan keyakinannya, serta tindakan pengendalian yang dilakukannya Rauf 1999. Penelitian tentang pengetahuan, persepsi dan tindakan petani terhadap burik buah manggis mengawali rangkaian penelitian ini. Survai dengan menggunakan kuesioner terstruktur bertujuan untuk mengumpulkan informasi dasar seperti pendidikan, kepemilikan lahan dan luas lahan yang dikelola. Selain itu ditanyakan tentang budidaya, panen dan persepsi petani terhadap burik pada buah manggis. Hasil wawancara langsung dengan petani diketahui bahwa petani manggis memahami tahapan perkembangan buah yang dimulai dari munculnya kuncup, bunga mekar hingga buah dapat dipanen. Pemahaman petani manggis tersebut merupakan informasi penting dan dapat menjadi pintu masuk untuk rekomendasi teknologi nantinya. Gejala burik pada buah manggis sangat berkaitan dengan 5 fenologi tanaman manggis. Untuk itu dilakukan penelitian tentang kemunculan dan perkembangan gejala burik, kerusakan jaringan kulit buah manggis akibat burik dan intensitas gejala burik. Informasi tentang waktu kemunculan gejala burik yang dikaitkan dengan fenologi buah manggis dan serangga trips yang berasosiasi perlu diketahui. Kelimpahan populasi suatu spesies serangga dalam suatu ekosistem diantaranya dipengaruhi oleh faktor fisik dan kesesuaian dengan tanaman inang. Selain itu fenologi dan habitat mikro dalam kanopi tanaman inang juga berpengaruh terhadap kelimpahan dan dinamika populasi trips. Selain itu manggis merupakan tanaman yang mempunyai sifat berbunga dan berbuah musiman. Pembentukan bunga manggis diawali dengan inisiasi tunas bakal bunga. Tunas bakal bunga akan membesar, kemudian tunas pecah membentuk kuncup bunga. Kuncup bunga akan mengalami pertumbuhan sehingga terus membesar dan mencapai ukuran maksimum pada saat anthesis. Waktu yang diperlukan mulai dari terinisiasinya pucuk hingga mencapai anthesis berkisar antara 39 sampai 40 hari Ropiah 2009. Selanjutnya dari anthesis hingga buah manggis matang membutuhkan waktu 100 hingga 120 hari. Periode pembentukan kuncup, anthesis hingga buah matang merupaka periode kritis yang akan mempengaruhi penampilan tanaman dan diduga akan berdampak pada kelimpahan populasi trips pada kuncup, bunga dan buah manggis. Trips diketahui serangga dengan tipe seleksi r yang dapat memanfaatkan sumberdaya yang muncul dalam waktu terbatas Mound 1997. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan mempelajari serangga yang berasosiasi dengan burik dan dinamika populasi serangga trips dan hubungannya dengan kejadian burik pada buah manggis. Secara lebih khusus penelitian bertujuan 1 mempelajari persepsi dan tindakan petani terhadap buah burik; 2 mengkaji gejala burik pada buah manggis; 3 mengkaji trips yang berasosiasi dengan daun, kuncup, bunga dan buah serta dinamika populasinya berdasarkan fenologi buah manggis dan hubungannya dengan kejadian burik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Biologi Dan Statistik Demografi Thrips Parvispinus Karny (Thysanoptera Thripidae) Pada Tanaman Cabai

0 4 51

Effects of CPPU and CoSO4 on postharvest quality of mangosteen fruit (Garcinia mangostana l) during storage

0 6 91

Thrips (Thysanoptera: Thripidae) associated with horticultural crops in West Java and key to species

0 1 14