IV. KAJIAN BURIK PADA BUAH MANGGIS
The Study of Mangosteen Fruit Scar Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perkembangan gejala burik, analisis jaringan buah dan padatan total terlarut buah yang bergejala burik serta
intensitas dan distribusi buah bergejala burik. Penelitian kajian burik pada buah manggis dilaksanakan pada bulan Mei 2009-September 2010 di Kampung Cengal,
Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Institut
Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala burik sudah terlihat pada buah berumur 1 minggu setelah anthesis msa dan kemunculan gejala burik
yang paling banyak adalah pada buah berumur 2 msa. Intensitas gejala burik mengalami peningkatan dari buah berumur 1 msa hingga mencapai 51.40 -
52.57 ketika buah berumur 6 - 7 msa dan tidak ada pertambahan gejala burik hingga buah berumur 16 msa. Burik hanya merusak bagian kutikula dan eksokarp,
dan tidak merusak bagian yang dapat dimakan. Buah manggis dengan gejala burik skor 4 memiliki nilai Brix paling tinggi yaitu 16.53. Sektor tengah tanaman
merupakan penghasil buah bebas gejala burik terbanyak 7.13 sekaligus juga penghasil buah terbanyak bergejala burik dengan skor tertinggi 8.60.
Kata kunci: gejala burik, kerusakan jaringan, sebaran vertikal buah burik
Abstract
The aims of this study were to investigate the fruit scar appearance and development, to analyze tissue structure and the total dissolved solids of fruit with
scar, to analyze the intensity and distribution of scar fruit as well. The study was conducted from May 2009 to September 2010 in Cengal Town, Karacak Village,
Leuwiliang Subdistrict, Bogor District, West Java. Laboratory observation was conducted at Plant Anatomy Laboratory of Bogor Agricultural University. The
result showed that fruit scar appeared in one week after anthesis waa and the highest appearance was in 2 waa. The intensity of fruit scar appearance increased
to 51.40-52.57 in 6-7 waa, and there was no more increasing until 16 waa. The scar disrupted the fruit cuticle and exocarp only, not the edible part. The fruit with
heavy scar score 4 had 16.53Brix. Of 7.13 fruits in the middle plant canopy were scar free, but then 8.60 of fruits in the same part were also with scar.
Keywords: fruit scar, tissue damage, vertical distribution
Pendahuluan
Ekspor buah manggis paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain yang lebih banyak diproduksi. Persentase ekspor manggis Indonesia masih
rendah dibandingkan total produksi. Tahun 2009 produksi manggis Indonesia mencapai 105 558 ton dan yang dapat diekspor hanya 9 987 ton atau 9.46 BPS
32
2010. Buah manggis segar Indonesia sebagian besar diekspor ke China, Hongkong, Timur Tengah dan Asia Timur Deptan 2009.
Volume ekspor buah manggis yang masih rendah di antaranya diakibatkan oleh rendahnya mutu sebagian besar buah. Sistem produksi buah manggis saat ini
masih tergantung pada alam, dengan skala usaha kecil dan lokasi pertanaman terpencar serta minim sentuhan teknologi maju, sehingga kualitas buah yang
dihasilkan masih rendah Deptan 2009. Secara garis besar permasalahan mutu buah manggis di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 1 adanya burik pada
kulit buah, 2 getah kuning pada daging buah dan 3 rendahnya shelflife buah Poerwanto et al. 2010.
Burik merupakan kerusakan yang terjadi pada permukaan kulit buah manggis akibat adanya pelukaan sehingga menyebabkan kulit terlihat kusam.
Hasil pengamatan yang dilakukan di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menunjukkan bahwa intensitas gejala
burik mencapai 23.84. Penyebab munculnya gejala burik pada buah manggis hingga saat ini belum diketahui secara pasti namun diduga karena aktifitas
serangga trips dan pernah dilaporkan oleh Pableo dan Velasco 1994, Affandi et al. 2008 dan Pankeaw et al. 2011.
Gejala burik merupakan kerusakan yang berakibat langsung kepada penurunan kualitas hasil. Kerusakan secara langsung oleh serangga dapat
diakibatkan karena aktifitas makan dan peletakkan telur. Kerusakan secara tidak langsung karena aktivitas makan tapi bukan pada bagian yang dipanen dan
kontaminan exuvia serangga itu sendiri Dent 2000. Trips dilaporkan merupakan penyebab burik pada buah manggis Pableo
dan Velasco 1994; Affandi et al. 2008; Pankeaw et al. 2011. Serangan pada buah dapat menimbulkan kerusakan berupa adanya rautan scabbing pada kulit
buah yang dapat menghambat pertumbuhan buah, mengakibatkan penampilan buah kurang menarik dan mengurangi harga jual. Serangan trips pada buah
manggis tidak mempengaruhi bagian yang dapat dimakan edible portion, tetapi adanya perubahan warna pada pemukaan buah yang mengakibatkan penurunan
kualitas Pableo dan Velasco 1994. Kriteria yang ditetapkan dalam standar mutu buah manggis untuk ekspor meliputi ukuran diameter, berat, warna, kemulusan,
33
kelengkapan jumlah sepal yang berwarna hijau segar, tangkai buah berwarna hijau segar serta bebas dari cacat dan kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari kemunculan dan perkembangan gejala burik, dampak serangan pada kualitas buah, intensitas gejala burik dan padatan total terlarut dari buah bergejala
burik.
Bahan dan Metode Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2009 hingga September 2010. Pengamatan lapangan dilakukan di sentra produksi manggis di Kampung Cengal,
Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengamatan kerusakan jaringan buah bergejala burik dilakukan di Laboratorium
Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Kemunculan dan Perkembangan Gejala Burik
Studi terhadap kemunculan dan perkembangan gejala burik dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan buah yang dimulai setelah bunga mekar
hingga buah siap dipanen. Dipilih 5 pohon secara acak pada pertanaman manggis. Pada setiap pohon ditentukan 10 bunga manggis sebagai contoh. Pengamatan
dilakukan seminggu sekali selama 16 minggu. Untuk memperoleh buah dengan kriteria umur tersebut, bunga manggis
yang belum mekar sempurna diberi label. Setiap bunga yang diberi label dicatat tanggal terjadinya mekar sempurna dalam suatu data base untuk mengetahui
perkembangan umur buah saat pengamatan dilakukan. Pengamatan saat muncul gejala burik dilakukan dengan cara mengamati
gejala burik yang muncul pertama kalinya pada buah contoh. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga munculnya gejala burik. Bersamaan dengan
pengamatan kemuculan gejala burik, diamati juga pola gejala burik untuk mengetahui apakah ada preferensi tertentu dari penyebab burik terhadap bagian
dari buah manggis. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap bagian buah yang menunjukkan gejala burik pertama muncul. Buah manggis dibagi menjadi
3 bagian yaitu bagian atas atau dekat tangkai buah, bagian tengah dan bagian
34
bawah yaitu dekat ujung buah Gambar 4.1. Pengamatan dilakukan setiap minggu bersamaan dengan pengamatan saat muncul gejala pertama.
Gambar 4.1. Pembagian posisi munculnya gejala burik pertama kali pada buah
manggis stem end, equator dan styler end Pengamatan perkembangan intensitas serangan dilakukan terhadap buah
manggis yang memperlihatkan gejala burik. Penilaian intensitas serangan dilakukan setiap minggu hingga buah siap dipanen dengan menetapkan skala nilai
kerusakan seperti pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Skala nilai kerusakan
Urutan skala i Skor v Skala kerusakan 1
buah tidak terserang burik 2
1 0 x
≤25 3
2 25 x
≤ 50 4
3 50 x
≤ 75 5
4 x 75
x= kerusakan pada buah Intensitas gejala burik dihitung dengan rumus Townsend dan Hueberger
dalam Unterstenhofer 1976 :
Keterangan : n: jumlah buah yang terserang pada skor tertentu
v: skor dari kategori serangan tertentu i=1
∑ 5
n
i
x v
i
N x Z X 100
Stem end Equator
Styler end Tangkai
Sepal
Stigma
35
N: total jumlah buah yang diamati Z: nilai skor tertinggi
Analisis Kerusakan Jaringan Buah yang Bergejala Burik
Tujuan dari analisis jaringan buah yang terserang burik adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan jaringan kulit buah manggis akibat burik. Analisis
kerusakan jaringan dilakukan pada buah manggis yang memperlihatkan gejala burik dengan nilai kerusakan lebih dari 50 dan buah yang tidak bergejala burik.
Buah manggis diperoleh dari hasil panen 16 msa dari tanaman contoh. Pengamatan anatomi dilakukan terhadap sediaan mikroskopis yang dibuat dengan
metode parafin Johansen, 1940 dan dilanjutkan pengamatan dengan mikroskop stereo.
Sediaan irisan transversal kulit buah manggis dibuat dengan metode parafin. Kulit buah difiksasi di dalam larutan FAA 5 ml formalin, 5 ml asam
asetat glacial, 90 ml alkohol 50. Selanjutnya dilakukan dehidrasi dan embedding mengikuti metode Johansen 1940. Sampel yang telah difiksasi
selama 48 jam di dalam larutan FAA dicuci dengan cara direndam di dalam alkohol 50 sebanyak 4 kali masing-masing selama 1 jam. Proses dehidrasi
dilakukan dengan merendam sampel di dalam seri Johansen Lampiran 2. Infiltrasi parafin ke dalam jaringan dilakukan secara bertahap dengan
menambahkan parafin beku ke dalam wadah yang berisi sampel, tertier butyl alkohol dan minyak parafin, kemudian dibiarkan terbuka pada suhu ruang selama
1-4 jam. Sampel kemudian disimpan di dalam oven dengan suhu 60
o
C. Setelah melalui infiltrasi, sample dimasukkan ke dalam parafin dan dibekukan berbentuk
blok. Selanjutnya sampel yang ada di dalam blok dilunakkan dengan merendamnya di dalam larutan Gifford 80 bagian alkohol 60, 20 bagian asam
asetat glacial dan 5 bagian gliserin selama 1 bulan. Sampel kemudian diiris dengan ketebalan 10 µm dengan menggunakan mikrotom putar. Pita parafin hasil
pengirisan direkatkan pada gelas objek yang telah diolesi dengan perekat albumin- gliserin dan dikeringkan di atas hotplate dengan suhu 40
o
C selama 3 - 5 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan rangkap dua safranin 1 dan fastgreen 0.5.
Spesimen yang telah diwarnai ditetesi media entelan kemudian ditutup dengan
36
gelas penutup. Preparat kemudian dikeringkan beberapa hari di atas hotplate. Jaringan sampel di dalam slide kemudian diamati di bawah mikroskop compound.
Intensitas dan Distribusi Buah Bergejala Burik
Untuk pengamatan intensitas dan distribusi buah bergejala burik, tanaman manggis dibagi atas tiga sektor yaitu atas, tengah dan bawah seperti yang
dilakukan oleh Setiawan 2005. Pengamatan dilakukan pada saat panen, jumlah tanaman yang diamati adalah sebanyak 10 pohon yang berumur hampir seragam
yaitu 15 - 20 tahun. Buah manggis yang dipanen dibedakan berdasarkan sektor yang telah ditentukan, kemudian dilakukan penilaian gejala burik. Pemanenan
dilakukan 2 kali dalam seminggu selama masa panen. Penilaian intensitas gejala burik dilakukan berdasarkan skala penilaian pada Tabel 4.1.
Intensitas Gejala Burik di Tingkat Petani dan Pedagang Pengumpul
Pengamatan terhadap intensitas serangan burik di tingkat petani dan pedagang pengumpul dilakukan selama masa panen. Buah manggis dipilih secara
acak dari petani dan pedagang pengumpul kemudian dilakukan penilaian terhadap gejala burik. Jumlah buah manggis yang diamati adalah 50 buah untuk setiap
petani dan pedagang pengumpul. Jumlah petani manggis dan pedagang pengumpul contoh masing-masing sebanyak 5 orang. Penilaian intensitas gejala
burik dilakukan berdasarkan skala penilaian pada Tabel 4.1.
Padatan Terlarut Total
o
Untuk menghitung padatan terlarut total PTT buah sampel diambil seluruh cairannya dan diaduk rata. Diambil sekitar 2 tetes cairan, lalu diletakkan
di atas kaca hand refractometer dan nilai
Brix
o
Brix diamati. Pengamatan dilakukan terhadap buah manggis yang baru dipanen sesuai dengan skala nilai yang telah
ditetapkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan buah manggis dengan skala nilai burik 0 sampai 4 sebagai perlakuan dan
diulang sebanyak 6 kali. Setiap unit contoh terdiri dari 3 buah manggis yang diambil daging buahnya. Pengamatan dilakukan 2 kali. Sebelum mengamati
buah yang lain alat dibersihkan dengan tisu.
37
Hasil dan Pembahasan Kemunculan dan Perkembangan Gejala Burik
Burik pada buah manggis ditandai dengan adanya bintik atau bercak berwarna kecoklatan pada permukaan kulit manggis Gambar 4.2. Munculnya
gejala pertama burik pada kulit buah manggis lebih banyak pada bagian atas atau dekat kelopak yang mencapai 37.84 diikuti oleh bagian bawah 35.14 dan
bagian tengah 27.03 Gambar 4.3.
a b
Gambar 4.2. Gejala burik yang muncul pertama kali pada buah manggis, a styler end dan b equator
Gambar 4.3. Posisi munculnya gejala burik pertama kali pada buah manggis
37,84
27,03 35,14
5 10
15 20
25 30
35 40
Stem end Equator
Styler end Jum
la h B
ua h
Posisi munculnya gejala burik
38
Gejala burik sudah terlihat pada buah manggis berumur 1 msa dan kemunculan gejala burik paling banyak terjadi pada buah berumur 2 dan 3 msa
yaitu 60.47 dan 18.60 Gambar 4.4. Pada Gambar 4.4 juga terlihat intensitas gejala burik pada buah berumur 1 msa sangat rendah yaitu 1 dan meningkat
menjadi 21.02 pada buah umur 2 msa. Peningkatan intensitas gejala burik terus terjadi seiring dengan perkembangan umur buah. Intensitas gejala burik tertinggi
terjadi pada buah umur 6 - 7 msa yang mencapai 51.40 - 52.57. Pada pengamatan 8 hingga 16 msa tidak terlihat adanya peningkatan intensitas gejala
burik di lapangan. Gejala burik yang sudah ada pada awal pertumbuhan akan tetap terlihat hingga buah dipanen. Pertambahan gejala kerusakan dapat sebabkan
oleh peningkatan ukuran diameter buah yang mengakibatkan bertambah luasnya gejala burik. Selain itu pertambahan gejala burik juga disebabkan karena
munculnya gejala burik yang baru pada permukaan buah manggis.
Gambar 4.4. Persentase kemunculan dan perkembangan intensitas gejala burik pada buah manggis
Analisis Kerusakan Jaringan Buah yang Terserang Burik
Lapisan terluar dari kulit manggis adalah kutikula yang diikuti oleh lapisan eksokarp, mesokarp, endokarp dan arilus. Bagian eksokarp buah manggis
tersusun atas jaringan sklereid tipe brakisklereid yang penebalan dinding selnya mengandung lignin. Bagian ini ditandai dengan warna merah setelah melalui
4,00 60,47
18,60 2,33 2,33
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
65
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
Int ens
it as
g ej
al a
bur ik
K em
unc ul
an g ej
al a
bur ik
Minggu setelah anthesis Kemunculan gejala burik
Perkembangan intesitas gejala burik
39
pewarnaan safranin Dorly 2009. Pengamatan anatomi kulit buah manggis yang tidak bergejala burik terlihat bahwa bagian kutikula, eksokarp dan mesokarp tidak
mengalami kerusakan Gambar 4.5 a. Pada kulit buah manggis yang bergejala burik memperlihatkan adanya kerusakan pada bagian kutikula dan sklereid
Gambar 4.5 b, c dan d. Pada tingkat kerusakan yang parah, lapisan mesokarp yang berbatasan dengan eksokarp juga mengalami kerusakan Gambar 4.5 d.
Menurut Dorly 2009, jumlah lapisan dan ukuran sel eksokarp dan mesokarp dari buah muda hingga dewasa bertambah seiring dengan berkembangnya buah. Hal
ini diduga berkaitan dengan perkembangan intensitas gejala burik.
a
b
c d
Gambar 4.5. Lapisan terluar kulit buah manggis, a buah tidak bergejala burik, b - d buah bergejala burik
Menuru Bernays dan Chapman 1994 dan Kolattukudy 2003, permukaan tanaman diselimuti oleh lapisan lilin yang terdiri dari senyawa kompleks seperti
asam lemak, alkana, hidrokarbon dan metabolit sekunder. Lapisan lilin merupakan lapisan terluar kutikula juga menutupi seluruh permukaan bagian
tanaman seperti daun dan buah. Keberadaan lapisan lilin mempengaruhi assosiasi serangga dengan tanaman. Permukaan luar kutikula relatif datar dan licin.
Kutikula
Mesokarp Eksokarp
40
Lapisan lilin pada kutikula berfungsi untuk mencegah kehilangan air dan juga berfungsi sebagai penghalang masuknya polutan ke dalam jaringan daun atau
bagian tanaman lainnya Dickison 2000. Kerusakan pada lapisan kutikula akibat burik menyebabkan permukaan kulit buah manggis terlihat kusam, tidak
mengkilat dan kasar. Hal ini menyebabkan buah manggis tidak menarik bagi konsumen.
Berdasarkan standar mutu dan informasi dari pedagang manggis, bahwa buah manggis untuk ekspor haruslah bebas dari burik dan cacat buah lainnya.
Menurut Poerwanto et al. 2010, di samping burik dan getah kuning, permasalahan manggis lainnya adalah shelflife buah yang rendah yaitu buah
manggis akan cepat mengeras. Hilangnya lapisan lilin menyebabkan terjadinya penguapan sehingga proses pengerasan kulit berlangsung lebih cepat. Kuat
dugaan bahwa dengan mengekspor buah manggis bebas gejala burik yang berarti lapisan kutikula pada buah masih utuh akan sangat membantu mempertahankan
kesegaran buah pada masa penanganan pasca panen dan perjalanan menuju negara importir hingga buah dikonsumsi.
Intensitas dan Distribusi Buah Bergejala Burik
Hasil panen buah manggis yang dilakukan selama 8 minggu Januari- Februari 2010 terlihat persentase buah manggis yang tidak bergejala burik hanya
18.72. Persentase buah manggis terbanyak adalah buah dengan skala penilaian 1 yang mencapai 32.99, diikuti oleh buah dengan skala penilaian 4 sebanyak
18.49. Buah bergejala burik dengan skala penilaian 2 dan 3 mencapai 15.37 dan 14.43 Gambar 4.6.
Data pada Gambar 4.6 semakin menguatkan bahwa kualitas buah manggis Indonesia masih rendah yang berdampak pada rendahnya volume ekspor buah
manggis. Ekspor manggis tahun 2009 hanya mencapai 9.46 dari total produksi BPS 2010. Volume ekspor yang rendah juga berdampak pada rendahnya
pendapatan yang diterima oleh petani manggis, mengingat bahwa manggis yang beredar saat ini adalah berasal dari kebun milik petani. Menurut Deptan 2009
rendahnya kualitas buah manggis Indonesia disebabkan oleh pengelolaan sistem
41
produksi buah manggis masih bersifat tradisional dengan skala usaha kecil dan berpencar serta minimnya sentuhan teknologi maju.
Gambar 4.6. Persentase buah manggis berdasarkan skala penilaian gejala burik selama periode panen bulan Januari hingga Februari 2010
Gambar 4.7 memperlihatkan distribusi buah pada tanaman manggis berdasarkan posisi atas, tengah dan bawah tanaman. Hasil panen buah manggis
dengan gejala burik skor penilaian 1 merupakan jumlah terbanyak yaitu 12.29
Gambar 4.7. Sebaran vertikal buah manggis berdasarkan skala penilaian gejala burik buah manggis selama periode panen bulan Januari hingga
Februari 2010
18,72 32,99
15,37 14,43
18,49
5 10
15 20
25 30
35
1 2
3 4
Jum la
h bua h
Skala penilaian
6,23 7,13
5,36 12,29
11,16 9,53
4,00 5,92
5,44 3,95
5,07 5,41
3,61 8,60
6,29
2 4
6 8
10 12
14
Atas Tengah
Bawah
Jum la
h bua h
Posisi 1
2 3
4
42
berasal dari sektor atas, diikuti dari bagian tengah dan bawah masing-masing sebanyak 11.16 dan 9.53 dari keseluruhan jumlah buah yang dipanen. Jumlah
buah yang bebas dari gejala burik lebih banyak dihasilkan pada sektor tengah yaitu sebanyak 7.13 kemudian diikuti dari sektor atas dan bawah yaitu 6.23 dan
5.36. Sebaliknya jumlah buah dengan skor penilaian 4 75 permukaan buah terdapat gejala burik paling banyak berasal juga dari sektor tengah yaitu 8.6,
dari sektor bawah sebanyak 6.29 dan sektor atas menghasilkan buah dengan gejala burik skor 4 paling sedikit yaitu sebanyak 3.61.
Pada Gambar 4.8 terlihat bahwa pada masa awal periode panen yaitu minggu pertama dan kedua Januari 2010 terlihat intensitas gejala buah burik
sudah mencapai 25.09 dan 29.26. Intensitas gejala burik dari hasil panen semakin meningkat pada awal bulan Februari 2010 yaitu 40.90 dan semakin
meningkat hingga 56.94 hingga akhir periode panen. Terdapat indikasi bahwa pada awal periode panen intensitas gejala burik masih rendah. Intensitas gejala
burik semakin meningkat selama periode panen hingga mencapai puncaknya pada akhir masa panen.
Gambar 4.8. Perkembangan intensitas gejala burik pada buah manggis selama periode panen bulan Januari hingga Februari 2010 pengamatan
dilakukan 2 kali per minggu
10 20
30 40
50 60
70
1 2
3 4
5 6
7 8
Int ens
ita s
g eja
la bur
ik
2010 Periode panen
Januari Februari
43
Intensitas Gejala Burik Tingkat Petani dan Pedagang
Perkembangan intensitas gejala burik selama periode panen pada Gambar 4.8 terlihat memiliki pola yang hampir sama dengan hasil pengamatan pada buah
manggis hasil panen petani dan buah manggis yang dikumpulkan oleh pedagang Gambar 4.9. Pada awal masa panen intensitas gejala burik hasil panen petani
dan pedagang pengumpul berkisar antara 25.45 hingga 29.30. Peningkatan intensitas gejala burik terjadi selama periode panen dan intensitas gejala burik
tertinggi terjadi pada akhir periode panen baik di tingkat petani maupun pada pedagang mencapai 63.55 hingga 66.35.
Dari Gambar 4.8 dan 4.9 terlihat bahwa dari sisi burik, kualitas buah manggis pada awal periode panen lebih bagus dibandingkan pada pertengahan dan
akhir masa panen. Semakin mendekati akhir periode panen, kualitas buah manggis semakin rendah.
Gambar 4.9. Perkembangan intensitas gejala burik pada buah manggis hasil panen petani dan pedagang pengumpul selama periode panen
bulan Januari hingga Februari 2010
Trips merupakan serangga oportunis yang mampu mengolonisasi habitat yang muncul dalam rentang waktu singkat. Tanaman manggis merupakan
tanaman yang mempunyai sifat berbunga dan berbuah musiman, sehingga periode 10
20 30
40 50
60 70
1 2
3 4
5 6
7 8
Int ens
ita s
g eja
la bur
ik Petani
Pedagang pengumpul
2010 Periode panen
Januari Februari
44
kemunculan kuncup, bunga dan buah manggis berlangsung hanya dalam kurun waktu tertentu. Kemunculan bunga manggis dalam satu musim tidaklah serentak,
sehingga panen buah manggis juga berlangsung dalam periode tertentu pula. Tingginya intensitas gejala burik pada buah manggis yang dipanen pada akhir
periode panen berkaitan dengan bunga dan buah yang muncul pada akhir periode pembungaan yaitu akhir bulan Oktober 2009 Gambar 5.5 dan 5.56, BAB V
dengan jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang muncul sebelumnya. Pada saat bunga muncul akhir bulan Oktober 2009, populasi
trips sudah tinggi, sehingga jumlah bunga yang relatif sedikit akan cepat dikolonisasi oleh trips. Hal ini sangat terkait dengan tipe seleksi dari trips yaitu
tipe r. Menurut Mound 1997, trips adalah serangga oportunis dengan tipe seleksi r yang mampu menguasai habitat yang muncul dalam rentang waktu
singkat secara optimal.
Padatan Terlarut Total
Populasi trips yang tinggi akan mengkolonisasi habitat yaitu bunga dan buah manggis yang terbatas. Hal ini diduga akan menimbulkan
gejala burik dengan intensitas yang tinggi ketika buah manggis dipanen.
o
Hasil analisis padatan total terlarut PTT pada aril buah manggis yang berasal dari buah manggis yang memperlihatkan gejala burik berdasarkan skala
penilaian 0 - 4 menunjukkan adanya peningkatan nilai Brix Gambar 4.10. Hasil uji lanjut menunjukkan PTT buah yang tidak memperlihatkan gejala burik
menghasilkan Brix paling rendah dan berbeda dengan skala penilaian lainnya, sedangkan buah manggis yang memperlihatkan gejala burik dengan skala 4
memiliki Brix paling tinggi yaitu 16.53. Daryono dan Sosrodihardjo 1986 menyatakan bahwa kandungan gula utama buah manggis adalah fruktosa, glukosa
dan sukrosa yang merupakan hampir seluruh padatan total terlarutnya. Pada Gambar 4.10 terlihat adanya indikasi bahwa semakin tinggi intensitas gejala burik
akan menghasilkan buah manggis yang semakin tinggi kandungan gula pada aril buah manggis. Gejala burik merupakan kerusakan yang terjadi pada lapisan
kutikula dan eksokarp. Kerusakan pada kulit buah manggis diduga mengakibatkan terjadinya pengalihan alokasi fotosintat ke bagian lain buah
manggis seperti pada aril.
Brix
45
Gambar 4.10. Padatan total terlarut berdasarkan skala penilaian gejala burik 0-4 pada buah manggis
Padatan total terlarut buah manggis asal Leuwiliang Jawa Barat tergolong rendah 14.74Briks dibandingkan dengan manggis dari sentra produksi lainnya
seperti daerah Kaligesing, Jawa Tengah 17.96Briks, Watulimo, Jawa Timur 16.26Briks, Puspahiang dan Wanayasa Jawa Barat mencapai 17.46 dan
15.55Briks Gunawan 2007.
Kesimpulan
Gejala burik pada buah manggis sudah terlihat pada awal pertumbuhan buah. Sebanyak 4 buah berumur 1 msa sudah mulai terlihat gejala burik, dan
kemunculan gejala burik yang paling banyak adalah pada buah berumur 2 msa yaitu sebanyak 60.47. Sebanyak 18.6 buah berumur 3 msa mulai terlihat
gejala burik dan semakin menurun pada buah berumur 4 dan 5 msa yaitu 2.33. Semakin tua umur buah manggis semakin kecil peluang terjadinya burik pada
buah manggis. Gejala awal burik paling banyak muncul pada bagian atas atau di bawah kelopak, kemudian diikuti oleh bagian bawah dan tengah buah manggis.
Intensitas gejala burik mengalami peningkatan dari buah berumur 1 msa hingga mencapai 51.40 - 52.57 ketika buah berumur 6 - 7 msa dan tidak ada
pertambahan gejala burik hingga buah berumur 16 msa. Meningkatnya gejala c
b b
ab a
12,5 13
13,5 14
14,5 15
15,5 16
16,5 17
1 2
3 4
P ada
ta n t
ot al te
rla rut
B riks
Skala Penilaian
46
burik dapat disebabkan serangan sekunder organism lain. Burik hanya merusak bagian kutikula dan eksokarp, namun tidak merusak bagian yang dapat dimakan.
Buah manggis dengan gejala burik skor 4 memiliki nilai Brix paling tertinggi yaitu 16.53. Sektor tengah tanaman merupakan penghasil buah bebas gejala
burik terbanyak 7.13 sekaligus juga penghasil buah terbanyak bergejala burik
dengan skor tertinggi 8.60. Daftar Pustaka
Affandi, Emilda D, Jawal M. 2008. Application of fruit bagging, sanitation, and yellow sticky trap to control thrips on mangosteen. Indones J Agric Sci
91: 19–23. Bernays EA, Chapman RE. 1994. Host-Plant Interaction by Phytophagous
Insect. London: Chapman Hall. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi buah buahan di Indonesia.
http:www.bps.go.id [23 Maret 2012]. Daryono M, Sosrodihardjo S. 1986. Cara praktis penentuan saat pemanenan
buah manggis dan sifat-sifatnya selama penyimpanan. Bul Penel Hort 142: 39–42.
Dent D. 2000. Insect Pest Management. Ed ke-2UK: CABI. [Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Profil Kawasan Manggis. Direktorat
Budidaya Tanaman Buah. Direktorat Jenderal Hortikultura. Jakarta: Departemen Pertanian.
Dickison WC 2000. Integrative Plant Anatomy. Sandiego, California: Academic Press.
Dorly. 2009. Studi struktur sekretori getah kuning dan pengaruh kalsium terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis Garcinia mangostana
L. [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Gunawan E. 2007. Hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman dan
kualitas buah manggis di lima sentra produksi di pulau Jawa [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnicque. New York: McGraw-Hill. Kolattukudy. 2003. Natural waxes on fruit. http:www.postharvest.tfrec.wsu.edu
REP2003A [18 Mei 2012]. Mound LA. 1997. Biological diversity. Di dalam: Lewis T editor. Thrips as
Crop Pests. UK: CABI. hlm 107-216. Pableo FB, Velasco CJ. 1994. Mangosteen thrips and its control. The Philip J
Plant Industry 594: 91–101.
47
Pankeaw K, Ngampongsai A, Permkam S, Rukadee O. 2011. Abundance and distribution of thrips Thysanoptera: Thripidae in mangosteen Garcinia
mangostana L. grown in single and mixed cropping system. Songklanakarin. Sci Technol 333: 263-269.
Poerwanto R, Dorly, Maad M. 2010. Getah kuning pada buah manggis. Di dalam:
Utama IMS, Susila AD, Poerwanto R, Antara NS, Putra NK, Susustra KB editor. Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi
dan Rantai Nilai Hortikultura. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia; Universitas Udayana-Bali, 25-26 Nop. Universitas Udayana-
Bali: Perhorti. hlm 225-260.
Setiawan E. 2005. Produktifitas dan kualitas buah manggis pada berbagai posisi cabang dalam tajuk [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Unterstenhofer. 1976. The Basic Principles of Crop Protection Fields Trials. Pflanzenzhutz-Nachricten Bayer AG. Leverkusen.
V. TRIPS THYSANOPTERA: THRIPIDAE PADA BUNGA DAN BUAH MANGGIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN