TRIPS THYSANOPTERA: THRIPIDAE PADA BUNGA DAN BUAH MANGGIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

V. TRIPS THYSANOPTERA: THRIPIDAE PADA BUNGA DAN BUAH MANGGIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

KEJADIAN BURIK PADA BUAH MANGGIS Garcinia mangostana [ Thrips Thysanoptera: Thripidae on Flower and Fruit of Mangosteen Garcinia mangostana and the Correlation to Fruit Scar] Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengamati trips yang berasosiasi dengan bunga dan buah manggis serta dinamika populasi trips berdasarkan fenologi buah manggis. Penelitian tentang assosiasi serangga trips Thysanoptera: Thripidae dengan bunga dan buah manggis dilaksanakan pada bulan Mei 2009 - Februari 2010 di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Februari hingga Agustus 2011 di Desa Kandang Tarok, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Bagian tanaman yang diamati adalah daun muda, kuncup, bunga mekar sempurna dan buah umur 1-16 minggu setelah anthesis msa. Hasil penelitian menunjukkan Scirtothrips dorsalis dan Thrips hawaiiensis Thysanoptera: Thripidae ditemukan pada daun muda, kuncup, bunga dan buah manggis. Populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis tertinggi ditemui pada fase bunga mekar sempurna, populasi larva tertinggi ditemui pada buah berumur 2 msa. Populasi trips semakin menurun dengan bertambahnya umur buah manggis. Diduga S. dorsalis dan T. hawaiiensis adalah penyebab burik pada buah manggis. Kata kunci: trips, burik, manggis, Scirtothrips dorsalis, Thrips hawaiiensis Abstract The aims of this research were to investigate the association of thrips to flower, fruit and to analyze the population dynamic of thrips related to fruit phenology. The research was conducted from May 2009 to September 2010 in Cengal Town, Karacak Village, Leuwiliang Subdistric, Bogor Distric, West Java, and from February to August 2011 in Kandang Tarok Village, Enam Lingkung Subdistric, Pariaman Distric, West Sumatera. Laboratory investigation has been conducted at Insect Biosystematics Laboratory of Bogor Agricultural University and microbiology Laboratory of Andalas University. We observed the shoot, flower bud, open flower, and fruit of one to sixteen weeks after anthesis waa. There were two species of thrips: Scirtothrips dorsalis and Thrips hawaiiensis were found on flower bud, open flower, and fruit. The population of adults of both species was high on open flower. The population of larva was also high on two waa fruit. The population of thrips decreased with fruit stage. Scar occurred on two and three waa fruit. The abundance of thrips was positively correlated to two and three waa fruit, hence correlated to scar. It was suggested that S. dorsalis and T. hawaiiensis caused the scar on mangosteen. Keywords: trips, scar, mangosteen, Scirtothrips dorsalis, Thrips hawaiiensis 50 Pendahuluan Asosiasi antara serangga trips dengan tanaman inangnya tidak terlepas dari keberadaan senyawa kimia primer dan sekunder serta faktor fisik dari tanaman inang tersebut. Pada serangga trips, seleksi inang terutama dilakukan oleh imago karena larva tidak dapat bergerak terlalu jauh Terry 1997. Salah satu faktor fisik yang dapat berperan dalam penemuan dan pengenalan inang oleh serangga adalah warna Prokopy dan Owens 1983. Warna merupakan isyarat penting bagi trips dalam mengenali inangnya Terry 1997. Pada umumnya trips tertarik kepada warna kuning, biru dan putih Kirk 1984; Hoddle et al. 2002b dan setiap spesies trips memiliki kesukaan terhadap warna tertentu. Trips bunga tertarik pada warna cerah seperti putih, sementara trips rumput tertarik pada warna yang mendekati hijau Teulon dan Penman 1992, Scirtothrips dorsalis tertarik pada warna kuning Chu et al. 2006. Selain warna, aroma bunga tanaman inang dapat menarik trips, sehingga trips menggunakannya untuk mendeteksi keberadaan inangnya meskipun tanpa warna. Frankliniella occidentalis tertarik pada senyawa volatil seperti benzenoid dan monoterpene Koschier et al. 2000, sedangkan Thrips hawaiiensis tertarik pada senyawa methyl anthranilate Imai et al. 2001. Ketika menemukan lokasi yang tepat pada tanaman inang, trips akan membuat tusukan kecil pada dinding sel. Dengan menggunakan palpus, trips mencicipi kandungan nutrisi cairan yang keluar dari luka tersebut. Jika jaringan dan kandungan nutrisi cukup atau sesuai, dengan menggunakan stilet maksila, trips akan membuat tusukan yang lebih besar pada jaringan dan mulai makan. Aktifitas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel. Bila kerusakan terjadi pada ovarium bunga maka dalam perkembangan buah akan terlihat bekas garukan sehingga mengurangi kualitas buah Kirk 1997. Burik scar merupakan kerusakan yang terjadi pada permukaan kulit buah manggis akibat adanya pelukaan sehingga menyebabkan kulit tampak kusam. Trips dilaporkan sebagai penyebab burik pada buah manggis Pableo dan Velasco 1994; Affandi et al. 2008; Pankeaw et al. 2011. Trips juga penyebab burik pada buah nectarine Felland et al. 1995, buah jeruk Childers 1999 dan pada buah alpukat Hoddle et al. 2002a. 51 Kerusakan tanaman akibat serangan trips dapat disebabkan oleh aktifitas makan dan oviposisi Kirk 1997. Serangan pada buah dapat menimbulkan kerusakan berupa adanya rautan scabbing pada kulit buah. Serangan trips pada buah manggis tidak mempengaruhi bagian yang dapat dimakan edible portion, tetapi menyebabkan penampilan buah kurang menarik sehingga menurunkan kualitas dan mengurangi nilai jual Pableo dan Velasco 1994. Pada buah nectarine kerusakan oleh serangga trips lebih banyak disebabkan aktifitas makan larva dibandingkan aktifitas makan dan oviposisi yang dilakukan oleh imago Pearsall 2000. Kerusakan pada kulit buah manggis memungkinkan terjadinya serangan sekunder oleh mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri, sehingga dapat memperparah tingkat kerusakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kelimpahan populasi suatu spesies serangga dalam suatu ekosistem seperti faktor fisik, kesesuaian dengan tanaman inang atau sumber makanan, dan populasi itu sendiri Dent 2000. Fenologi dan habitat mikro dalam kanopi tanaman inang juga berpengaruh terhadap kelimpahan dan dinamika populasi trips pada tanaman nectarine dan bunga chrysanthenum Pearsall dan Myers 2000; Reitz 2002; Chau et al. 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari 1 Trips yang bersosiasi dengan bunga dan buah manggis; 2 dinamika populasi serangga trips yang berasosiasi dengan bunga dan buah manggis, 3 hubungan populasi trips dengan kejadian burik. Bahan dan Metode Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2009 hingga Februari 2010 di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Februari hingga Agustus 2011 di Desa Kandang Tarok, Kecamatan 6 Lingkung, Kabupaten Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. 52 Identifikasi Serangga Trips Penelitian terhadap spesies trips yang berasosiasi dengan bunga dan buah manggis serta populasinya dilakukan di laboratorium di bawah mikroskop stereo. Identifikasi trips dilakukan dengan cara membuat preparat mikroskop. Imago trips betina yang diperoleh dibuat preparat mikroskop berdasarkan metode Mound 2006. Spesimen yang diperoleh dari lapangan dituang ke dalam cawan sirakus untuk memilih imago trips betina. Imago betina ditandai dengan adanya ovipositor pada ujung abdomen, berwarna lebih gelap dan ukuran tubuh lebih besar dari pada imago jantan. Sebuah gelas penutup preparat ditetesi larutan hoyers, satu spesimen betina diletakkan pada bagian tengah larutan dengan posisi ventral tubuh menghadap keatas. Bagian sayap dan antena direntang dengan menggunakan jarum mikro bertangkai. Spesimen trips ditutup dengan gelas objek secara perlahan-lahan dalam posisi mendatar. Ketika gelas objek menyentuh larutan hoyer, kaca objek dibalik sehingga posisi gelas penutup berada di atas dan posisi dorsal trips menghadap ke atas. Preparat dikeringkan di atas hot plate dengan suhu 40 - 50 o Pengamatan morfologi dan identifikasi trips dilakukan di bawah mikroskop compound dengan perbesaran 40, 100 dan 400 kali. Identifikasi dilakukan dengan acuan Morizt et al. 2004 serta Mound dan Kibby 1998. C hingga preparat kering, dan siap diidentifikasi. Pelabelan Kuncup, Bunga dan Buah Untuk memperoleh kuncup, bunga dan buah dengan kriteria umur tersebut, bunga manggis yang belum mekar sempurna diberi label kemudian dicatat tanggal terjadinya mekar sempurna. Bunga dan atau buah yang telah diberi label kemudian dipetik sesuai dengan umur pengambilan sampel. Bunga dan buah manggis contoh dipetik dengan cara memotong tangkai bunga atau buah lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup dan diberi label berupa informasi nomor bunga atau buah, tanggal pengambilan dan periode berbunga atau umur buah. Banyaknya sampel yang diambil setiap periode kuncup, bunga mekar sempurna dan setiap umur buah adalah masing-masing sebanyak 20 buah. Periode kuncup adalah bunga yang belum mekar, perkembangan bunga ditetapkan 53 waktu anthesis, sedangkan untuk perkembangan buah dihitung 1 minggu setelah anthesis msa sampai 16 msa. Populasi Serangga Trips yang Berasosiasi dengan Daun, Kuncup, Bunga dan Buah Penelitian ini dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pengamatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah trips berdasarkan spesies yang ada pada daun muda, kuncup, bunga dan buah manggis berumur 1-16 msa. Semua larva trips yang ditemui pada bunga dan buah manggis disatukan dalam satu kelompok dalam penghitungan populasinya Reitz 2002. Pengamatan serangga trips yang berasosiasi dengan daun muda flush dilakukan dengan cara memetik daun muda sebanyak 10-15 helai yang dipilih secara acak dari 10 tanaman manggis. Daun muda dipetik dengan cara memotong tangkainya kemudian masing masing dimasukan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup. Frekwensi pengambilan daun muda adalah sebanyak 4 kali antara bulan September dan Oktober 2009. Pengamatan terhadap populasi serangga trips yang berasosiasi dengan kuncup, bunga mekar sempurna dan buah manggis dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan bunga dan buah hingga buah dipanen. Sebanyak 20 bunga dan atau buah manggis masing-masing dipilih secara acak dari 10 pohon 2 bunga dan atau buah per pohon untuk pengamatan setiap minggu selama periode bunga dan 1 hingga 16 msa. Perkembangan pertumbuhan buah manggis dilakukan dengan cara mengukur diameter buah umur 1-16 msa dengan menggunakan jangka sorong. Penilaian gejala burik dilakukan dengan cara menetapkan skala penilaian seperti pada Tabel 4.1 dan intensitas gejala burik dihitung berdasarkan rumus Townsend dan Hueberger dalam Unterstenhofer 1976. Pemasangan Perangkap Berperekat Penelitian ini dilakukan di lapangan dan laboratorium yang bertujuan untuk memantau populasi trips pada pertanaman manggis selama periode sebelum berbunga hingga setelah panen. Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan perangkap berperekat sticky trap Pearsall dan Myers, 2000. 54 Perangkap yang digunakan berwarna kuning, putih dan biru Kirk 1984; Hoddle et al. 2002a. Perangkap berukuran 10 cm x 20 cm terbuat dari plastik berwarna kuning, putih dan biru . Plastik transparan berukuran 10 cm x 50 cm pada salah satu sisinya dioles tipis dengan lem tikus cap gajah yang berwarna bening, kemudian di tempelkan pada plastik sesuai warna dengan sisi berperekat di bagian luar. Untuk setiap warna, dipasang sebanyak 4 buah per pohon menghadap Utara, Selatan, Timur dan Barat. Banyaknya pohon manggis yang dipasangi perangkap untuk masing-masing warna adalah 5 pohon. Pemasangan perangkap dilakukan setiap minggu, yang dimulai dari periode sebelum berbunga hingga setelah panen. Pengamatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah trips yang terperangkap pada perangkap berwarna. Isolasi Bakteri yang Berasosiasi dengan Burik Isolasi bakteri dari kulit manggis yang bergejala burik dilakukan berdasarkan Schaad et al. 2001. Kulit manggis yang bergejala burik dipotong sebesar 1 cm 2 sebanyak 3 bagian. Sterilisasi permukaan dilakukan dengan alkohol 70 dan dibilas dengan aquades steril. Potongan kulit buah tersebut dihancurkan dan ditambahkan 3 ml akuades steril lalu dilakukan pengenceran hingga 10 -6 . Sebanyak 1 ml suspensi dari pengenceran 10 -4 , 10 -5 , 10 -6 dipindahkan ke dalam media nutrient agar NA dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Uji gram dilakukan dengan metode KOH 3 dan uji hipersensitif dilakukan pada daun tembakau berumur 1 bulan Lampiran 3. Kadar Air, Nitrogen, Total Gula pada Daun, Bunga Mekar Sempurna dan Kulit Buah Manggis Pengamatan kadar air dilakukan dengan metode oven. Analisis kandungan nitrogen dilakukan dengan metode Kjedahl dan total gula dilakukan berdasarkan metode Anthrone dalam Apriyantono et al. 1994 Lampiran 4. Sampel bunga dan kulit buah manggis yang dianalisis kadar air, nitrogen dan total gula berasal dari bunga dan buah manggis pada pengamatan populasi serangga trips yang berasosiasi dengan daun, kuncup, bunga dan buah manggis. 55 Hasil dan Pembahasan Identifikasi Trips Berdasarkan panduan identifikasi Morizt et al. 2004 serta Mound dan Kibby 1998 ditemukan dua spesies trips yaitu Scirtothrips dorsalis dan Thrips hawaiiensis Thysanoptera: Thripidae seperti pada Gambar 5.1 dan 5.2. S. dorsalis dan T. hawaiiensis merupakan serangga fitofag yang menyerang berbagai jenis sayuran, buah-buahan, tanaman hias Chen dan Lo 1987; Ananthakrishnan 1993. Imago S. dorsalis dicirikan dengan warna tubuh dominan berwarna kuning. Antena terdiri dari 8 ruas, pada ruas III dan IV terdapat sense cones berbentuk garpu dan kuat Gambar 5.1a. Kepala mempunyai 3 pasang seta oseli, posisi seta III berada di antara titik tengah belakang oseli, terdapat 2 pasang seta utama postokular Gambar 5.1b. Pada metanotum terdapat garis longitudinal yang paralel pada setengah bagian posterior, tidak ada campaniform sensilla, seta median muncul dari tepi belakang bagian tepi anterior Gambar 5.1c. Sayap depan berwarna transparan, barisan seta tidak lengkap baik pada baris pertama maupun ke-dua Gambar 5.1d. Pada bagian tergit VIII terdapat microthricia comb lengkap pada posterior margin. Tergit IX memiliki beberapa baris microtrichia pada bagian discal Gambar 5.1e. Tubuh T. hawaiiensis berwarna coklat, antena terdiri dari 7 ruas, ruas III dan IV dengan sense cone yang berbentuk garpu Gambar 5.2a. Kepala lebih lebar dari pada panjang dengan dua pasang seta oseli, sepasang seta III berada di luar anterior margin pada segi tiga oseli Gambar 5.2b. Metanotum dengan sculpture garis longitudinal di bagian tengah, tetapi transversal pada bagian anterior Gambar 5.2c. Sayap depan memiliki seta yang tidak lengkap, hanya 3 seta pada tengah distal Gambar 5.2d. Pada bagian tergit V - VIII terdapat lateral ctenidia di depan spirakel Gambar 5.2e. 56 Gambar 5.1. Scirtothrips dorsalis, a antena, b kepala, c metanotum, d sayap, dan e tergit VIII a b c d e 57 Gambar 5.2. Thrips hawaiiensis, a antena, b kepala, c metanotum, d sayap, dan e tergit VIII a b c d e 58 Populasi Trips pada Daun Muda Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar trips yang ditemui adalah larva dan banyak dijumpai pada bagian permukaan bawah daun. Pada Gambar 5.3 terlihat bahwa populasi trips pada daun berfluktuasi. Pengamatan pada tanggal 27 September 2009 rerata trips mencapai 3.30 individudaun dan menurun berturut turut 2.07 dan 2.10 individudaun pada pengamatan 3 dan 7 Oktober 2009. Pada pengamatan 24 Oktober 2009 populasi trips meningkat mencapai 3.90 individu daun. Gambar 5.3. Rataan populasi S. dorsalis, T. hawaiiensis dan larva trips pada daun muda Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pada tanaman manggis, daun muda merupakan habitat yang disukai oleh trips. Berlimpahnya trips pada daun muda mengindikasikan bahwa awal kolonisasi tanaman manggis oleh trips terjadi saat tanaman manggis mengeluarkan daun muda. Pada tanaman cabe Capsicum annuum L. larva F. occidentalis lebih berlimpah pada daun muda sedangkan imago lebih banyak menghuni bunga Higgins 1992. Larva S. perseae umumnya menyukai daun alpukat Persea americana yang masih muda. Larva trips juga ditemui pada buah bila populasi larva tinggi dan ketersediaan daun muda tidak mencukupi atau daun sudah mengeras sehingga tidak sesuai untuk aktivitas makan. Imago S. perseae tidak 3,30 2,07 2,10 3,90 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 27 Sept 3 Okt 7 Okt 24 Okt T ri ps da un 2009 59 memakan atau meletakkan telur pada daun yang telah tua atau mengeras Yee et al. 2001; 2003. Kandungan nutrisi pada daun muda dan daun tua ditampilkan pada Tabel 5.1. Hasil analisis kadar air terlihat bahwa kadar air pada daun muda adalah 83.31 lebih tinggi dari pada daun tua yakni 60.59. Sebaliknya kandungan nitrogen pada daun tua lebih tinggi 0.65 dari pada daun muda 0,42. Daun tua lebih banyak mengandung total gula 0.35g100g dibandingkan dengan daun muda 0.28g100g. Tabel 5.1 Hasil analisis kadar air, nitrogen dan total gula pada daun manggis muda dan tua Bagian daun Kadar air Nitrogen Total gula ± SE ± SE g100g ± SE Muda 83.31 ± 0.06 0.42 ± 0.01 0.28 ± 0.00 Tua 60.59 ± 0.07 0.65 ± 0.01 0.35 ± 0.01 Pada umumnya serangga akan memilih tanaman inang atau bagian tanaman yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup sebagai tempat tinggal dan sekaligus mencukupi kebutuhannya Kogan 1982. Nutrisi terutama senyawa yang mengandung unsur nitrogen seperti protein dan sterol sangat mempengaruhi perkembangbiakan serangga, terutama keperidian serangga betina Southwood 1978. Selain mengandung nutrisi, jaringan tanaman pada daun muda lebih lunak sehingga memungkin trips lebih mudah untuk mendapatkan kebutuhan nutrisinya. Pertumbuhan Buah Manggis Pertumbuhan buah manggis dari 1 msa hingga buah dipanen 16 msa membentuk kurva sigmoid Gambar 5.4. Diameter buah manggis bertambah seiring dengan bertambahnya umur buah. Pada umur 1 - 4 msa terlihat pola pertumbuhan lambat, pertumbuhan cepat terjadi pada umur 4 - 10 msa dan kembali melambat pada umur 10 - 12 msa. Menurut Dorly 2009, jumlah lapisan sel eksokarp dari buah manggis muda hingga dewasa juga bertambah seiring dengan perkembangan buah. Pada buah umur 1 msa sel eksokarp hanya terdiri 1 lapis. Jumlah lapisan terbanyak dijumpai pada buah umur 11 msa. Namun pada 60 buah umur 12 msa jumlah lapisan sel eksokarp menurun perlahan dan cenderung stabil hingga berumur 16 msa. Di samping pertambahan diameter buah juga terjadi perubahan warna. Buah manggis yang masih muda berwarna hijau dan semakin matang kulit buah akan berwarna ungu kehitaman. Menurut Palapol et al. 2009, pada kulit manggis terdapat beberapa senyawa seperti cyanidin-sophoroside, cyanidin- glucoside dan cyanidin-glucoside-pentoside yang merupakan kelompok antosianin. Senyawa utama yang paling dominan dan mengalami peningkatan selama perkembangan buah manggis adalah cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin- 3-glucosid. Apakah cyanidin ini berperan dalam interaksi buah manggis dengan trips perlu diungkapkan melalui penelitian. Gambar 5.4. Pertumbuhan buah manggis umur 1-16 msa Populasi Trips pada Kuncup, Bunga dan Buah Manggis Asosiasi serangga trips pada bunga dan buah manggis sudah terjadi sejak bunga masih dalam masa kuncup. Asosiasi ini tentu telah berlangsung cukup lama. Rataan populasi imago S. dorsalis pada fase kuncup adalah 0.90 individukuncup, populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis meningkat masing-masing mencapai 1.15 dan 0.95 individubunga mekar sempurna Gambar 5.5. Populasi imago trips tertinggi ditemui pada bunga dan buah berumur 1 msa dan cenderung menurun hingga buah dipanen 16 msa. Menurut Grovers et al. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 D iam et er bua h cm Minggu setelah anthesis 61 2001, kolonisasi tanaman inang oleh serangga trips dapat dengan cepat terjadi ketika tanaman inang mulai berbunga. Gambar 5.5. Rataan populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis pada kuncup, bunga mekar sempurna hingga buah berumur 16 msa Pada fase kuncup, populasi larva trips lebih tinggi dari pada imago yaitu mencapai 1.6 individukuncup dan meningkat menjadi 2.15 individubunga mekar sempurna Gambar 5.6. Populasi larva tertinggi ditemui pada saat buah berumur 2 msa yakni 8.75 individubuah dan turun menjadi 2.40 individu pada buah berumur 3 msa. Seperti halnya imago, terjadi penurunan populasi larva hingga buah berumur 16 msa. Menurut Yamaguchi 2007, pada mangga Mangifera indica populasi imago S. dorsalis tertinggi ditemukan pada bunga dan buah yang masih muda, populasi semakin menurun dengan bertambahnya umur buah mangga. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 k ms 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 T ri ps bung a a ta u bua h T. hawaiiensis S. dorsalis k = kuncup, ms = bunga mekar sempurna, msa = minggu setelah anthesis msa Okt Nov 2009 Des Jan 2010 62 Gambar 5.6. Rataan populasi larva S. dorsalis dan T. hawaiiensis pada kuncup, bunga mekar sempurna hingga buah berumur 16 msa Faktor fisik dan kimia tanaman inang sangat mempengaruhi asosiasi serangga fitofag dengan tanaman inangnya. Peningkatan jumlah lapisan eksokarp selama perkembangan buah manggis muda hingga dewasa Dorly 2009 dan peningkatan konsentrasi antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, cyanidin-3- glucoside pada permukaan kulit manggis Palapol et al. 2009 diduga berperan dalam penurunan populasi trips pada buah manggis dewasa. Menurut Bernays dan Chapman 1994, pada tanaman kapas antosianin bertindak sebagai deterrent bagi larva Helicoverpa virescens Lepidoptera: Noctuidae. Pada daun, cyanidin berperan sebagai pertahanan terhadap serangga herbivore Panda dan Kush 1995. Menurut Schoonhoven et al. 2005, bentuk fisik seperti adanya trikoma dan struktur kristal lilin pada permukaan tanaman, kekerasan jaringan dan ketebalan daun, kandungan silika yang tinggi dapat menyebabkan perilaku penghindaran oleh serangga. Ciri tanaman seperti itu sering diasumsikan sebagai suatu fungsi pertahanan tanaman. Kandungan nutrisi pada bunga mekar sempurna dan kulit buah manggis umur 1-16 msa terlihat bervariasi Gambar 5.7. Kadar air pada bunga mekar sempurna mencapai 56.62, kemudian kadar air menurun pada kulit buah berumur 1 dan 2 msa yaitu 53.56 dan 53.29. Selanjutnya kadar air pada kulit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 k ms 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 L ar va bung a at au bua h k = kuncup, ms = bunga mekar sempurna, msa = minggu setelah anthesis msa Okt Nov 2009 Des Jan 2010 63 buah manggis cenderung meningkat hingga buah berumur 16 msa yang mencapai 54.96. Kadar nitrogen pada bunga mekar sempurna 0.27 dan lebih rendah dari pada kadar nitrogen kulit buah yang berkisar antara 0.36 - 0.49. Sedangkan total gula pada bunga mekar sempurna adalah 3.58 dan pada kulit buah berkisar antara 3.60 - 4.22. Semakin tua umur buah kandungan nitrogen, total gula dan kadar air pada kulit buah semakin meningkat. Tetapi tidak diikuti dengan peningkatan populasi trips. Selain faktor kimia tanaman, faktor fisik juga berperan dalam kesesuaian serangga dengan tanaman inangnya. Gambar 5.7. Kadar nitrogen, total gula dan kadar air pada bunga mekar sempurna dan kulit buah berumur 1-15 msa Populasi Trips pada Perangkap Berperekat Penggunaan perangkap berperekat efektif untuk memantau populasi trips di lapangan. Menurut Southwood 1978, perangkap berperekat dapat memberikan informasi tentang kelimpahan populasi serangga di lapangan. Pada Gambar 5.8 terlihat populasi trips di pertanaman manggis pada saat terjadinya kuncup dan anthesis pada bulan September hingga pertengahan Oktober 2009 mencapai 5 - 7 individu trips. Penurunan populasi pada perangkap berperekat terjadi mulai bulan 51 52 53 54 55 56 57 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 ms 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 K ada r a ir K ada r N da n tot al g ul a Nitrogen Total gula Kadar air ms = bunga mekar sempurna, msa = minggu setelah anthesis msa 64 November hingga Desember 2009 hingga masa panen yang berlangsung pada bulan Januari dan Februari 2010. Fluktuasi populasi trips yang terperangkap sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Pada bulan September hingga bulan Oktober 2009 curah hujan relatif rendah dan pada saat yang bersamaan jumlah trips yang terperangkap mencapai 5 - 7 individu. Jumlah yang terperangkap tersebut merupakan paling tinggi terjadi selama penelitian berlangsung. Curah hujan pada bulan November hingga Desember 2009 dan Januari 2010 terlihat berfluktuasi, tetapi ada kecenderungan terjadi peningkatan curah hujan. Pada waktu yang bersamaan juga terjadi penurunan jumlah trips yang terperangkap. Pola perkembangan jumlah trips pada Gambar 5.8 terlihat sama dengan Gambar 5.5 dan 5.6 yakni adanya peningkatan imago trips pada bunga mekar sempurna dan populasi menurun hingga memasuki masa panen yaitu pada bulan Januari dan Februari 2010. Kuat dugaan bahwa penurunan populasi trips pada Gambar 5.5 dan 5.6 selain faktor fisik dan kimia buah manggis, curah hujan juga berpengaruh terhadap populasi trips pada pertanaman manggis. Hubungan Populasi Trips dengan Kejadian Burik Puncak kepadatan populasi trips pada buah manggis terjadi pada buah umur 2 dan 3 msa Gambar 5.5 dan 5.6. Hasil analisis regresi antara kepadatan populasi trips dengan gejala burik pada buah umur 2 dan 3 msa memperlihatkan adanya korelasi antara keduanya P0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa trips adalah penyebab munculnya gejala burik pada buah manggis Gambar 5.9. Isolasi bakteri pada buah bergejala burik berhasil ditemukan 7 isolat bakteri yang menunjukan gram negatif, dua diantaranya menunjukkan hasil positif pada uji reaksi hipersensitif pada daun tembakau. Hasil ini menujukkan bahwa kedua isolat tersebut merupakan bakteri patogen pada tanaman. Penelitian lain di Pusat Kajian Hortikultura IPB juga menunjukkan adanya asosiasi jamur Phomopsis sp. dan Pestalotia sp. pada burik buah manggis Sobir 16 Juli 2012, komunikasi pribadi. Perlu penelitian lebih lanjut tentang peran mikroorganisme patogen dalam kaitannya dengan kejadian burik. Gambar 5.8 Jumlah trips yang terperangkap pada perangkap berperekat dan curah hujan pada saat kuncup, anthesis dan buah berumur 1 - 16 msa hingga masa panen 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 2 3 4 5 6 7 8 C ur ah huj an m m m ing g u P opul as i t ri ps Populasi trips Curah hujan Kuncup anthesis Buah 1-16 msa Panen Sept Okt Nov Des Jan Feb 2009 2010 Gambar 5.9 Hubungan antara kepadatan trips dengan burik pada pengamatan 2 dan 3 msa Gambar 5.10 juga memperlihatkan adanya korelasi antara kepadatan populasi trips gabungan imago dan larva pada buah dengan kemunculan gejala burik. Pada buah umur 2 msa merupakan puncak populasi trips dan pada umur tersebut juga terlihat buah manggis paling banyak menunjukkan kemunculan gejala burik. Pada buah umur 2 dan 3 msa proporsi larva lebih tinggi dari pada imago dan persentase buah yang menunjukkan gejala burik mencapai 60.47 dan 18.60. Gambar 5.10 Hubungan antara kepadatan populasi trips dengan persentase kemunculan gejala burik pada buah manggis 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 K em unc ul an g ej al a bur ik tr ips bua h Kemunculan gejala burik Trips msa Okt Nov 2009 Des Jan 2010 67 Umumnya trips dapat makan pada berbagai jaringan tanaman seperti daun, bunga, buah dan polen. Jika jaringan dan kandungan nutrisi cukup atau sesuai, dengan menggunakan stilet mandibelnya trips akan membuat lubang tusukan yang lebih besar pada jaringan dan mulai makan. Aktifitas tersebut mengakibatkan sel rusak. Bila kerusakan terjadi pada ovarium bunga maka akan tampak pada perkembangan buah adanya bekas rautan sehingga mengurangi kualitas buah Kirk 1997. Aktifitas makan larva lebih banyak menimbulkan kerusakan dibandingkan aktifitas makan dan oviposisi yang dilakukan oleh imago Pearsall 2000. Siklus hidup trips terdiri dari telur, dua instar larva yang aktif makan, pupa dan imago Ananthakrishnan 1993; Mound dan Kibby 1998. Pada penelitian ini, pada buah umur 1, 2 dan 3 msa populasi larva berturut turut mencapai 54.26, 82.55 dan 60.76 dari keseluruhan populasi trips pada buah umur 1, 2 dan 3 msa. Dalam penelitian ini selain S. dorsalis dan T. hawaiiensis, juga ditemui serangga fitofag lainnya yaitu kutu putih Exallomochlus hispidus Hemiptera: Pseudococcidae. Dominasi serangga trips pada pengamatan bunga mekar sempurna dan pada buah berumur 1 hingga 5 msa terlihat pada Gambar 5.11. Pada pengamatan bunga mekar sempurna, sebanyak 70 sampel yang diamati ditemui serangga trips dan jumlah sampel semakin meningkat hingga pada pengamatan 2 msa yakni 100 yang berarti dari semua sampel yang diamati ditemukan serangga trips. Jumlah sampel semakin menurun pada pengamatan 3 hingga 16 msa. Sebaliknya pada waktu pengamatan bunga mekar sempurna hingga buah berumur 2 msa jumlah sampel yang yang ditemui E hispidus hanya 10-15 dan meningkat pada pengamatan buah berumur 5 msa. Pada pengamatan 6 hingga 16 msa, serangga pada sampel buah manggis didominasi oleh E hispidus, sebaliknya trips semakin menurun. Pada Gambar 5.10 terlihat bahwa kemunculan gejala burik terbanyak adalah pada saat buah berumur 2 dan 3 msa dimana sampel yang diamati ditemui serangga trips berjumlah 100 dan 85. Data pada Gambar 5.55, 5.56, 5.10 dan 5.11 semakin menguatkan bahwa serangga trips S. dorsalis dan T. hawaiiensis, adalah penyebab burik pada buah manggis 68 Gambar 5.11 Jumlah sampel yang didiami oleh Trips dan kutu putih E. hispidus pada pengamatan bunga mekar sempurna, buah berumur 1-16 msa Kesimpulan Spesies trips yang berasosiasi dengan bunga dan tanaman manggis adalah S. dorsalis dan T. hawaiiensis. Populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis tertinggi ditemui pada bunga mekar sempurna sedangkan populasi larva tertinggi ditemui pada buah berumur 2 minggu setelah anthesis. Terjadi peningkatan populasi trips dari kuncup ke bunga mekar sempurna hingga mencapai puncaknya pada buah berumur 2 minggu setelah anthesis dan populasi menurun hingga buah berumur 16 minggu setelah anthesis. Terdapat korelasi antara kepadatan trips dengan kejadian burik pada buah manggis berumur 2 dan 3 minggu setelah anthesis. Pada kulit buah manggis yang bergejala burik ditemukan 2 isolat bakteri patogen. Daftar Pustaka Affandi, Emilda D, Jawal M. 2008. Application of fruit bagging, sanitation, and yellow sticky trap to control thrips on mangosteen. Indones J of AgricSci 91: 19-23. Ananthakrishnan TN. 1993. Bionomics of thrips. Annu Rev Entomol 38: 71-92. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ms 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jum la h s am pe l y ang di di am i ser ang g a ms = bunga mekar sempurna, msa = minggu setelah anthesis msa 69 Apriyantono A, Fardiaz D, Puspita NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1994. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bernays EA, Chapman RE. 1994. Host-Plant Interaction by Phytophagous Insect. London: Chapman Hall. Chau A, Heinz KM, Davies FT. 2005. Influence of fertilization on population abundance, distribution, and control of Frankliniella occidentalis on chrysanthemum. Entomol Exp et Appl 117: 27-39. Chen JS, Lo PKC 1987. Diffrential preference of the flower dwelling thrips, Thrips hawaiiensis Morgan Thysanoptera: Thripidae to some gladiolus cultivars. Agric Res China 36 3: 371-326. Childers CC. 1999. Flower thrips: Frankliniella bispinosa Morgan, F. kelliae Sakimura Thysanoptera: Thripidae and postbloom fruit drop disease are economic pests on florida citrus. Proc Fla State Hort Soc 112: 88-95. Chu CC, Ciomperlik MA, Chang NT, Richards M, Henneberry TJ. 2006. Developing and evaluating traps for monitoring Scirtothrips dorsalis Thysanoptera: Thripidae. Florida Entomol 891: 47-55. Dent D. 2000. Insect Pest Management. Ed ke-2UK: CABI. Dorly. 2009. Studi struktur sekretori getah kuning dan pengaruh kalsium terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis Garcinia mangostana L. [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Felland CM, Teulon DAJ, Hull LA, Polk DF. 1995. Distribution of thrips Thysanoptera: Thripidae on nectarine in the Mid-Atlantic Region. Econ Entomol 884: 1004-1011. Grovers RL, Walngenbach JF, Moyer JW, Kennedy GG. 2001. Overwintering of Frankliniella fusca Thysanoptera: Thripidae on winter annual weeds infected with tomato spotted wilt virusand patterns of virus movement between susceptible weed host. Phytopathol 91: 891-899. Higgins CJ. 1992. Western flower thrips Thysanoptera: Thripidae in greenhouse: Population dynamics, distribution on plants and associations with predators. Econ Entomol 85: 1891-1993. Hoddle MS, Morse JG, Phillips PH, Faber BA, Jetter KM. 2002a. Avocado thrips: new challenge for growers. Calif Agric 563: 103-105. Hoddle MS, Robinson L, Morgan D. 2002b. Attraction of thrips Thysanoptera: Thripidae and Aeolothripidae to colored sticky cards in a California avocado orchard. Crop Protection 21: 383-388. Imai T, Maekawa M, Murai T. 2001. Attractiveness of methyl anthranilate and its related compounds to the flower thrips, Thrips hawaiiensis Morgan, T. coloratus Schmutz, T. flavus Schrank and Megalurothrips distalis Karny Thysanoptera: Thripidae. Appl Entomol Zool 364: 475-478. Kirk WDJ. 1984. Ecologically selective coloured traps. Ecol Entomol 9: 35-41. 70 Kirk WDJ. 1997. Feeding. Di dalam: Lewis T editor. Thrips as Crop Pests. UK: CABI. hlm 119-174. Kogan M. 1982. Plant resistance in pest management. Di dalam: Metcalf RL, Luckman WH editor. Introduction to Insect Pest Management. Ed ke-2. New York: Jhon Wiley Sons. hlm 93-134. Koschier EH, De Kogel WJ, Visser JH. 2000. Assesing the attractiveness of volatile plant compounds to western flower thrips Frankliniella occidentalis. J Chem Ecol 2612: 2643-2655. Moritz G, Mound LA, Morris DC, Goldarazena A. 2004. Pest Thrips of The World [CD-ROM]. Australia: CSIRO Publishing. 1 CD-ROM dengan penuntun di dalamnya. Mound LA. 2006. Taxonomy of The Insect Order Thysanoptera, Taxonomy Workshop No. 1 Thrips: Malaysia, 3-7 Juli 2006. Malaysia: Institute of Biological Science, University Malaya, Kuala Lumpur. Mound LA, Kibby G. 1998. Thysanoptera: An Identification Guide. Ed ke-2. UK: CABI. Pableo FB, Velasco CJ. 1994. Mangosteen thrips and its control. Philip J Plant Industry 594: 91-101. Palapol Y, Ketsa S, Stevenson D, Cooney JM, Allan AC, Ferguson IB. 2009. Colour development and quality of mangosteen Garcinia mangostana L. fruit during ripening and after harvest. Postharvest Biol Technol 51: 349- 353. Panda N, Kus GS. 1995. Host Plant Resistance to Insects. UK. CAB International. International. Pankeaw K, Ngampongsai A, Permkam S, Rukadee O. 2011. Abundance and distribution of thrips Thysanoptera: Thripidae in mangosteen Garcinia mangostana L. grown in single and mixed cropping system. Songklanakarin. Sci Technol 333: 263-269. Pearsall IA. 2000. Damage to nectarine by the western flower thrips Thysanoptera: Thripidae in the Interior of British Columbia, Canada. J Econ Entomol 934: 1207-1215. Pearsall IA, Myers JH. 2000. Populations dynamics of western flower thrips Thysanoptera: Thripidae in nectarine orchards in British Columbia. J Econ Entomol 932: 264-275. Prokopy RJ, Owens ED. 1983. Visual detection of plants by herbivorous insects. Annu Rev Entomol 28: 337-364. Reitz SR. 2002. Seasonal and within plant distribution of Frankliniella thrips Thysanoptera: Thripidae in North Florida tomatoes. Flo Entomol 853: 431-439. Schaad NW, Jones JB, Chub W. 2001. Laboratory Guide for Identification of Plant Pathogenic Bacteria. Third Edition. APS PRESS. The American Phytopathological. 71 Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA. 2005. Insect-Plant Biology: from Physiology to Evolution. London: Chapman Hall. Southwood TRE. 1978. Ecological Methode with Particular Reference to the study of insect Population. London: Chapman and Hall. Terry LI. 1997. Host selection, communication, and reproductive behaviour. Di dalam: Lewis T editor. Thrips as Crop Pests. UK: CABI. hlm 65-118. Teulon DAJ, Penman DR. 1992. Colour preferences of New Zealand thrips Terebrantia: Thysanoptera. N Z Entomol 15: 8-13. Unterstenhofer G. 1976. The Basic Principles of Crop Protection Field Trials. Pflanzenshutz-Nachricten Bayer AG. Leverkusen. Yamaguchi T. 2007. Seasonal prevalence of Scirtothrips dorsalis Hood and Selenothrips rubrocinctus Giard on flower buds, inflorescences, and fruits of mango Mangifer indica plants cultivated in greenhouse on Amami- Oshima Island, Japan. Kyushu PL Prot Res 53: 103-106. Yee WL, Faber BA, Phillips PA, Rodgers JL. 2003. Comparison of Scirtothrips persae Thysanoptera: Thripidae infestation levels on avocado fruit and leaves. Flor Entomol 864: 409-419. Yee WL, Phillips PA, Faber BA, John LR. 2001. Relationships between Scirtothrips persae Thysanoptera: Thripidae populations on avocado leaves, fruit, and scarring damage on fruit. Environ Entomol 305: 932- 938. 73

VI. PEMBAHASAN UMUM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Biologi Dan Statistik Demografi Thrips Parvispinus Karny (Thysanoptera Thripidae) Pada Tanaman Cabai

0 4 51

Effects of CPPU and CoSO4 on postharvest quality of mangosteen fruit (Garcinia mangostana l) during storage

0 6 91

Thrips (Thysanoptera: Thripidae) associated with horticultural crops in West Java and key to species

0 1 14