Rp 235,25 milyar. Dampak yang terjadi terhadap neraca endogennya baik itu kenaikan maupun penurunan dapat dilihat melalui besaran nilai perubahan dari
nilai kondisi awal neraca endogen sebelum disimulasi.
5.2.2. Perekonomian Indonesia Dengan Adanya Kenaikan Nilai Ekspor
Batubara Nasional Tahun 2006
Sub bab ini akan menganalisis hasil simulasi ekspor batubara yang dilakukan untuk melihat pengaruh yang terjadi pada perekonomian Indonesia,
diakibatkan adanya peningkatan nilai ekspor batubara Indonesia sebesar Rp 235,25 milyar di tahun 2006. Simulasi ini juga untuk melihat perubahan
persentase pertumbuhan ekonomi Indonesia, apakah mengalami kenaikan atau penurunan yang mengindikasikan perubahan perolehan kesejahteraan yang
diterima masyarakat. Adapun dampak dari peningkatan nilai ekspor batubara Indonesia tersebut
terhadap perekonomian Indonesia akan dilihat melalui besaran : 1 perubahan nilai tambah faktor produksi terbagi menjadi tiga golongan utama yaitu tenaga
kerja, lahan, dan kapital, 2 perubahan pendapatan institusi digolongkan ke dalam rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah, serta 3 perubahan pendapatan
sektor produksi yang mana dikelompokkan menjadi tiga golongan utama yaitu sektor pertanian, industri, dan jasa.
5.2.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi
Besarnya pengaruh dari peningkatan nilai ekspor batubara nasional Rp 235,25 milyar terhadap neraca faktor produksi telah memberikan dampak
yang positif bagi perekonomian Indonesia. Dimana terjadi kenaikan nilai tambah pada semua fakor produksi dengan kemampuan penyerapan manfaat yang
berbeda-beda antar golongannya. Pada neraca faktor produksi nilai tambahnya harus didistribusikan kepada
tiga golongan besar terdiri dari tenaga kerja, lahan, dan kapital. Sementara itu, golongan tenaga kerja yang dimiliki faktor produksi terbagi menjadi berbagai
jenis tenaga kerja sebanyak enam golongan. Sehingga jumlah total perubahan nilai tambah yang dimiliki faktor produksi ekonomi Indonesia dalam hal ini akan
didistribusikan ke dalam delapan golongan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 5.4 yang memuat besaran perubahan nilai tambah yang diperoleh
faktor produksi Indonesia. Tabel 5.4. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Nilai
Tambah Faktor Produksi di Indonesia
Kenaikan Faktor Produksi
No Kondisi
Awal Nilai
Dari Total
Kenaikan Tenaga Kerja Pertanian Formal
1 48402,07
9,21 0,019
2,42 Tenaga Kerja Pertanian
Informal 2 97320,70
19,48 0,020
5,11 Tenaga Kerja Terlatih dan
Manual Formal 3
278820,96 58,38
0,021 15,32
Tenaga Kerja Terlatih dan Manual Informal
4 140614,61
17,88 0,013
4,69 Tenaga Kerja Profesional
Formal 5
70508,30 18,23
0,026 4,78
Tenaga Kerja Profesional Informal 6
6560,13 0,90
0,014 0,24
Lahan 7 39258,27
7,11 0,018
1,87 Kapital
8 697548,85
249,99 0,036
65,58
Total Faktor Produksi 1379033,89
381,19 0,028
100,00
Sumber : Lampiran 16 diolah
Berdasarkan Tabel 5.4 terlihat bahwa peningkatan nilai ekspor batubara nasional ditahun 2006 senilai Rp 235,25 milyar ternyata memberikan efek yang
menguntungkan bagi faktor produksi ekonomi nasional. Dengan terjadi kenaikan total nilai tambah yang diserap oleh kedelapan faktor produksi sebesar Rp 381,19
milyar. Dengan kata lain perekonomian Indonesia secara umum dilihat dari sisi neraca faktor produksinya akan mengalami pertumbuhan mencapai 0,028 persen
di tahun 2006. Jika dilihat secara keseluruhan dari kedelapan golongan faktor produksi,
angka pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh faktor produksi kapital 8 yang mencapai nilai 0,036 persen. Kenaikan nilai tambah yang mampu diserap oleh
faktor produksi kapital ini sekitar Rp 249,99 milyar. Peningkatan ekspor batubara yang memberikan devisa bagi negara, ternyata sangat berperan dalam
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan kapital Indonesia. Pertumbuhan terendah dialami oleh tenaga kerja terlatih dan manual
informal 4 memiliki angka pertumbuhan sebesar 0,013 persen. Menunjukkan hanya sebagian kecil saja pengaruh yang ditimbulkan dari peningkatan ekspor
batubara terhadap faktor produksi ini. Penerimaan nilai tambah hanya sekitar Rp 17,88 milyar saja yang dapat diserap. Kenaikan pertumbuhan ekonomi dari
tenaga kerja profesional formal 5 sebesar 0,026 persen berada pada urutan kedua terbesar setelah kapital. Nilai tambah yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga kerja
profesional formal ini sebesar Rp 18,23 milyar. Namun, bila dilihat dari persentase distribusi total kenaikan nilai tambah
ke dalam masing-masing faktor produksi, secara berurutan dari tertinggi sampai terendah yaitu hampir sekitar 65,58 persen diterima oleh faktor produksi kapital.
Faktor produksi tenaga kerja memperoleh kenaikan sebesar 32,56 persen dan sisanya sekitar 1,87 persen diterima oleh faktor produksi lahan.
Dengan kata lain, kapital tetap menduduki tempat tertinggi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi sebagai akibat peningkatan ekspor batubara.
Sehingga baik perubahan yang terjadi dari kondisi awal maupun dari total kenaikan, memberi manfaat terbesar pada nilai tambah faktor produksi kapital
nasional. Hal ini menunjukkan, bahwa kegiatan proses produksi di Indonesia akan bersifat padat modal melalui peningkatan ekspor batubara.
Adapun bila dilihat khususnya pada faktor produksi tenaga kerja, distribusi total kenaikan nilai tambah yang tertinggi akan diterima oleh tenaga kerja terlatih
dan manual formal 3 sebesar 15,32 persen. Sementara nilai tambah terendah akan diterima oleh tenaga kerja profesional informal 6 sekitar 0,24 persen.
Sedangkan tenaga kerja lainnya juga memperoleh nilai tambah dengan persentase yang berbeda-beda. Tenaga kerja pertanian formal 1 memperoleh sekitar 2,42
persen, tenaga kerja pertanian informal 2 memperoleh sekitar 5,11 persen, tenaga kerja terlatih dan manual informal 4 mendapat sekitar 4,69 pesen, dan
tenaga kerja profesional formal 5 hanya memperoleh sekitar 4,78 persen. Dengan kata lain, peningkatan ekspor batubara tahun 2006 lebih banyak
memberikan keuntungan kepada tenaga kerja terlatih dan manual formal, dibandingkan jenis tenaga kerja yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh nilai
dampak pengganda neraca yang dimiliki tenaga kerja terlatih dan manual formal dari neraca faktor produksi Indonesia secara umum relatif lebih tinggi dibanding
jenis tenaga kerja lainnya.
5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi