5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi
Neraca institusi secara garis besar terbagi atas rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Untuk golongan rumah tangga pada insitusi yang dimiliki
Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis golongan rumah tangga lagi. Dimana pada penelitian ini rumah tangga pada institusi terdapat sepuluh golongan.
Sehingga pendapatan institusi akan didistribusikan ke dalam 12 golongan institusi. Tabel 5.5. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap
Pendapatan Institusi di Indonesia
Kenaikan Institusi No
Kondisi Awal
Nilai Dari
Total Kenaikan
Rumah Tangga Buruh Pertanian 9
71632,18 17,28
0,024 3,77
Rumah Tangga Petani Kecil 10
101984,26 22,83
0,022 4,98
Rumah Tangga Petani Menengah 11
51548,41 11,82
0,023 2,58
Rumah Tangga Petani Besar 12
54851,80 14,00
0,026 3,05
Rumah Tangga Penerima Pendapatan Rendah di
Pedesaan 13 113332,83
26,02 0,023
5,67 Rumah Tangga Bukan
Angkatan Kerja di Pedesaan 14
51178,72 12,30
0,024 2,68
Rumah Tangga Penerima Pendapatan Tinggi di Pedesaan
15 103792,57
25,29 0,024
5,51 Rumah Tangga Penerima
Pendapatan Rendah di Perkotaan
16 180850,37 41,68
0,023 9,09 Rumah Tangga Bukan
Angkatan Kerja di Perkotaan 17 72474,41
16,83 0,023 3,67
Rumah Tangga Penerima Pendapatan Tinggi di
Perkotaan 18 186837,94
43,42 0,023 9,47
Perusahaan 19 442752,66
147,95 0,033
32,25 Pemerintah
20 259707,89
79,32 0,031
17,29
Total Institusi 1690944,04
458,74 0,029
100,00
Sumber: Lampiran 16 diolah
Besarnya pengaruh dari peningkatan nilai ekspor batubara nasional Rp 235,25 milyar terhadap neraca institusi juga akan memberikan dampak yang
positif bagi perekonomian Indonesia. Terjadi kenaikan pendapatan pada semua institusi yang menopang perekonomian nasional. Kemampuan penyerapan
peningkatan pendapatan yang terjadi berbeda-beda antar golongannya. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 5.5 yang memuat besaran perubahan
pendapatan yang diperoleh institusi Indonesia. Berdasarkan pengaruh peningkatan nilai ekspor batubara tahun 2006
sebesar Rp 235,25 milyar seperti yang terlihat pada Tabel 5.5 mengakibatkan terjadinya peningkatan total pendapatan yang diserap 12 institusi sebesar
Rp 458,74 milyar. Hal ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2006 yang disumbangkan oleh neraca institusi mencapai 0,029
persen. Merupakan suatu dampak yang positif bagi perekonomian Indonesia umumnya, dan bagi institusi khususnya.
Adapun dari 12 golongan institusi yang ada pada Tabel 5.5, angka pertumbuhan pendapatan tertinggi didapat dari institusi perusahaan 19 dengan
persentase kenaikannya mencapai 0,033 persen. Kenaikan pendapatan yang akan memberikan manfaat pada institusi perusahaan ini sebesar Rp 147,95 milyar.
Dapat dikatakan bahwa kegiatan ekspor batubara yang meningkat akan memberi keuntungan bagi perusahaan-perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang
industri pertambangan, serta industri yang terkait dalam proses kegiatannya. Sedangkan untuk pertumbuhan pendapatan yang terendah dialami oleh
institusi rumah tangga petani kecil 10 dengan persentase yang hanya sebesar 0,022 persen. Pendapatan yang terdistribusi pada institusi ini sebagai akibat
peningkatan ekspor batubara hanya sebesar Rp 22,83 milyar.
Khusus institusi pemerintah 20 yang tumbuh sebesar 0,031 persen termasuk ke dalam urutan terbesar kedua pertumbuhannya. Kenaikan pendapatan
yang akan diperoleh pemerintah mencapai Rp 79,32 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah akan memperoleh pemasukan yang terbilang cukup besar
setelah perusahaan, yang berasal dari sektor industri pertambangan batubara nasional dibandingkan institusi rumah tangga.
Bila dilihat dari distribusi total kenaikan pendapatan masing-masing institusi pada Tabel 5.5 menunjukan bahwa institusi rumah tangga memperoleh
bagian terbesar dari kenaikan pendapatan tersebut yaitu sebesar 50,47 persen. Kemudian diikuti oleh institusi perusahaan yang memperoleh total kenaikan
pendapatan sebesar 32,25 persen. Sementara institusi pemerintah memperoleh bagian yang paling kecil dari distribusi total kenaikan pendapatan institusi yaitu
hanya sebesar 17,29 persen. Artinya, secara total peningkatan ekspor akan lebih banyak memberikan injeksi keuntungan pada institusi rumah tangga. Sehingga
tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia akan bertambah. Pada institusi rumah tangga, terlihat bahwa distribusi total kenaikan
pendapatan dalam rumah tangga penerima pendapatan tinggi diperkotaan 18 dan rumah tangga penerima pendapatan rendah di perkotaan 16, memperoleh bagian
terbesar dari kenaikan pendapatan tersebut yaitu sebesar 9,47 persen dan 9,09 persen. Sehingga dengan kata lain manfaat dari peningkatan nilai ekspor batubara
lebih banyak diserap oleh institusi rumah tangga penerima pendapatan di daerah perkotaan. Sementara institusi rumah tangga petani menengah 11 hanya
memperoleh manfaat sebesar 2,58 persen sekaligus sebagai institusi rumah tangga yang menerima pendapatan terendah.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai dampak pengganda neraca yang diterima masing-masing golongan rumah tangga dari neraca sektor produksi.
Dimana rumah tangga penerima pendapatan rendah dan tinggi di wilayah perkotaan menerima dampak pengganda neraca relatif tinggi dari neraca sektor
produksi. Sebaliknya, rumah tangga petani menengah menerima dampak pengganda neraca paling rendah dari neraca sektor produksi.
5.2.2.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi