Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia
RINGKASAN
RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.
Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah satunya bahan tambang yang merupakan aset kekayaan. Namun, problem mengenai sektor keenergian Indonesia sering ditemukan saat ini. Fenomena yang ada yaitu semakin menipisnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi primer. Alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi adalah batubara.
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional. Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total pemakaian energi dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi jumlah batubara yang dapat diekspor sektor pertambangan batubara Indonesia di tahun 2006. Selain itu juga akan menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia sebagai akibat dari adanya kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara tersebut.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Analisis kedua penelitian ini menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk menganalisis efek multiplier dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Alasan pengunaan analisis SNSE ini adalah untuk melihat pengaruh sektor pertambangan khususnya pada batubara terhadap perekonomian Indonesia, serta untuk melihat distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekspor batubara menunjukkan hasil peramalan ekspor batubara yang mengalami peningkatan sepanjang tahun 2006 secara kontiyu dari triwulan pertama hingga triwulan keempat. Hasil peramalan jumlah total batubara yang akan diekspor pada tahun 2006 mencapai 107.368.414 ton. Sementara nilai yang akan diberikan sektor pertambangan batubara dari kegiatan ekspornya sebesar Rp 51.118,10 milyar. Artinya sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap devisa negara juga akan terangkat naik seiring dengan adanya kenaikan nilai ekspor batubara yang
(2)
dilakukan tahun 2006. Sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia juga akan ditopang oleh kegiatan ekspor batubara tahun 2006 ini. Peningkatan nilai ekspor yang disumbangkan sektor pertambangan ini mencapai Rp 235,25 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki peran cukup besar dalam menopang roda perekonomian Indonesia.
Simulasi yang dilakukan pada sektor pertambangan batubara, menunjukkan bahwa kenaikan nilai sektor industri pertambangan batubara telah berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tambah yang terdistribusi pada faktor produksi yang dimiliki perekonomian Indonesia dari kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara mengalami peningkatan sebesar Rp 381,19 milyar atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 0,028 persen. Kapital menyerap manfaat terbesar yaitu 0,036 persen, sementara tenaga kerja terlatih dan manual informal menyerap manfaat yang terkecil sekitar 0,013 persen.
Institusi dalam perekonomian Indonesia juga mengalami peningkatan pendapatan yang terdistribusi sebesar Rp 458,74 milyar sebagai dampak dari kegiatan ekspor batubara atau tumbuh sebesar 0,029 persen. Institusi perusahaan memperoleh manfaat yang tertinggi sebesar 0,033 persen, sedangkan manfaat terendah diperoleh oleh rumah tangga petani kecil hanya 0,022 persen. Kenaikan pendapatan yang diterima institusi ternyata memberikan manfaat yang lebih besar dibanding faktor produksi di Indonesia.
Sektor produksi perekonomian Indonesia secara totalnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,021 persen sebagai dampak dari peningkatan nilai ekspor batubara. Dengan kenaikan pendapatan yang akan terdistribusi pada sektor pertanian sebesar Rp 73,20 milyar atau tumbuh 0,019 persen, sektor industri Rp 409,37 milyar atau tumbuh 0,024 persen, serta sektor jasa sebesar Rp 148,30 milyar atau 0,017 persen. Dengan kata lain peningkatan pendapatan yang terdistribusi dalam sektor produksi secara total mencapai Rp 630,87 milyar.
Peningkatan jumlah ekspor batubara diramalkan meningkat di tahun 2006. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan batubara dalam negeri dengan menjaga volume ekspor batubara, sehingga kebutuhan domestik akan batubara tidak akan mengalami gangguan. Dengan tetap melakukan sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan batubara peringkat rendah, melalui modifikasi dan penganekaragaman pemanfaatan batubara lewat teknologi, sehingga batubara menjadi lebih mudah dalam penggunaannya.
Untuk mendukung peningkatan produksi, penjualan dalam negeri dan ekspor batubara. Maka diperlukan pengembangan infrastruktur sektor pertambangan seperti sistem transportasi yang terpadu antar tambang batubara. Serta pembinaan pertambangan batubara skala kecil oleh rakyat dalam suatu wadah koperasi untuk menarik tenaga kerja lokal.
(3)
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR BATUBARA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh RAHMAWATI
H14102106
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
(4)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rahmawati
Nomor Registrasi Pokok : H14102106 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Djoni Hartono
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
(5)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmawati dilahirkan di Palembang pada tanggal 16 September 1984. Penulis merupakan anak dari pasangan H. A. Sattar. HY dan Hj. Rodiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis memulai pendididikan di TK Chandra Jaya Palembang tahun 1989, lalu melanjutkan sekolah dasar pada SDN 577 Palembang dan lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke jenjang SLTP Negeri 9 Palembang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ditingkat atas yaitu SMU Negeri 6 Palembang dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia”.
Sumberdaya batubara yang berlimpah menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor batubara terbesar ketiga di dunia saat ini, setelah Cina mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi volume ekspor batubaranya. Sebagian besar batubara yang dihasilkan Indonesia digunakan unuk memenuhi kebutuhan ekspor sebesar 67,5 persen sedangkan sisanya 32,5 persen digunakan untuk pemenuhan konsumsi dalam negeri. Dapat dikatakan bahwa batubara merupakan salah satu komoditi penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti mengenai kegiatan ekspor batubara Indonesia tahun 2006 untuk melihat peranannya bagi perekonomian Indonesia.
Adapun dalam proses penyusunannya, skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan wawasannya baik secara teknis maupun teoritis yang sangat berharga bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Sahara, M.Si dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berharga dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
3. Para staf Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, staf Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, staf Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Provinsi Sumatera Selatan, staf Badan Pusat Statistik serta para staf Perpustakaan LSI IPB yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
(8)
4. Para staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi serta staf akademik FEM IPB yang telah membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis, U’ Iko, K’Anto, K’Uwik, Ijal, Ulum, K’Budi, U’Indi, dan Abang Andre atas kasih sayang, perhatian, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
6. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan 39, Rika, Erni, Venti, Nitta, Puput, Niar, Hani, Kiki dan Leny yang telah memberi kenangan indah dalam kebersamaan selama perkuliahan. Teman-teman satu bimbingan dalam penyelesaian skripsi, Nilam, Venti, dan Lusi. Serta teman-teman dalam memori di CU, Esti, Mela, Firman, Jaya, dan Anas. 7. Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati H14102106
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 4
1.3. Tujuan Penulisan... 6
1.4. Manfaat Penulisan... 6
1.5. Ruang Lingkup... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia... 8
2.1.1. Deskripsi Batubara ... 8
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan ... 9
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia ... 10
2.1.4. Karakteristik Batubara Indonesia... 11
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 12
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara ... 14
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 17
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis... 17
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)... 17
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual... 24
III. METODE PENELITIAN... 26
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.2. Metode Analisis ... 26
3.3.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA) ... 27
(10)
3.3.3. Analisis Distribusi Pendapatan ... 33
IV. GAMBARAN UMUM BATUBARA INDONESIA ... 34
4.1. Produksi Batubara Indonesia... 34
4.2. Ekspor Batubara Indonesia ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
5.1. Peramalan Jumlah Batubara Dengan Pemodelan ARIMA ... 38
5.1.1. Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 ... 38
5.2. Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Batubara Terhadap Perekonomian Indonesia ... 46
5.2.1. Simulasi Ekspor Batubara ... 46
5.2.2. Perekonomian Indonesia Dengan Adanya Kenaikan Nilai Ekspor Batubara Nasional Tahun 2006... 48
5.2.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi ... 48
5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi ... 52
5.3.2.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi... 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
(11)
RINGKASAN
RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.
Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah satunya bahan tambang yang merupakan aset kekayaan. Namun, problem mengenai sektor keenergian Indonesia sering ditemukan saat ini. Fenomena yang ada yaitu semakin menipisnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi primer. Alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi adalah batubara.
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional. Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total pemakaian energi dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi jumlah batubara yang dapat diekspor sektor pertambangan batubara Indonesia di tahun 2006. Selain itu juga akan menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia sebagai akibat dari adanya kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara tersebut.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Analisis kedua penelitian ini menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk menganalisis efek multiplier dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Alasan pengunaan analisis SNSE ini adalah untuk melihat pengaruh sektor pertambangan khususnya pada batubara terhadap perekonomian Indonesia, serta untuk melihat distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekspor batubara menunjukkan hasil peramalan ekspor batubara yang mengalami peningkatan sepanjang tahun 2006 secara kontiyu dari triwulan pertama hingga triwulan keempat. Hasil peramalan jumlah total batubara yang akan diekspor pada tahun 2006 mencapai 107.368.414 ton. Sementara nilai yang akan diberikan sektor pertambangan batubara dari kegiatan ekspornya sebesar Rp 51.118,10 milyar. Artinya sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap devisa negara juga akan terangkat naik seiring dengan adanya kenaikan nilai ekspor batubara yang
(12)
dilakukan tahun 2006. Sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia juga akan ditopang oleh kegiatan ekspor batubara tahun 2006 ini. Peningkatan nilai ekspor yang disumbangkan sektor pertambangan ini mencapai Rp 235,25 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki peran cukup besar dalam menopang roda perekonomian Indonesia.
Simulasi yang dilakukan pada sektor pertambangan batubara, menunjukkan bahwa kenaikan nilai sektor industri pertambangan batubara telah berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tambah yang terdistribusi pada faktor produksi yang dimiliki perekonomian Indonesia dari kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara mengalami peningkatan sebesar Rp 381,19 milyar atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 0,028 persen. Kapital menyerap manfaat terbesar yaitu 0,036 persen, sementara tenaga kerja terlatih dan manual informal menyerap manfaat yang terkecil sekitar 0,013 persen.
Institusi dalam perekonomian Indonesia juga mengalami peningkatan pendapatan yang terdistribusi sebesar Rp 458,74 milyar sebagai dampak dari kegiatan ekspor batubara atau tumbuh sebesar 0,029 persen. Institusi perusahaan memperoleh manfaat yang tertinggi sebesar 0,033 persen, sedangkan manfaat terendah diperoleh oleh rumah tangga petani kecil hanya 0,022 persen. Kenaikan pendapatan yang diterima institusi ternyata memberikan manfaat yang lebih besar dibanding faktor produksi di Indonesia.
Sektor produksi perekonomian Indonesia secara totalnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,021 persen sebagai dampak dari peningkatan nilai ekspor batubara. Dengan kenaikan pendapatan yang akan terdistribusi pada sektor pertanian sebesar Rp 73,20 milyar atau tumbuh 0,019 persen, sektor industri Rp 409,37 milyar atau tumbuh 0,024 persen, serta sektor jasa sebesar Rp 148,30 milyar atau 0,017 persen. Dengan kata lain peningkatan pendapatan yang terdistribusi dalam sektor produksi secara total mencapai Rp 630,87 milyar.
Peningkatan jumlah ekspor batubara diramalkan meningkat di tahun 2006. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan batubara dalam negeri dengan menjaga volume ekspor batubara, sehingga kebutuhan domestik akan batubara tidak akan mengalami gangguan. Dengan tetap melakukan sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan batubara peringkat rendah, melalui modifikasi dan penganekaragaman pemanfaatan batubara lewat teknologi, sehingga batubara menjadi lebih mudah dalam penggunaannya.
Untuk mendukung peningkatan produksi, penjualan dalam negeri dan ekspor batubara. Maka diperlukan pengembangan infrastruktur sektor pertambangan seperti sistem transportasi yang terpadu antar tambang batubara. Serta pembinaan pertambangan batubara skala kecil oleh rakyat dalam suatu wadah koperasi untuk menarik tenaga kerja lokal.
(13)
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR BATUBARA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh RAHMAWATI
H14102106
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
(14)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rahmawati
Nomor Registrasi Pokok : H14102106 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Djoni Hartono
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
(15)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmawati dilahirkan di Palembang pada tanggal 16 September 1984. Penulis merupakan anak dari pasangan H. A. Sattar. HY dan Hj. Rodiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis memulai pendididikan di TK Chandra Jaya Palembang tahun 1989, lalu melanjutkan sekolah dasar pada SDN 577 Palembang dan lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke jenjang SLTP Negeri 9 Palembang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ditingkat atas yaitu SMU Negeri 6 Palembang dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen.
(17)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia”.
Sumberdaya batubara yang berlimpah menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor batubara terbesar ketiga di dunia saat ini, setelah Cina mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi volume ekspor batubaranya. Sebagian besar batubara yang dihasilkan Indonesia digunakan unuk memenuhi kebutuhan ekspor sebesar 67,5 persen sedangkan sisanya 32,5 persen digunakan untuk pemenuhan konsumsi dalam negeri. Dapat dikatakan bahwa batubara merupakan salah satu komoditi penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti mengenai kegiatan ekspor batubara Indonesia tahun 2006 untuk melihat peranannya bagi perekonomian Indonesia.
Adapun dalam proses penyusunannya, skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan wawasannya baik secara teknis maupun teoritis yang sangat berharga bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Sahara, M.Si dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berharga dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
3. Para staf Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, staf Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, staf Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Provinsi Sumatera Selatan, staf Badan Pusat Statistik serta para staf Perpustakaan LSI IPB yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
(18)
4. Para staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi serta staf akademik FEM IPB yang telah membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis, U’ Iko, K’Anto, K’Uwik, Ijal, Ulum, K’Budi, U’Indi, dan Abang Andre atas kasih sayang, perhatian, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
6. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan 39, Rika, Erni, Venti, Nitta, Puput, Niar, Hani, Kiki dan Leny yang telah memberi kenangan indah dalam kebersamaan selama perkuliahan. Teman-teman satu bimbingan dalam penyelesaian skripsi, Nilam, Venti, dan Lusi. Serta teman-teman dalam memori di CU, Esti, Mela, Firman, Jaya, dan Anas. 7. Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati H14102106
(19)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 4
1.3. Tujuan Penulisan... 6
1.4. Manfaat Penulisan... 6
1.5. Ruang Lingkup... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia... 8
2.1.1. Deskripsi Batubara ... 8
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan ... 9
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia ... 10
2.1.4. Karakteristik Batubara Indonesia... 11
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 12
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara ... 14
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 17
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis... 17
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)... 17
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual... 24
III. METODE PENELITIAN... 26
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.2. Metode Analisis ... 26
3.3.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA) ... 27
(20)
3.3.3. Analisis Distribusi Pendapatan ... 33
IV. GAMBARAN UMUM BATUBARA INDONESIA ... 34
4.1. Produksi Batubara Indonesia... 34
4.2. Ekspor Batubara Indonesia ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
5.1. Peramalan Jumlah Batubara Dengan Pemodelan ARIMA ... 38
5.1.1. Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 ... 38
5.2. Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Batubara Terhadap Perekonomian Indonesia ... 46
5.2.1. Simulasi Ekspor Batubara ... 46
5.2.2. Perekonomian Indonesia Dengan Adanya Kenaikan Nilai Ekspor Batubara Nasional Tahun 2006... 48
5.2.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi ... 48
5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi ... 52
5.3.2.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi... 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
(21)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1991-1997 ... 1
1.2. Penggunaan Batubara di Dalam Negeri Tahun 1998-2004... 2
2.1. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia sampai Tahun 2003 .... 11
2.2. Jumlah Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 13
2.3. Kerangka Dasar SNSE ... 21
4.1. Ekspor Batubara Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 1992-2004 ... 36
5.1. Hasil Uji Stasioneritas Dengan ADF test... 39
5.2. Hasil Estimasi Model ARIMA (1,0,1) Data Ekspor ... 41
5.3. Nilai Ramalan Ekspor Batubara Tahun 2006... 44
5.4. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Nilai Tambah Faktor Produksi di Indonesia ... 49
5.5. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Pendapatan Institusi di Indonesia... 52
5.6. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia ... 56
(22)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 2.1. Kurva Penetapan Ekspor ... 15 2.2. Kurva Pengeluaran Agregat dan Pendapatan Nasional... 16 2.3. Transaksi Antar Blok dalam SNSE... 23 2.4. Kerangka Pemikiran... 25 4.1. Produksi Batubara Indonesia Tahun 1997-2003 ... 34 4.2. Produksi, Domestik, dan Ekspor Batubara Tahun 1990-2005... 35 5.1. Residual Test Q Statistik Model ARIMA (1,0,1) Data Ekspor ... 42
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Data Triwulanan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1990-2005... 67 2. Uji Stasioneritas Dengan ADF test ... 69 3. Plot Autocorrelation dan Partial Autocorrelation Data Ekspor
Batubara Pada Level ... 70 4. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,0)... 71 5. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,1)... 72 6. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,2)... 73 7. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,3)... 74 8. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,4)... 75 9. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,5)... 76 10. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,1)... 77 11. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,2)... 78 12. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,3)... 79 13. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,4)... 80 14. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,5)... 81 15. Keluaran Hasil Ramalan Ekspor Model ARIMA (1,0,1)... 82 16. Hasil Simulasi Ekspor Pada Tabel SNSE Tahun 2000 ... 84
(24)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah mendasar sering ditemukan dalam sektor keenergian Indonesia saat ini. Kenaikan harga minyak di pasar internasional ditambah lagi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dengar. Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan pasokan energi dalam negeri terhadap minyak bumi dengan solusi mulai mengaktifkan peran sumberdaya energi non minyak yang dimiliki Indonesia. Salah satu alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis dari minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara.
Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1991-1997
Tahun Volume (ton) Perubahan (%) Nilai (ribu US$) Perubahan (%)
1991 7.606.224,00 - 363,838 -
1992 15.811.421,00 107,9 600,042 64,9
1993 18.716.963,00 18,4 642,067 7,0
1994 25.363.975,00 35,5 819,040 27,6
1995 31.570.500,00 24,5 1.033,045 26,1
1996 31.955.094,00 1,2 1.120,829 8,5
1997 42.134.231,00 31,9 1.485,158 32,5
Sumber : BPS, 1998 (diolah)
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Devisa yang dihasilkan dari ekspor batubara ini telah meningkat pesat dari sekitar US$ 363,8 ribu pada tahun 1991 menjadi sekitar US$ 600,0 ribu pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993 hingga tahun 1996 devisa yang diperoleh dari penjualan batubara ini
(25)
meningkat menjadi US$ 1.120,8 ribu dan terakhir tahun 1997 nilainya mencapai US$ 1.485,2 ribu. Lebih jelasnya devisa dari ekspor batubara Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 mengenai perkembangan ekspor batubara tahun 1991 sampai 1997.
Sementara itu penggunaan batubara untuk konsumsi domestik sendiri dirasakan masih sangat minim, bila dibandingkan dengan kegiatan ekspor. Hal tersebut dilihat dari penggunaan yang terbatas hanya pada industri-industri tertentu saja, sementara di kalangan rumah tangga penggunaan energi batubara belum terlalu diminati, seperti terlihat pada Tabel 1.2 penggunaan batubara di dalam negeri tahun 1998 sampai 2004. Sehingga tidak terciptanya keseimbangan antara konsumsi dalam negeri dan luar negeri batubara, mengingat sumberdaya akan bahan tambang ini amatlah besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Tabel 1.2. Penggunaan Batubara di Dalam Negeri Tahun 1998-2004
Penggunaan
(ribu ton) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
PLTU
Batubara 10.622,93 13.594,44 13.718,29 19.517,37 20.046,54 22.995,61 22.882,19 Industri
Semen 1.265,12 2.032, 4 2.228,58 4.388,13 4.891,19 4.773,62 5.549,31
Industri
Metalurgi 144,91 922,69 30,893 220,67 208,72 201,91 119,18
Industri
Kertas Pulp 702,88 829,09 780,68 822,82 499,59 1.704,50 1.160,91
Briket 29,96 38,30 36,80 31,27 24,71 24,98 17,96
Lain-lain 2.600,55 2.573,35 5.545,61 2.407,67 3.586,26 957,32 6.347,71
Total 15.366,35 19.990,21 22.340,84 27.387,92 29.257,00 30.657,94 36.077,26
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2006 (diolah)
Menurut Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara (2005), sumberdaya batubara Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian dan sedikit di Jawa. Batubara perlu mendapat perhatian serius
(26)
dalam pengembangan energi di Indonesia dikarenakan dasar pemikiran berikut yaitu pertama, makin menipisnya cadangan minyak bumi. Kedua, perkembangan teknologi yang memungkinkan batubara diubah menjadi bahan bakar minyak (BBM) sintetis dan gas bakar atau menjadi bahan baku industri. Ketiga, batubara dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat meningkat konsumsinya yang sangat berpotensi merusak ekologi hutan.
Potensi batubara yang besar tersebut sebenarnya dihadapkan pada suatu dilema yang kompleks. Di satu sisi, idealnya dengan cadangan yang signifikan tersebut, batubara dapat menjadi sumber energi yang dapat memenuhi keterbatasan penyediaan energi di beberapa sektor terutama dalam negeri. Namun, kondisi ini juga dihadapkan pada realitas kecenderungan trend permintaan sumber energi batubara yang fluktuatif dan masih sulit untuk dipredikasi.
Menurut Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, dalam periode tahun 1997 sampai 1998 saja, ekspor batubara Indonesia tumbuh sekitar 14 persen dari 41.727,34 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 47.615,82 ribu ton pada tahun 1998. Padahal sebagaimana diketahui pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa batubara Indonesia cukup diminati pasar dunia. Pasar ekspor batubara Indonesia tidak terlalu mengalami gangguan pada saat terjadi krisis ekonomi. Juga membuktikan bahwa batubara Indonesia tetap menjadi pilihan dunia walau dalam keadaan krisis ekonomi, terlihat dengan jumlah negara-negara pengimpor batubara Indonesia yang terus bertambah.
(27)
1.2. Permasalahan
Kelesuan yang terjadi pada investasi kegiatan pertambangan belakangan ini akan berakibat menurunnya pengembangan tambang batubara baru selama beberapa tahun ke depan. Sehingga produksi batubara akan mengalami penurunan dan tentunya juga mengurangi jumlah batubara yang dapat di ekspor nantinya. Dengan kata lain, peranan sektor pertambangan batubara dalam memberikan devisa bagi negara akan berkurang.
Sistem penambangan selama ini belum memiliki acuan tingkat produksi batubara yang terperinci dan terprogram, dalam menopang roda perekonomian Indonesia. Padahal perangkat ini sangat diperlukan sebagai manajemen pengendalian produksi batubara, sehingga pengurasan cadangan batubara dan kelesuan produksi tidak akan terjadi.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional (Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 2004). Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total pemakaian energi dalam negeri.
Selain itu juga diakibatkan oleh harga batubara dalam negeri yang amat rendah dibanding dengan luar negeri. Sehingga mendesak pelaku tambang menjual batubara lebih banyak untuk kebutuhan luar negeri melalui kegiatan ekspor. Mengingat harga jual batubara untuk pasar ekspor yang jauh lebih tinggi.
(28)
Analisis yang dibuat oleh Pusat Data dan Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan energi Indonesia pada kurun waktu tahun 2000 sampai 2005 mencapai 5 sampai 6 persen dan pada tahun 2005 sampai 2010 diprediksikan mencapai level 6 sampai 7 persen. Sehingga untuk memenuhi pertumbuhan energi tersebut maka diproyeksikan konsumsi batubara untuk keperluan domestik akan meningkat sekitar 47 juta ton pada tahun 2010 atau tumbuh sebesar 9 persen (2,9 juta ton per tahun).
Apabila pertumbuhan energi tinggi otomatis konsumsi batubara yang diproyeksikan juga akan ikut terangkat naik. Hal yang menjadi masalahnya adalah mampukah para pelaku pertambangan memenuhi permintaan atas naiknya konsumsi batubara dalam sektor energi domestik, sekaligus memenuhi permintaan pasar dunia akan batubara. Disinilah fungsi pemerintah menjadi sangat sentral dalam mengelola dan mengatur batubara secara lebih terencana dan terprogram. Sehingga batubara dapat sepenuhnya menjadi pengganti minyak bumi sebagai komoditi penyuplai energi bagi kebutuhan domestik maupun ekspor.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mencari pemecahan dari rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006?
2. Bagaimana distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi pada perekonomian Indonesia karena adanya kegiatan dari sektor pertambangan batubara khususnya ekspor batubara?
(29)
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun penelitian yang dilakukan ini adalah bertujuan untuk: 1. Memprediksi jumlah ekspor batubara Indonesia di tahun 2006.
2. Menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia dari ekspor batubara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
1. Bagi penulis, memberi pengalaman dan pengetahuan serta sebagai suatu media proses pembelajaran dalam melakukan suatu penelitian.
2. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan landasan dalam perumusan rancangan kebijakan batubara nasional dalam pemenuhan energi dalam negeri dan ekspor yang berkelanjutan menuju pertumbuhan ekonomi nasional dan penciptaan lapangan kerja.
3. Bagi masyarakat, sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dalam memahami gambaran pertumbuhan sektor keenergian batubara yang terjadi di Indonesia saat ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memajukan kesejahteraan.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan ini mengenai sektor pertambangan batubara Indonesia, dilihat dari kegiatan ekspornya dengan menggunakan data
(30)
triwulanan ekspor batubara dari tahun 1990 sampai tahun 2005. Analisis yang digunakan adalah pertama, analisis time series dengan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk meramal jumlah ekspor batubara Indonesia di tahun 2006. Kedua, menggunakan analisis pada Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2000 untuk melihat distribusi pendapatan perekonomian Indonesia baik pada faktor produksi, institusi maupun sektor produksinya pada tahun 2006.
(31)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia 2.1.1. Deskripsi Batubara
Batubara adalah salah satu jenis bahan galian tambang yang digunakan sebagai bahan bakar. Pada zaman revolusi industri, batubara mencapai puncak keemasan karena sebagian besar industri yang ada di Inggris dan daratan Eropa saat itu menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Tapi semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya manusia mengeksploitasi minyak bumi sebagai sumber energi baru, maka setahap demi setahap minyak bumi menggeser kedudukan batubara sebagai bahan bakar (Sunaryo dan Hariyadi, 1986).
Menurut Capricorn Indonesia Consult (1998), mengartikan batubara sebagai bahan hidrokarbon berbentuk padat yang pada saat ini masih digunakan sebagai bahan bakar. Bahan ini terbentuk dari zat-zat organik yang berasal dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan atau pepohonan yang kemudian membusuk membentuk lapisan-lapisan tebal kemudian tertimbun di bawah endapan-endapan yang berasal dari laut maupun daratan. Selanjutnya akibat dari pengaruh panas bumi serta tekanan tinggi yang disebabkan oleh gerakan bumi selama ini, maka dalam jangka waktu berjuta-juta tahun lapisan tersebut akhirnya memadat dan berubah menjadi arang yang kemudian disebut batubara.
Batubara merupakan sumber energi primer yang paling banyak dimiliki Indonesia dibanding minyak bumi dan gas alam dengan potensi sebesar 57,8 milyar ton. Akan tetapi untuk skala dunia kandungan batubara yang dimiliki
(32)
Indonesia relatif kecil hanya mencapai 3 persen dari total cadangan batubara dunia. Cadangan terbesar dunia berada di Amerika Utara sebesar 24,3 persen, Rusia sebesar 23,4 persen, dan Cina sekitar 11 persen (Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2004).
Pada saat ini batubara merupakan bahan bakar pengganti minyak bumi atau sebagai energi alternatif, namun batubara itu sendiri telah ditambang dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar oleh manusia sebelum minyak bumi diolah secara komersil. Di Indonesia penambangan batubara mulai dilaksanakan pada awal abad ke-20. Pada waktu itu kereta api dan kapal laut menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Tahun 1940 produksi batubara Indonesia mencapai puncaknya dengan total produksi sekitar 2 juta ton yang diperoleh dari Tambang Batubara Bukit Asam sebesar 800 ribu ton, Ombilin 600 ribu ton, Parapatan 300 ribu ton, dan Kalimantan Timur 300 ribu ton.
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan
Kebijakan pemerintah untuk mensosialisasikan penggunaan batubara sebagai sumberdaya energi alternatif, dalam rangka diversifikasi sektor energi Indonesia telah dimulai sejak awal tahun 1980-an. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) No 1/1976 maka dibangunlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara yang pertama yaitu PLTU Suralaya di Jawa Barat dengan berdaya 4 x 400 MW pada tahun 1984, yang menggunakan bahan bakar primer batubara. Kemudian menyusul PLTU Bukit Asam dengan kapasitas 2 x 65 MW pada tahun
(33)
1987. Tahun 1993-an beroperasi pula PLTU Paiton 1 dan 2 dengan kapasitas masing-masing 400 MW.
Investasi penanaman modal asing (PMA) mulai mendapat perhatian pemerintah untuk dapat berperan dalam pertambangan batubara nasional setelah dikeluarkannya undang-undang (UU) No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, UU No. 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dan Keppres No. 49/1981 tentang Kontrak Kerjasama Batubara. Kebijakan pemerintah sendiri untuk kembali menggunakan batubara dikarenakan desakan semakin meningkatnya rata-rata konsumsi BBM yang telah mencapai 8-9 persen per tahun. Ini berarti konsumsinya akan meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun dan cadangan minyak bumi Indonesia akan terkuras (Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2003).
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia
Penyebaran batubara di Indonesia diketahui cukup luas, namun untuk mengetahui dengan pasti deposit batubara pada saat ini masih sulit. Berdasarkan laporan hasil penelitian direktorat inventarisasi mineral dan batubara sampai tahun 2003, sumberdaya batubara Indonesia total berjumlah 57,87 milyar ton. Dimana cadangan pasti yang dapat ditambang sebesar 6,98 milyar ton.
Sumberdaya dan cadangan batubara tersebut sebagian besar terletak di pulau Sumatera dan Kalimantan dan hanya kurang dari 1 persen yang tersebar di pulau-pulau besar lain di Indonesia. Cadangan batubara terbesar terletak di provinsi Sumatera Selatan sebesar 2,6 milyar ton, provinsi Kalimantan Timur
(34)
sebesar 2,4 milyar ton, provinsi Kalimantan Selatan 1,8 milyar ton. Sedangkan daerah lainnya hanya memiliki cadangan sebesar 129 juta ton.
Tabel 2.1. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia sampai Tahun 2003
Sumberdaya (juta ton) Provinsi
Terukur Terunjuk Tereka Hipotetik Total Cadangan
Banten 0,00 0,00 13,75 0,00 13,75 0,00
Jawa Tengah 0,00 0,00 0,82 0,00 0,82 0,00
Jawa Timur 0,00 0,00 0,08 0,00 0,08 0,00
NAD 90,40 13,40 346,35 0,00 450,15 0,00
Sumatera Utara 19,97 0,00 7,00 0,00 26,97 0,00
Riau 336,62 0,00 1.720,60 0,00 2.057,22 15,15
Sumatera Barat 181,24 42,72 475,94 19,19 719,09 36,07
Bengkulu 62,18 7,95 113,09 15,15 198,37 21,12
Jambi 94,22 36,32 1.462,03 .0,00 1.592,57 9,00
Sumatera Selatan 1.970,75 19.946,48 323,17 0,00 22.240,40 2.653,98
Lampung 0,00 0,00 106,95 0,00 106,95 0,00
Kalimantan Barat 1,48 1,32 482,60 42,12 527,52 0,00
Kalimantan
Tengah 194,02 5,08 1.200,11 0,00 1.399,21 48,59
Kalimantan
Selatan 3.109,21 155,08 5.410,27 0,00 8.674,56 1.787,32
Kalimantan Timur 6.385,13 325,21 12.401,11 456,34 19.567,79 2.410,33
Sulawesi Selatan 21,20 0,00 110,81 0,00 132,01 0,06
Sulawesi 0,00 0,00 1,98 0,00 1,98 0,00
Papua 0,00 0,00 138,30 0,00 138,30 0,00
Total 12.466,42 20.533,56 24.314,96 532,80 57.847,74 6.981,62
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2005
2.1.4. Krakteristik Batubara Indonesia
Mutu batubara Indonesia bervariasi namun sebagian besar terdiri dari batubara peringkat rendah atau lignit yaitu sebesar 58,7 persen, sub-bituminous sebesar 26,6 persen, bituminous sebesar 14,3 persen dan sebagian kecil batubara antrasit yaitu sebesar 0,4 persen. Untuk mengetahui mutu batubara yang baik ada beberapa kriteria seperti usia, kadar kalori dan lainnya.
(35)
Menurut jenisnya batubara Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu batubara antrasit, bituminous atau sub-bituminous, batubara lignit dan batubara briket. Batubara antrasit memiliki nilai kalori tinggi yaitu 7000-8000 kkal per kg dan kadar air (H2O) 1-3 persen. Batubara bituminous juga memiliki nilai kalori
7000-8000 kkal per kg dan kadar air 5-10 persen. Batubara sub-bituminous memiliki kadar air 10-25 persen dengan nilai kalori 5000-6500 kkal per kg. Sedangkan batubara peringkat rendah itu sendiri (lignit) dicirikan dengan tingginya kadar air total (30-45 persen) dan juga rendahnya nilai kalor (<5000 kkal per kg).
Batubara yang dimiliki Indonesia tergolong bersih dan kandungan pencemarannya kecil. Kandungan pencemar yang paling memprihatinkan yaitu sulfur, karena jika dibakar sulfur akan mengeluarkan gas SOx yang akan terbang
ke udara dan bereaksi dengan uap air di atmosfir dan turun menjadi hujan asam yang sangat membahayakan kehidupan di bumi. Namun, batubara yang dimiliki Indonesia komponen sulfurnya rendah yaitu berada di bawah 1 persen dan sebagian besar dibawah 0,5 persen sehingga tidak membahayakan bagi kehidupan.
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia
Produksi batubara Indonesia saat ini dilakukan oleh tiga kelompok produsen utama yaitu Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan pemegang Kuasa Penambangan (KP) termasuk Koperasi Unit Desa (KUD). PTBA memiliki berbagai lokasi penambangan batubara yang tersebar di Sumatera
(36)
Selatan dan Sumatera Barat. PKP2B diperuntukkan bagi penanam modal dalam negeri (PMDN) dan penanam modal asing (PMA), luas areal yang diminta dapat mencapai 100 ribu Ha. Sedangkan KP diperuntukkan bagi perorangan atau Badan Usaha, luas izin maksimal 12.500 Ha untuk badan hukum dan 2.500 Ha untuk perseorangan.
Tabel 2.2. Jumlah Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia Tingkat Kegiatan
Pelaku
Produksi Konstruksi Eksplorasi Keterangan
PTBA 1 PKP2B -Generasi 1 -Generasi 2 -Generasi 3 10 5 5 5 9 7 70
sejak tahun 1991 sejak tahun 1993 sejak tahun 1998
KP 13 6 86
KUD 7 hanya 1 KUD yang aktif
produksi (2001)
Jumlah 41 20 163
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2003
Sementara itu terdapat dua cara yang lazim digunakan dalam penambangan batubara yaitu (Capricorn Indonesia Consult, 1998):
1. Penambangan terbuka (open cast strip atau open pit mining)
Cara ini dapat dilaksanakan secara ekonomis apabila perbandingan tebal batuan penutup dengan tebal lapisan batubara tidak terlalu besar misalnya 5 : 1 atau 6 : 1. Pekerjaan utama dalam penambangan batubara terbuka pada dasarnya terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan atau pembuangan.
2. Penambangan bawah tanah (tambang dalam atau underground mining) Penambangan bawah tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
(37)
a) Room dan pillar, dengan cara ini nilai biayanya cukup murah hanya dengan mengambil 50 persen - 65 persen dari jumlah lapisan batubara, sedang sisanya ditinggalkan untuk pillar penyangga.
b) Longwall caving menghasilkan rendemen yang tinggi, tetapi dapat membuat permukaan tanah menjadi amblas.
c) Cut and fill, dengan cara ini dapat menghasilkan rendemen tinggi, tetapi operasinya cukup merepotkan dan memerlukan banyak air untuk menyalurkan pasir atau tanah guna mengisi rongga-rongga bekas penggalian.
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara
Lipsey, et al. (1995) negara mengekspor produk-produk yang harga dunianya lebih besar daripada harga yang berlaku di dalam negeri, dengan asumsi tidak ada perdagangan luar negeri. Jika harga dunia batubara lebih tinggi, maka harga aktual batubara dalam negeri akan lebih besar dari harga tanpa perdagangan. Sehingga akan terjadi kelebihan penawaran batubara dibanding permintaan batubara di dalam negeri, akibatnya surplus produksi akan dieskpor untuk dijual ke luar negeri.
Ekspor terjadi jika ada kelebihan penawaran domestik pada tingkat harga dunia. Kurva permintaan dan penawaran domestik adalah D dan S, harga domestik tanpa adanya perdagangan luar negeri adalah Pd dengan kuantitas yang diproduksi dan dikonsumsi dalam negeri adalah sebesar Qd. Harga dunia sebesar
(38)
adalah jumlah yang diminta sementara Q2 adalah kuantitas yang ditawarkan
domestik. Perbedaan antara kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan akan menciptakan kelebihan penawaran sebesar Q2-Q1 yang kemudian diekspor ke
pasar dunia melalui perdagangan luar negeri.
Q1 Qd Q2
Pd
Pw
Harga
Kuantitas
D S Ekspor
Sumber : Lipsey, et al., 1995
Gambar 2.1. Kurva Penetapan Ekspor
Lipsey, et al. (1995) komponen pendapatan nasional dari sisi pengeluaran terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih. Sementara itu apabila dilihat dari sisi penerimaan, pendapatan nasional adalah jumlah berbagai pendapatan faktor yang dihasilkan pada proses memproduksi keluaran akhir ditambah pajak tak langsung neto subsidi ditambah penyusutan. Kondisi keseimbangan tercipta apabila penerimaan sama dengan pengeluaran. Seperti dirumuskan menurut perhitungan berikut:
Y = AE = C + I + G + NX (2.1)
dimana:
Y : Pendapatan nasional AE : Pengeluaran agregat
(39)
C : Konsumsi I : Investasi NX : Ekspor bersih
AE = Y AE1
AE0
AE2
Y Y2 Y0 Y1
Pendapatan Nasional Pengeluaran Agregat
AE
e1
e0
e2
Sumber : Lipsey, et al., 1995
Gambar 2.2. Kurva Pengeluaran Agregat dan Pendapatan Nasional
Jika kuantitas ekspor batubara meningkat maka kurva AE akan bergeser ke atas menjadi AE1, yang meningkatkan pengeluaran agregat dengan jumlah yang
sama pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sehingga peningkatan ekspor menyebabkan AE meningkat dari AE0 menjadi AE1, dengan pengeluaran yang
diinginkan akan meningkat dari e0 menjadi e1. Sementara itu pendapatan nasional
juga akan mengalami peningkatan yang sama dengan peningkatan pengeluaran yaitu meningkat dari Y0 menjadi Y1.
Sebaliknya jika terjadi penurunan kuantitas ekspor batubara, maka kurva AE0 akan bergeser ke bawah menjadi AE2. Akibatnya, terjadi penurunan
(40)
juga akan mengalami penurunan dari Y0 menjadi Y2. Sehingga penurunan ekspor
batubara akan menurunkan pendapatan nasional.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Widy Indrayanto (2003) dengan judul Pendugaan Volume Ekspor Ban (Studi Perbandingan Beberapa Metode Deret Waktu). Salah satu metode deret waktu yang digunakan dalam penelitian adalah ARIMA. Berdasarkan hasil yang didapatkan, keakuratan model dan penggunaanya. Metode ARIMA merupakan metode terbaik untuk menduga model data asli volume ekspor ban PT. Goodyear Indonesia Tbk dibanding metode deret waktu lainnya.
Muliawarman (2004), prospek pasar batubara di mancanegara diperkirakan cukup cerah. Permintaan batubara yang cukup besar itu merupakan tantangan untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi bagi produsen. Konsumen utama batubara diperkirakan tetap pada negara-negara di kawasan Eropa meski volume permintaannya pada tahun 2004 hanya sekitar 130 juta ton. Selain Eropa yang akan mengkonsumsi batubara cukup besar adalah negara Jepang.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
Hanke, et al. (2003) autoregressive integrated moving average (ARIMA) atau model gabungan autoregresi AR(p) dengan rata-rata bergerak MA(q) adalah jenis model yang mampu mewakili deret waktu yang stasioner maupun non
(41)
stasioner. Metode ARIMA sangat bermanfaat untuk peramalan jangka pendek dan biasa diterapkan dalam pemodelan dan peramalan deret waktu, seperti peramalan atas ekspor batubara nasional tahun 2006 dalam penelitian ini.
Dalam peramalannya, ARIMA menggunakan informasi dari seriesnya sendiri, karena tidak mengikutsertakan variabel bebas dalam pembentukan modelnya. Peramalan model auto-regresif (AR) didasarkan pada fungsi dari nilai pengamatan masa lalu dalam jumlah terbatas. Sedangkan, peramalan model rata-rata bergerak (MA) berdasarkan kombinasi linier galat masa lalu dalam jumlah terbatas pula.
Syarat penting agar suatu data dapat dimodelkan pada metode runtun waktu ARIMA adalah kestasioneran data. Kestasioneran diperlukan untuk mempermudah dalam identifikasi dan penarikan kesimpulan. Data runtun waktu dikatakan stasioner jika data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu. Data yang tidak stasioner pada nilai tengah dapat diatasi dengan melakukan pembedaan atau diferensiasi derajat d pertama atau kedua. Sesuai dengan pada diferensiasi derajat berapa data tersebut mencapai kestasioneran. Sedangkan data yang tidak stasioner pada varian diatasi dengan melakukan transformasi.
Untuk memprediksi jumlah ekspor batubara selain metode ARIMA, masih banyak metode-metode lain yang dapat digunakan seperti regresi berganda, dekomposisi dan rata-rata bergerak ganda. Namun, untuk menggunakan metode regresi berganda cukup sulit karena memerlukan ketersediaan jenis data dalam jumlah banyak. Sedangkan metode dekomposisi dalam proses peramalan hanya
(42)
melibatkan komponen trend dan variasi musiman. Meskipun komponen siklus dan keacakan dapat diidentifikasi dan dapat mempengaruhi masa yang akan datang, namun pengaruhnya tidak tentu dan sulit digunakan dalam peramalan.
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) a. Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Social Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matriks yang merangkum berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada waktu tertentu (BPS, 1998). Analisis SNSE pertama kali dirintis oleh Richard Stone dan kawan-kawannya dari Cambridge University of England, karya tersebut kemudian dipublikasikan oleh United Nation tahun 1953.
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia merupakan salah satu perangkat data ekonomi makro, yang dapat mengukur masalah pemerataan pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. SNSE dirancang untuk dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai hubungan yang penting antara struktur produksi, input faktor produksi yang sebagian besar dimiliki oleh rumah tangga, alokasi (distribusi dan redistribusi) pendapatan faktor produksi, komposisi permintaan atas barang dan jasa untuk konsumsi akhir serta tabungan yang merupakan sumber investasi (BPS, 2000).
(43)
Kerangka SNSE dapat dipahami sebagai suatu sistem data analisis dengan cara mempelajari hubungan timbal balik antara struktur produksi, distribusi pendapatan (value added) yang diakibatkan karena adanya kegiatan produksi, redistribusi pendapatan, konsumsi, tabungan serta investasi. Hubungan-hubungan ini dapat digambarkan sebagai arus yang berputar (circular flow) melalui transaksi-transaksi yang terjadi.
Dalam BPS (2000) SNSE harus memuat dua hal pokok yaitu:
1. Sebagai suatu kerangka dasar analisis yang bersifat modular, yang mampu menjelaskan hubungan variabel-variabel di dalam maupun antar berbagai subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Suatu sistem klasifikasi yang konsisten dan terinci serta ditunjang oleh data sosial ekonomi yang lengkap.
b. Kerangka SNSE
Perangkat SNSE disajikan dalam bentuk matriks yang merangkum neraca sosial dan ekonomi secara menyeluruh. Setiap neraca dalam SNSE disusun dalam bentuk baris dan kolom. Pada tiap neraca lajur ke samping (vektor baris) menunjukkan struktur transaksi penerimaan sedangkan neraca lajur ke bawah (vektor kolom) merinci transaksi pengeluaran. Pertemuan antara sisi baris dengan sisi kolom tiap satu sel blok neraca menjelaskan bahwa penerimaan di satu sisi merupakan pengeluaran di sisi yang lain atau sebaliknya.
Struktur neraca penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasar fungsinya masing-masing yaitu kelompok neraca endogen dan kelompok neraca eksogen. Neraca endogen secara garis besar disusun oleh tiga
(44)
blok neraca yaitu blok neraca-neraca faktor produksi, blok neraca-neraca institusi dan blok neraca-neraca kegiatan produksi Empat neraca utama yang terdapat dalam kerangka SNSE terdiri dari neraca faktor produksi, neraca institusi, neraca kegiatan (sektor) produksi dan neraca lainnya. Susunan SNSE secara sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kerangka Dasar SNSE
Pengeluaran Neraca Endogen
Faktor
Produksi Institusi
Kegiatan Produksi
Neraca
Eksogen Total
1 2 3 4 5
Faktor
Produksi 1 0 0
T13 Distribusi Nilai Tambah X1 Pendapatan Eksogen Fakt. Prod.
Y1 Jumlah
Pendapatan Fakt. Prod. Institusi 2 T21 Pendapatan Institusi dari Fak. Prod. T22 Transfer Antar Institusi 0 X2 Pendapatan Institusi dari Eksogen Y2 Jumlah Pendapatan Institusi N e r a c a E n d o g e n Kegiatan
Produksi 3 0
T32 Permintaan Akhir Domestik T33 Transaksi Antar Keg. Prod (I-O)
X3 Ekspor dan Investasi Y3 Jumlah Output Kegiatan Produksi Neraca
Eksogen 4
L1 Pengeluaran Eksogen Fak. Prod. L2 Tabungan L3 Impor dan Pajak Tak Lngsng R Transaksi Antar Eksogen Jumlah Pendapatan Eksogen P e n e r i m a a n Jumlah 5
Y1´
Jumlah Pengeluaran
Fak. Prod.
Y2´
Jumlah Pengeluaran
Institusi
Y3´
Jumlah Pengeluaran Keg. Prod. Jumlah Pengeluaran Eksogen
Sumber : Thorbecke dalam Prihawantoro, 2001
Untuk setiap lajur baris, kolom lima merupakan penjumlahan dari kolom 1, 2, 3 dan 4. Begitu juga pada setiap lajur kolom, baris lima merupakan penjumlahan dari baris 1, 2, 3 dan 4. Dalam kerangka SNSE, penerimaan harus sama dengan pengeluaran, maka baris lima merupakan transpose dari kolom lima.
(45)
Matriks yang menyusun Tabel 2.3 yang memuat kerangka SNSE terdiri dari matriks T yang merupakan matriks transaksi antar blok dalam neraca endogen. Matriks Xi merupakan matriks yang mengindikasikan penerimaan neraca endogen
yang diperoleh dari neraca eksogen. Matriks Li menunjukkan pengeluaran neraca
endogen untuk neraca eksogen. Matriks Y merupakan pendapatan total dari neraca endogen sedangkan matriks Y´ menunjukkan pengeluaran total dari neraca endogen.
Distribusi pendapatan neraca endogen pada Tabel SNSE dapat dirinci sebagai berikut :
(1) Jumlah pendapatan faktor produksi : Y1 = T13 + X1 (2.2)
(2) Jumlah pendapatan institusi : Y2 = T21 + T22 + X2 (2.3)
(3) Jumlah pendapatan kegiatan produksi : Y3 = T32 + T33 + X3 (2.4)
Sedangkan distribusi pengeluaran dari neraca endogen tabel SNSE dapat dirinci menjadi :
(4) Jumlah pengeluaran faktor produksi : Y1´ = T21 + L1 (2.5)
(5) Jumlah pengeluaran institusi : Y2´ = T22 + T32 + L2 (2.6)
(6) Jumlah pengeluaran kegiatan produksi : Y3´ = T13 + T33 + L3 (2.7)
Matriks transaksi antar blok di dalam neraca endogen yaitu matriks T dapat ditulis sebagai berikut :
T =
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 33 32 22 21 13 T T 0 0 T T T 0 0 (2.8)
Dilihat per lajur baris, pada baris pertama matriks T13 menunjukkan
(46)
kedua, T21 menunjukkan penerimaan institusi berasal dari faktor produksi dan T22
menunjukkan penerimaan institusi berasal dari institusi itu sendiri atau transfer antar institusi. Pada baris ketiga, T32 menunjukkan penerimaan kegiatan produksi
yang diperoleh dari institusi atau konsumsi barang dan jasa oleh institusi dan T33
menunjukkan penerimaan kegiatan produksi berasal dari kegiatan produksi itu sendiri atau transaksi barang dan jasa antar sektor produksi.
Dilihat per lajur kolom, pada kolom pertama matriks T21 menunjukkan
pengeluaran faktor produksi untuk institusi. Pada kolom kedua, T22 menunjukkan
pengeluaran institusi yang diberikan untuk institusi itu sendiri dan T32
menunjukkan pengeluaran institusi untuk membiayai kegiatan produksi. Pada kolom ketiga, T13 menunjukkan pengeluaran kegiatan produksi untuk faktor
produksi dan T33 menunjukkan pengeluaran kegiatan produksi untuk membiayai
kegiatan produksi itu sendiri. Hubungan transaksi antar blok dalam Tabel SNSE dapat dilihat pada Gambar 2.3 (tanda panah dalam gambar menunjukkan aliran uang).
Sumber : Thorbecke dalam Prihawantoro, 2001
(47)
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pembangunan sektor pertambangan khususnya sumberdaya batubara nasional pada dasarnya merupakan upaya pemerintah untuk mendayagunakan sumberdaya batubara secara besar-besaran. Dalam rangka penyediaan energi nasional dan sumber perolehan devisa optimal melalui peningkatan ekspor tanpa mengenyampingkan pelestarian fungsi serta keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan , kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang.
Untuk mewujudkan dan menjamin terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan maka dalam eksploitasi dan pemanfaatannya, batubara nasional diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang setinggi-tingginya baik sebagai penyumbang devisa negara maupun bagi kemakmuran rakyat. Mengingat kandungan sumberdaya batubara yang dimiliki Indonesia cukup berlimpah.
Penelitian ini akan memprediksi jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006 dengan menggunakan metode runtun waktu ARIMA. Berdasarkan hasil peramalan tersebut, dan dengan menggunakan metode SNSE maka dampak dari kegiatan konsumsi batubara oleh pasar dunia (ekspor) terhadap perekonomian Indonesia akan dilihat melalui analisis distribusi pendapatan pada faktor produksi, institusi dan sektor produksi.
(48)
Komoditi Domestik dan Ekspor
Pertambangan Batubara Nasional
Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 (ARIMA)
Simulasi Ekspor Batubara Indonesia Tahun 2006
Tabel (SNSE) Indonesia Tahun 2000
Analisis Distribusi Pendapatan Indonesia Tahun 2006
Perekonomian Indonesia
Faktor Produksi
Institusi Sumberdaya Batubara
Indonesia 57.87 MT
Injeksi Devisa Negara
Alokasi Nilai Tambah dan Pendapatan (berupa upah, gaji, dan nilai tambah
sebagai balas jasa) Sektor Produksi
Keterangan : - - - Ruang lingkup penelitian ( ) Metode Analisis
(49)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan analisis adalah data sekunder yaitu data triwulanan ekspor batubara nasional dari tahun 1990 sampai 2005 serta Tabel SNSE Indonesia tahun 2000, yang disagregasi menjadi 52 sektor sehingga memungkinkan sektor pertambangan batubara dapat dianalisis. Data tersebut diantaranya diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPMB) serta berbagai instansi terkait lainnya.
3.2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Metode deret waktu ARIMA ini dipilih dalam peramalan dikarenakan memiliki nilai
error yang paling kecil bila dibandingkan dengan metode deret waktu lainnya, seperti rata-rata bergerak ganda dan dekomposisi. Analisis kedua penelitian ini menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk menganalisis efek pengganda dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Perubahan jumlah ekspor batubara akan menyebabkan perubahan pada pendapatan nasional, yang berhubungan positif diantara keduanya.
(50)
3.2.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA)
Model gabungan autoregresi dengan rata-rata bergerak menghasilkan suatu model yang dinamakan model autoregressive integrated moving average
(ARIMA). Model auto-regresif merupakan model yang mengekspresikan suatu fungsi nilai terdahulu dari deret waktu, sehingga peramalannya bergantung pada fungsi dari nilai pengamatan periode waktu sebelumnya dalam jumlah terbatas. Berbeda dengan model rata-rata bergerak dimana peramalannya berdasarkan kombinasi linier galat (error) masa lalu dalam jumlah yang terbatas pula (Hanke,
et al. 2003).
Gabungan dari model auto-regresif dinotasikan dengan AR(p) dan model rata-rata bergerak dinotasikan dengan MA(q), akan membentuk model ARIMA (p,d,q), dimana p adalah ordo dari auto-regresif, d ordo dari integrasi dan q ordo dari moving average. Bentuk dasar dari model ARIMA adalah sebagai berikut: Model AR(p)
Yt = α0 + α1 Yt-1 + α2 Yt-2 + α3 Yt-3 + …… + αp Yt-p + et (3.1)
Model MA(q)
Yt = β0 - β1 et-1 - β 2 et-2 - β3 et-3 - …… - βq et-q + et (3.2)
Model ARMA (p,q)
Yt = γ 0 + α1 Yt-1 + α2 Yt-2 + α3 Yt-3 + …… +αp Yt-p - β 1 et-1 - β2 et-2 - β 3 et-3
- …… - βq et-q + et (3.3)
dimana :
Yt = nilai peubah tak bebas pada waktu t ( nilai ramalan ekspor batubara tahun
(51)
α = koefisien atau parameter dari model AR et = sisaan waktu ke t
β = koefisien atau parameter dari model MA
Untuk membentuk model dari ARIMA diperlukan rangkaian tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi Model
Dilakukan dengan menentukan kestasioneran data. Deret waktu non-stasioner terindikasi apabila deret muncul dengan pertumbuhan atau penurunan sepanjang waktu dan autokorelasi sampel tidak dapat menghilang dengan cepat. Deret non-stasioner dapat dikonversikan menjadi deret stasioner melalui proses differencing, yaitu dengan mengganti deret asli menjadi deret selisih. Untuk menguji kestasioneran data dapat dilihat dari uji Augmented Dicky Fuller (ADF) test.
2. Estimasi Parameter Model
Setelah melalui proses identifikasi model melalui ADF test, dilakukan estimasi parameter model dengan menguji beberapa nilai berbeda untuk mencari nilai yang meminimisasi jumlah kuadrat error. Namun, sebelum model diestimasi maka ditentukan terlebih dahulu ordo maksimum dari AR(p) dan MA(q) dengan melihat PACF untuk ordo AR dan ACF untuk ordo MA. Ordo dari integrasi (d) juga harus ditentukan.
3. Pengujian Parameter Model
Sebelum menggunakan model untuk peramalan, model hendaknya diperiksa terlebih dahulu kecukupannya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
(52)
model-model yang telah diestimasi pada tahap sebelumnya, sesuai dengan kombinasi model ARIMA.
Terdiri dari dua pengujian parameter model yaitu :
a) Pengujian masing-masing parameter model secara parsial. b) Pengujian model secara keseluruhan.
4. Pemilihan Model Terbaik
Untuk menentukan model yang terbaik dapat dilakukan dengan menggunakan a) Dengan melihat model yang diestimasi semuanya memiliki koefisien
yang signifikan secara statistik.
b) Memastikan bahwa model tersebut memiliki error yang random.
c) Standard Error of Regression (S) yang paling kecil dibandingkan kombinasi model-model lainnya.
Apabila suatu model memenuhi ketiga kriteria tersebut maka model tersebut dapat diasumsikan sebagai model yang terbaik.
5. Peramalan (forecasting)
Proses peramalan dilakukan setelah diperoleh satu model terbaik yang memenuhi ketiga kriteria untuk menjadi model terbaik
Keunggulan pendekatan ARIMA pada analisis deret waktu adalah merupakan alat yang sangat kuat dalam menyediakan ramalan jangka pendek. Model ARIMA agak fleksibel dan dapat mewakili rentang yang lebar dari karakteristik deret waktu yang terjadi dalam prakteknya. Prosedur formal pengujian kesesuaian model telah tersedia dan juga interval ramalan dan prediksi langsung mengikuti modelnya.
(53)
Namun, selain memiliki keunggulan metode ARIMA juga memiliki keterbatasan dalam penggunaannya. Adapun beberapa kekurangan yang dimiliki oleh model ARIMA antara lain:
1. Diperlukan data dalam jumlah yang besar. Untuk data non musiman dibutuhkan sekitar 40 atau lebih pengamatan. Sementara untuk data musiman diperlukan sekitar enam atau sepuluh tahun data, tergantung dari panjangnya periode musim untuk membentuk model ARIMA.
2. Tidak terdapat cara yang mudah untuk memperbaharui model ARIMA begitu data baru tersedia. Model harus secara berkala disesuaikan kembali secara menyeluruh, dan kadang-kadang model baru harus dikembangkan.
3. Pembentukan model ARIMA yang memuaskan memerlukan investasi waktu dan sumber daya lain yang besar.
3.2.2. Analisis Efek Pengganda Neraca
Analisis efek pengganda merupakan salah satu model analisis yang menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Dalam hal ini akan dilihat pengaruh ekspor batubara Indonesia terhadap faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
Perhitungan kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity) yang besarannnya dapat dicari dari kerangka SNSE berfungsi sebagai penyusun matriks analisis efek pengganda. Dengan membagi masing-masing isian sel dalam matriks T dengan jumlah kolomnya, yang dirumuskan sebagai berikut :
(54)
Aij = Tij Y´j-1 (3.4)
dimana:
Aij = kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity) baris ke-i kolom ke-j
Tij = neraca baris ke-i kolom ke-j
Y´j-1 = total kolom ke-j
dengan demikian kerangka SNSE dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut : ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 4 3 2 1 Y Y Y Y = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 43 42 41 33 32 22 21 13 0 0 0 0 A A A A A A A A ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 3 2 1 Y Y Y + ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 4 3 2 1 X X X X (3.5)
dengan Xi merupakan vektor dari matriks Xuntuk masing-masing i = 1, 2, 3, 4.
Dikarenakan Aij merupakan suatu matriks dengan unsur-unsur konstan,
maka matriks diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 3 2 1 Y Y Y = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 33 32 22 21 13 0 0 0 0 A A A A A ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 3 2 1 Y Y Y + ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 3 2 1 X X X (3.6)
sehingga persamaan matriks diatas dapat ditulis dalam notasi sebagai berikut :
Y = AY + X (3.7)
Y – AY = X (3.8)
(I-A) Y = X (3.9)
Y = (I-A)-1 X (3.10)
atau
(55)
dimana :
Y : neraca endogen (faktor produksi, institusi, dan sektor produksi) Ma : pengganda neraca
X : neraca eksogen (ekspor batubara)
Model ini menjelaskan bahwa setiap perubahan neraca eksogen (X) akan menyebabkan perubahan terhadap neraca endogen (Y) sebesar (I-A)-1 atau Ma.
Model SNSE memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan Tabel Input-Output antara lain yaitu pertama, SNSE dapat menjelaskan bagaimana komposisi pendapatan rumah tangga yang timbul sebagai akibat dari pemilikan faktor-faktor produksi serta partisipasinya dalam kegiatan ekonomi tersebut. Kedua, dalam SNSE menggambarkan distribusi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi kepada kelompok-kelompok rumah tangga.
Sementara itu, asumsi dan sekaligus keterbatasan yang dimiliki model SNSE ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keseragaman (homogenity), yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda.
2. Kesebandingan (proportionally), yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut.
3. Penjumlahan (additivity),yang berarti bahwa efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.
(56)
4. Ekses kapasitas atau kapasitas sumberdaya berlebih. Artinya sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi permintaan dan penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Konsekuensinya harga-harga tidak pernah berubah atau tetap (fixed price) dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE).
3.2.3. Analisis Distribusi Pendapatan
Dari hasil peramalan jumlah ekspor batubara di tahun 2006, maka dilakukan simulasi untuk ekspor batubara pada kerangka SNSE Indonesia tahun 2000 dengan asumsi teknologi dianggap tidak berubah selama kurun waktu tahun 2000 sampai 2006. Dengan melihat seberapa besar perubahan yang terjadi dengan adanya kegiatan ekspor batubara, yang menciptakan suatu siklus perekonomian nasional. Aspek yang dikaji adalah nilai yang terakumulasi melalui nilai tambah yang terjadi pada faktor produksi dan distribusi pendapatan yang terjadi pada institusi dan sektor produksi sebagai efek dari adanya shock dari kegiatan ekspor batubara di tahun 2006.
(57)
IV. GAMBARAN UMUM BATUBARA INDONESIA
4.1. Produksi Batubara Indonesia
Produksi batubara Indonesia telah mulai dilakukan sejak awal abad ke-20. Dalam rentang waktu 1980-2000 perkembangan produksi batubara sangat luar biasa. Pada tahun 1980 produksi batubara Indonesia hanya mencapai kisaran 338 ribu ton, namun meningkat sampai mencapai 77 juta ton pada tahun 2000, yang berarti secara rata-rata produksi batubara telah tumbuh 30 persen per tahun selama kurun waktu tersebut (Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2003).
Dari ketiga pelaku pertambangan batubara, penyumbang produksi batubara nasional terbesar berasal dari kelompok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Kenaikan produksi batubara tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk melakukan diversifikasi energi, sehingga batubara sebagai prioritas utama dalam pembangkitan tenaga listrik oleh PLTU dan juga sebagai bahan bakar utama industri berat.
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2005
(58)
Seperti terlihat pada Gambar 4.1 selama kurun waktu tahun 1997-2003 produsen terbesar batubara Indonesia diperoleh dari kelompok PKP2B. Sementara itu, KP dan PTBA sama-sama memproduksi batubara dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini dimungkinkan karena investor pada kelompok PKP2B lebih banyak daripada investor pada kelompok KP dan PTBA. Serta didukung juga oleh investor asing yang tergabung dalam kelompok PKP2B.
Sebagian besar dari produksi tersebut 67,5 persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke berbagai negara terutama di kawasan Asia Pasifik dan negara-negara ASEAN. Sisanya sebesar 32,5 persen digunakan untuk keperluan di dalam negeri (Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 2004). Seperti yang tampak pada Gambar 4.2.
0 20 40 60 80 100 120 140 160
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
J
u
ta
To
n
Produksi Domestik Ekspor
Sumber: Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2006 diolah
Gambar 4.2. Produksi, Domestik, dan Ekspor Batubara Tahun 1990-2005 Penjualan batubara untuk pasaran domestik sebagian besar disuplai oleh perusahaan BUMN PT Bukit Asam yang terdiri dari unit Tanjung Enim dan Ombilin. Peningkatan konsumsi batubara domestik diharapkan mampu
(59)
menghambat laju volume impor. Meskipun peran batubara impor terhadap total suplai di dalam negeri pada saat ini masih relatif kecil.
4.2. Ekspor Batubara Indonesia
Batubara Indonesia memasuki pasar ekspor dimulai sejak tahun 1980, tetapi masih dalam skala kecil (CIC, 1998). Pada periode tersebut ekspornya megalami pasang surut dan barulah dimulai pada tahun 1991 ekspornya terus meningkat. Mengakibatkan sekarang Indonesia telah menjadi pengekspor batubara terbesar ketiga di dunia setelah Australia dan Afrika Selatan. Hal ini juga dikarenakan Cina mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi ekspor batubaranya diakibatkan kebutuhan akan konsumsi dalam negeri meningkat. Bukan hal yang tidak mungkin Indonesia akan menembus urutan kedua terbesar dunia sebagai pengekspor batubara di masa mendatang.
Tabel 4.1. Ekspor Batubara Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 1992-2004
Batubara (ribu ton) Tahun
Jepang Taiwan
Asia-Lainnya Eropa Pasifik Lainnya
Total 1992 5.314,00 3.108,00 2.905,00 2.306,00 389,00 2.267,18 16.289,18 1993 5.726,00 3.795,00 5.660,00 1.703,00 840,00 507,26 18.231,26 1994 7.187,00 4.925,00 6.650,00 2.894,00 960,00 2.759,30 25.375,30
1995 8.118,00 5.654,00 10.917,00 3.473,00 1.940,00 1.216,78 31.318,78
1996 9.714,91 6.405,68 12.846,79 4.163,68 2.119,10 1.131,92 36.382,09
1997 10.856,00 7.363,76 13.667,51 6.269,66 2.503,11 1.067,30 41.727,34
1998 11.751,86 10.050,06 14.706,04 7.343,64 3.013,69 750,52 47.615,82 1999 13.169,66 13.553,71 16.954,83 6.882,38 2.595,76 2.611,34 55.767,69 2000 13.177,44 13.519,59 19.819,47 8.861,56 1.876,11 1.206,32 58.460,49 2001 15.216,26 11.506,81 20.440,57 10.226,65 2.160,83 5.729,97 62.281,09 2002 16.529,76 13.099,99 30.605,90 9.936,17 2.555,17 1.450,94 74.177,92 2003 17.992,18 14.144,14 34.021,52 12.786,77 3.118,10 3.617,91 85.680,62 2004 19.013,41 16.677,89 34.220,46 13.162,87 2.874,74 7.809,44 93.758,80 Total 153.766,48 123.803,63 223.415,09 90.009,38 26.945,61 32.126,18
(60)
Terlihat pada Tabel 4.1 ekspor batubara Indonesia terbesar adalah pada negara Jepang, dimana dari total ekspor batubara antara kurun waktu tahun 1992-2004 mencapai 153.766,48 ribu ton batubara. Sebagaimana diketahui Jepang adalah negara konsumen terbesar batubara di dunia pada saat ini. Sedangkan ekspor batubara Indonesia terendah adalah ke negara di kawasan Pasifik seperti Argentina, Australia, USA, Brazilia, Canada, Chile serta Peru yang hanya mencapai 32.126,18 ribu ton batubara.
Pasar ekspor utama batubara Indonesia antara lain Asia seperti Jepang, ASEAN, Korea Selatan, Taiwan, China, India dan Hongkong. Tidak ketinggalan beberapa negara di kawasan Eropa seperti Spanyol, Belanda, Jerman, Denmark, Inggris, Itali, dan Irlandia juga menyukai batubara Indonesia karena kualitas batubara nasional kita dikenal cukup baik di pasar ekspor. Beberapa negara di kawasan Pasifik juga termasuk negara pengimpor batubara Indonesia.
Tingginya biaya produksi penambangan batubara di negara-negara industri, memberikan kesempatan baik bagi batubara dari negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia untuk bersaing dipasar ekspor. Jenis batubara peringkat tinggi dengan kalori di atas 6.800 kkal per kg dengan kandungan sulfur rendah (di bawah 1 persen) dan kandungan abu yang juga rendah (di bawah 8 persen) merupakan jenis batubara yang diminati oleh pasar ekspor. Batubara Indonesia juga dikenal cukup ramah lingkungan, dengan kandungan pencemaran yang kecil.
(1)
Lampiran 13: Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,4)
Dependent Variable: EKSPORMethod: Least Squares Date: 06/16/06 Time: 18:30 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64
Convergence achieved after 17 iterations Backcast: 1989:1 1989:4
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12788921 1407111. 9.088780 0.0000 MA(1) 1.030595 0.069652 14.79643 0.0000 MA(2) 1.046689 0.075879 13.79424 0.0000 MA(3) 1.053763 0.068297 15.42921 0.0000 MA(4) 0.793736 0.075993 10.44489 0.0000 R-squared 0.913311 Mean dependent var 11875018
Adjusted R-squared 0.907434 S.D. dependent var 7578079. S.E. of regression 2305601. Akaike info criterion 32.21449 Sum squared resid 3.14E+14 Schwarz criterion 32.38315 Log likelihood -1025.864 F-statistic 155.3994 Durbin-Watson stat 1.494063 Prob(F-statistic) 0.000000 Inverted MA Roots .24+.95i .24 -.95i -.76 -.50i -.76+.50i
(2)
Lampiran 14: Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,5)
Dependent Variable: EKSPORMethod: Least Squares Date: 06/16/06 Time: 18:29 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64
Convergence achieved after 51 iterations Backcast: 1988:4 1989:4
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12735198 1587861. 8.020348 0.0000 MA(1) 1.130126 0.119447 9.461329 0.0000 MA(2) 1.137506 0.136616 8.326313 0.0000 MA(3) 1.183258 0.124646 9.492964 0.0000 MA(4) 0.996750 0.137772 7.234754 0.0000 MA(5) 0.359854 0.123939 2.903477 0.0052 R-squared 0.923381 Mean dependent var 11875018
Adjusted R-squared 0.916776 S.D. dependent var 7578079. S.E. of regression 2186163. Akaike info criterion 32.12225 Sum squared resid 2.77E+14 Schwarz criterion 32.32465 Log likelihood -1021.912 F-statistic 139.7992 Durbin-Watson stat 1.769967 Prob(F-statistic) 0.000000 Inverted MA Roots .32+.91i .32 -.91i -.57 -.54i -.57+.54i
(3)
Lampiran 15 : Keluaran Hasil Ramalan Ekspor Model ARIMA (1,0,1)
Tahun
Ramalan Ekspor (ton)
1990:01 NA
1990:02 1.236.384
1990:03 1.452.713
1990:04 1.672.853
1991:01 1.896.872
1991:02 2.124.838
1991:03 2.356.820
1991:04 2.592.889
1992:01 2.833.118
1992:02 3.077.579
1992:03 3.326.346
1992:04 3.579.497
1993:01 3.837.108
1993:02 4.099.257
1993:03 4.366.025
1993:04 4.637.493
1994:01 4.913.744
1994:02 5.194.862
1994:03 5.480.933
1994:04 5.772.044
1995:01 6.068.283
1995:02 6.369.742
1995:03 6.676.512
1995:04 6.988.687
1996:01 7.306.362
1996:02 7.629.634
1996:03 7.958.601
1996:04 8.293.364
1997:01 8.634.025
1997:02 8.980.688
1997:03 9.333.458
1997:04 9.692.444
1998:01
10.057.754
(4)
Lanjutan Lampiran 15
1998:03 10.807.797
1998:04 11.192.758
1999:01 11.584.501
1999:02 11.983.146
1999:03 12.388.815
1999:04 12.801.631
2000:01 13.221.720
2000:02 13.649.210
2000:03 14.084.232
2000:04 14.526.918
2001:01 14.977.403
2001:02 15.435.826
2001:03 15.902.325
2001:04 16.377.042
2002:01 16.860.124
2002:02 17.351.717
2002:03 17.851.970
2002:04 18.361.038
2003:01 18.879.074
2003:02 19.406.237
2003:03 19.942.687
2003:04 20.488.590
2004:01 21.044.110
2004:02 21.609.417
2004:03 22.184.684
2004:04 22.770.086
2005:01 23.365.802
2005:02 23.972.014
2005:03 24.588.906
2005:04 25.216.666
2006:01 25.855.487
2006:02 26.505.562
2006:03 27.167.091
2006:04 27.840.274
(5)
Lampiran 16: Hasil Simulasi Ekspor Pada Tabel SNSE Tahun 2000
Perubahan Faktor Produksi No KondisiAwal
Simulasi
Ekspor Nilai %
Tenaga Kerja Pertanian Formal 1 48402,07 0,00 9,21 0,019 Tenaga Kerja Pertanian Informal 2 97320,70 0,00 19,48 0,020 Tenaga Kerja Terlatih dan Manual
Formal 3 278820,96 0,00 58,38 0,021
Tenaga Kerja Terlatih dan Manual
Informal 4 140614,61 0,00 17,88 0,013
Tenaga Kerja Profesional Formal 5 70508,30 0,00 18,23 0,026 Tenaga Kerja Profesional Informal 6 6560,13 0,00 0,90 0,014
Lahan 7 39258,27 0,00 7,11 0,018
Kapital 8 697548,85 0,00 249,99 0,036
Buruh Pertanian 9 71632,18 0,00 17,28 0,024
Petani Kecil 10 101984,26 0,00 22,83 0,022
Petani Menengah 11 51548,41 0,00 11,82 0,023
Petani Besar 12 54851,80 0,00 14,00 0,026
Penerima Pendapatan Rendah di
Pedesaan 13 113332,83 0,00 26,02 0,023
Bukan Angkatan Kerja di Pedesaan 14 51178,72 0,00 12,30 0,024 Penerima Pendapatan Tinggi di
Pedesaan 15 103792,57 0,00 25,29 0,024
Penerima Pendapatan Rendah di
Perkotaan 16 180850,37 0,00 41,68 0,023
Bukan Angkatan Kerja di Perkotaan 17 72474,41 0,00 16,83 0,023 Penerima Pendapatan Tinggi di
Perkotaan 18 186837,94 0,00 43,42 0,023
Perusahaan 19 442752,66 0,00 147,95 0,033
Pemerintah 20 259707,89 0,00 79,32 0,031
Tanaman Pangan 21 149050,05 0,00 31,64 0,021
Tanaman Lainnya 22 54671,33 0,00 8,00 0,015
Peternakan 23 87317,35 0,00 19,04 0,022
Kehutanan 24 23486,40 0,00 1,22 0,005
Perikanan 25 64090,24 0,00 13,30 0,021
Batubara 26 18921,95 235,25 237,71 1,256
Minyak Bumi 27 95715,22 0,00 12,18 0,013
Gas Alam 28 36579,54 0,00 9,99 0,027
Pertambangan Lainnya 29 49631,21 0,00 4,49 0,009 Industri Pengolahan Makanan 30 356399,17 0,00 70,56 0,020
Industri Tekstil 31 151843,87 0,00 9,29 0,006
Industri Pengolahan Kayu 32 70382,83 0,00 1,78 0,003 Industri Penghasil Kertas 33 309860,58 0,00 27,20 0,009 Pengolahan Minyak 34 138843,36 0,00 10,36 0,007 Industri Kimia Lainnya 35 202822,78 0,00 16,27 0,008
Listrik 36 27818,79 0,00 4,34 0,016
Gas Kota 37 793,75 0,00 0,11 0,014
(6)
Lanjutan Lampiran 16
Konstruksi 39 227677,06 0,00 4,72 0,002
Perdagangan 40 266061,19 0,00 32,14 0,012
Restoran 41 79425,38 0,00 16,36 0,021
Hotel 42 16303,35 0,00 1,31 0,008
Transportasi Darat 43 50656,16 0,00 7,13 0,014
Transportasi Udara dan Air 44 80861,54 0,00 12,05 0,015 Keuangan (Bank dan Asuransi) 45 84091,48 0,00 12,25 0,015
Real Estate 46 77334,45 0.00 13,95 0,018
Pemerintah, Umum, Pendidikan dan
Jasa Kesehatan 47 155749,87 0,00 37,90 0,024
Jasa Perseorangan 48 75703,84 0,00 15,21 0,020