Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Peneliti Terdahulu

xvii Berdasarkan latar belakang diatas, menyangkut pentingnya modal kerja bagi suatu perusahaan, maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai manajemen modal kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja Tehadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa modal kerja merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam mengelola bisnis. Sedangkan keuntungan profitabilitas merupakan sarana yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah 1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dalam Return on Asset ROA? 2. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dalam Return on Equity ROE?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: xviii 1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dalam Return on Asset ROA 2. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dalam Return on Equity ROE?

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dari bidang dan hasil penelitian. 2. Bagi perusahaan, menambah pengetahuan pihak manajemen perusahaan besarnya pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan, sehingga diharapkan membantu pihak manajemen dalam mengelola modal kerja untuk meningkatkan laba perusahaan. 3. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan dibidang keuangan khususnya menyangkut tentang modal kerja dalam suatu perusahaan. xix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Modal

Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktivitasnya dan merupakan faktor sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Setiap perusahaan berbeda cara mengumpulkan modal awal yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan perusahaan. Perusahaan juga memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Menurut Brigham 2006 : 62 “Modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos - pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga”. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2007:9 “Modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.

2.1.2 Jenis-Jenis Modal

Jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto 2001 : 19 digolongkan menjadi 2 dua yaitu : a Modal Aktiva Modal aktiva adalah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. xx Pembagian modal : 1. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran: - Aktiva lancar, yaitu aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses perputarannya adalah dalam jangka waktu pendek umumnya kurang dari satu tahun. Elemen-elemen yang termasuk aktiva lancar yaitu : kas, harga, piutang, biaya-biaya yang dibayar di muka. - Aktiva tetap, yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi misalnya bangunan pabrik, kendaraan dan perlengkapan lainnya. 2. Berdasarkan fungsi kerjanya : - Modal kerja working capital yaitu dalam pengertian dibedakan menjadi 2 dua yaitu : • Jumlah keseluruhan aktiva lancar gross working capital , • Kelebihan dari aktiva lancar diatas hutang lancar net working capital . - Modal tetap fixed capital assets yaitu modal yang harus tetap dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. b Modal Pasiva Modal pasiva adalah modal yang menunjukkan sumbernya atau asalnya dan terdapat pada neraca sebelah kredit Riyanto, 2001 : 21 . 1. Berdasarkan asalnya - Modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri cadangan laba atau berasal xxi dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik modal saham, modal peserta, dan lain-lain. - Modal Asing sering juga disebut modal kreditur adalah modal yang berasal dari kreditur yang ini merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. 2. Berdasarkan lamanya penggunaan - Modal jangka panjang yaitu modal yang ditarik untuk jangka waktu tidak tertentu atau terbatas waktunya dari sudut likuiditas, adalah modal sendiri dari sudut solvabilitas dan merupakan modal dengan pendapatan tidak tetap dari sudut rentabilitas. - Modal jangka pendek yaitu modal yang ditarik untuk jangka waktu tertentu atau terbatas waktunya dari sudut likuiditas, adalah modal asing dari sudut solvabilitas dan merupakan modal pendapatan tetap dari sudut rentabilitas.

2.1.3 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja working capital merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari- hari perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Pengertian modal kerja atau working capital menurut Djarwanto 2001 adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode xxii akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapat untuk periode akuntansi yang bersangkutan. Weston dan Brigham 1994 mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Sedangkan menurut Munawir 2004 modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut Riyanto 2001 mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu : a. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana fund yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto gross working capital. b. Konsep Kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya xxiii aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya hutang jangka pendek. c. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.

2.1.4 Kekurangan dan Kelebihan Modal Kerja

Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut: a. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi jumlah yang diperlukan b. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali c. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap atau maksud-maksud lainnya d. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali e. Akumulasi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain-lain Kelebihan modal kerja khususnya dalam bentuk kas dan surat-surat berharga tidak menguntungkan karena laba tersebut tidak digunakan secara produktif. Dana yang menganggur, pendapatan yang rendah, investasi pada proyek-proyek yang tidak diinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapannya yang tidak perlu semuanya merupakan operasi perusahaan yang tidak efisien. Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut: xxiv 1. Adanya kerugian usaha Penyebab adanya kerugian usaha adalah: a. Volume penjualan yang tidak efisien relative dibandingkan dengan harga pokok penjualan b. tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualan dan biaya usaha c. banyaknya kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali d. kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualanpenghasilan e. biaya naik sementara penjualan menurun. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di tahan retained earnings 2. Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena pencurian, kebakaran, dan lain-lain 3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha atau ekspansi 4. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membeli aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain investasi jangka panjang 5. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat 6. Kenaikan tingkat harga 7. Pelunasan utang yang sudah jatuh tempo Pengendalian modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Tetapi apabila modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka xxv perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.

2.1.5 Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem perekonomian pada umumnya. Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal kerja sendiri-sendiri sesuai dengan bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki sifat musiman atau konstan setiap saat. Menurut Riyanto 2001, pada umumnya tipe modal kerja digolongkan sebagai berikut : 1. Modal Kerja Permanen Permanent Working Capital Modal kerja permanen Permanen Working Capital yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari: a. Modal Kerja Primer Primary Working Capital yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal Normal Working Capital yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. xxvi 2. Modal Kerja Variabel Variable Working Capital Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari : a. Modal Kerja Musiman Seasonal Working Capital yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis Cyclical Working Capital yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat Emergency Working Capital yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada pertimbangan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja. Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata investasi belum menghasilkan. Schall dan Haley dalam bukunya Introduction to Financial Management menyatakan : “finance short term needs with short term sources finance long term needs with long term sources.” Dengan demikian xxvii kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut Munawir, 2004 : a. Sifat atau jenis perusahaan Kebutuhan modal kerja tergantung kepada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. b. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin besar. c. Syarat pembelian dan penjualan Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi basar kecilnya modal kerja. d. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang akan semakin rendah. xxviii e. Tingkat perputaran piutang Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. f. Volume penjualan Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi. g. Faktor musim dan siklus Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.

2.1.7 Sumber Modal Kerja

Menurut Munawir 2004, pada dasarnya modal kerja working capital terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan b. Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham Djarwanto 2001 mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja working capital suatu perusahaan berasal dari bebagai sumber, yaitu: xxix a. Hasil operasi perusahaan Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga investasi jangka pendek Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar d. Penjualan saham atau obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lain Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya f. Kredit dari supplier Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit.

2.1.8 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba keuntungan dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang xxx sama disampaikan oleh Husnan 2001 bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan profit pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Sedangkan Menurut Michelle Megawati 2005 Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba profit yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.

2.1.9 Rasio Profitabilitas

Menurut Brigham 1993 : 79 “ Profitability is the net result of a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating mult.” Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. xxxi Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Adapun tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan adalah : 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri

2.1.10 Manfaat Profitabilitas

Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebagai berikut: xxxii 1. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukkan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu 2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen 3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan 4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan

2.1.11 Jenis-jenis Profitabilitas

Menurut Sofian Syafri Harahap 2001 : 304 adapun jenis-jenis profitabilitas dan pengukurannya adalah sebagai berikut: a. Profit Margin ������ ������ = ���������� �����ℎ ��������� Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. xxxiii b. Return on Asset ROA ������ �� ����� = ���� �����ℎ ����� ������ Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasionya, maka akan semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar. c. Return On Equity ROE ������ �� ������ = ���� �����ℎ ���� − ���� ����� Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. d. Basic Earning Power ����� ������� ����� = ���� ������� ����� ��� ����� ����� ������ Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio dari Basic Earning Power, maka akan semakin baik. e. Earning Per Share EPS ������� ��� �ℎ��� = ���� ������ ��ℎ�� ������������ �����ℎ ��ℎ�� Rasio ini menunjukkan besar kemampuan perlembar saham yang menghasilkan laba. xxxiv f. Contribution Margin ������������ ������ = ���� ����� ��������� Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. g. Rasio Rentabilitas ����� ������������ = �����ℎ ���� �����ℎ �������� Ini biasa juga digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang, aktiva tertentu dalam meraih laba, misalnya: kemampuan karyawan per kepala meraih laba. Rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktivitas.

2.1.12 Pengukuran Profitabilitas

Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. 1. Pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaaan planning, koordinasi coordinating dan pengendalian controlling kegiatan sehari-hari dari pusat laba atau perusahaan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer. xxxv 2. Ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba atau perusahaan sebagai suatu entitas ekonomi.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

a. Ririn Setiorini 2009 Dengan judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI”, dengan data penelitian tersebut adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2004 - 2007. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Adapun variabel yang digunakan adalah Return on Asset ROA sebagai variabel depedenden sedangkan variabel independennya terdiri dari sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, disimpulkan bahwa secara simultan dan parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel modal kerja sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio terhadap profitabilitas Return on Total Assets Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. b. Muhammad Kamel 2010 Dengan judul penelitian “Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Yang Go-Publik di Indonesia”. Salah satu tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan kebijakan modal kerja AXi terhadap perubahan profitabilitas AYi xxxvi pada perusahaan rokok yang go-publik di Indonesia. Kebijakan modal kerja dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam empat kebijakan yang sekaligus merupakan variabel bebas independen dalam penelitian, yaitu: rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, dan rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian