xxv
perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, dan upah buruh ataupun
kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.
2.1.5 Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem perekonomian pada umumnya. Disamping itu masing-masing
perusahaan memiliki tipe modal kerja sendiri-sendiri sesuai dengan bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi,
misalnya memiliki sifat musiman atau konstan setiap saat. Menurut Riyanto 2001, pada umumnya tipe modal kerja digolongkan sebagai berikut :
1. Modal Kerja Permanen Permanent Working Capital Modal kerja permanen Permanen Working Capital yaitu modal kerja yang
harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari: a. Modal Kerja Primer Primary Working Capital yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal Normal Working Capital yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
xxvi
2. Modal Kerja Variabel Variable Working Capital Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari : a. Modal Kerja Musiman Seasonal Working Capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis Cyclical Working Capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat Emergency Working Capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah
didasarkan pada pertimbangan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal
mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan
modal kerja. Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan
untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata
investasi belum menghasilkan. Schall dan Haley dalam bukunya Introduction to Financial Management menyatakan : “finance short term needs with short term
sources finance long term needs with long term sources.” Dengan demikian
xxvii
kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan
karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja