bimbinganya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial, dan
d. Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya
dikembalikan kepada orang tua atau walinya.
2.2 Penyelenggaraan Pembinaan Narapidana
2.2.1 Pengertian Pembinaan Narapidana
Didalam setiap Lembaga Pemasyarakatan diwajibkan melaksanakan pembinaan bagi para narapidana. Pembinaan yang diberikan kepada narapidana
bukan hanya sekedar mengisi waktu luang, tetapi untuk memberikan bekal hidup yang cukup bagi mereka ketika kembali dalam kehidupan masyarakat. Pembinaan
narapidana adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan
jasmani dan rohani bagi narapidanaTim Penyusun Cetak Biru, 2013:1. Pembinaan yang diberikan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita
Semarang meliputi pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian di arahkan pada pembinaan mental dan watak narapidana
agar menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa dan bertanggungjawab pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Ada pun pembinaan kemandirian dilaksanakan
dengan maksud agar narapidana memiliki bekal keterampilan yang cukup, sehingga setelah bebas diharapkan mampu bersaing dalam bursa tenaga kerja atau
dapat hidup mandiri sehingga dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Di dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada pembinaan kemandirian di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Semarang. Pembinaan kemandirian
di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Semarang, diwujudkan dalam bentuk kegiatan latihan keterampilan kerja kegiatan pelatihan dan kegiatan kerja
atau produksi bagi narapidana kegiatan produksi. Kegiatan pelatihan dan kegiatan produksi bertujuan membantu narapidana mengembangkan dirinya dan
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat dengan memberikan bekal keterampilan kepada narapidana, sekaligus merupakan bagian aktifitas narapidana
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta penghasilan. Menurut R.A. Koesnoen Tim Penyusun Cetak Biru, 2013:2 adanya
pekerjaan untuk narapidana baik sekali. Faedahnyamengisi waktu terluang hingga jiwa tidak melayang-layang ke arah yang tidak baik, badan terlatih, sehat dan
rajin. Selain itu, Koesnoen juga berpendapat bahwa pemberian pekerjaan adalah salah satu terapi yang penting bagi orang-orang hukuman. Melihat sangat
pentingnya fungsi kegiatan pelatihan dan kegiatan produksi bagi narapidana tersebut, maka disetiap Lapas diharuskan adanya kegiatan pelatihan dan kegiatan
produksi bagi narapidananya. Di Indonesia, kegiatan pelatihan dan kegiatan produksi secara operasional
dilaksanakan oleh suatu wadah atau sarana bernama Bengkel Kerja Bengker. Menurut R.A. KoesnoenTim Penyusun Cetak Biru, 2013:2 bengkel kerja ini
diharapkan mampu mewujudkan kegiatan pelatihan dan kegiatan produksi yang ideal.
Kegiatan pelatihan yang ideal adalah yang memiliki ciri-ciri aktif dan berkesinambungan, memiliki sarana prasarana pendukung yang memadai, terdapat
kurikulum atau silabus baku yang tertulis untuk setiap kegiatan, serta jumlah instruktur teknis berkompeten yang memadai. Sedangkan ciri-ciri kegiatan
produksi yang ideal adalah kegiatan produksi yang berorientasi profit dan pasar, menghasilkan produk yang bermutu dan sesuai selera pasar, sarana prasarana yang
memadai, banyak narapidana yang berperan aktif dalam kegiatan produksi, kegiatan produksi yang dikelola secara transparan dan oleh personil yang
berkompeten, serta adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengembangan dan penguatan produksi.
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Semarang telah memberikan kegiatan pelatihan dan kegiatan produksi kepada narapidanya. Kegiatan pelatihan
dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan kegiatan produksi di dalam Lapas dilakukan setiap hari. Selain melakukan kegiatan produksi, narapidana juga terus
belajar untuk membuat macam-macam produk kerajinan tangan dengan berbagai macam model.
2.2.2 Asas-Asas Pembinaan Narapidana