10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Lembaga Pemasyarakatan
2.1.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Munculnya ide sistem pemasyarakatan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Dr.Sahardjo, dalam pidato pengukuhan gelar Doctor Honoriscausa pada
tahun 1963. Menurut Dr.Sahardjo tujuan penjara ialah pemasyarakatan, yang mengandung makna bahwa tidak hanya masyarakat yang diayomi terhadap
diulanginya perbuatan jahat oleh terpidana, melainkan juga orang-orang yang menurut Dr.Sahardjo telah tersesat diayomi oleh pohon beringin dan diberikan
bekal hidup sehingga akan menjadi kaula yang berfaedah di dalam masyarakat Indonesia Soedjono, 1984:185. Sehingga dengan pernyataan Dr Sahardjo maka
penjara di Indonesia diganti menjadi “Lembaga Pemasyarakatan”. MenurutUndang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Lembaga Pemasyarakatan
yang selanjutnya disebut Lapas. Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat dijelaskan lembaga pemasyarakatan merupakan tempat dimana narapidana dan anak didik pemasyarakatan diberikan pembinaan, agar tidak
mengulangi perbuatan yang melanggar hukum kembali. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
M.01.PR.07.03 Tahun 1985, pasal 4 ayat 1 bahwa Lembaga Pemasyarakatan
dapat diklasifikasikan dalam tiga Klas, yaitu Lapas Klas I, Lapas Klas IIA, dan Lapas Klas IIB. Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas daya tampung
narapidana, tempat kedudukan, dan kegiatan kerjanya. Kapasitas daya tampung narapidana disesuaikan dengan luas dari lingkungan Lapas tersebut. Berdasarkan
tempat kedudukannya Lapas Klas I dipimpin oleh Kepala Lapas dengan jabatan eselon IIb, Lapas Klas IIA dipimpin oleh Kepala Lapas dengan jabatan eselon
IIIa, sedangkan pada Klas IIB dipimpin oleh Kepala Lapas dengan jabatan eselon IIIb. Sedangkan berdasarkan kegiatan kerjanya dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu Lapas rintisan, Lapas berkembang, dan Lapas unggulan.
2.1.2 Sistem Pemasyarakatan