REVOLUSI PERANCIS 1789 Materi Kelas XI sejarah

mengumumkan Pernyataan Hak Azasi manusia dan Warga Déclaration des droits de l’home et du citoyen. PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mengakui hak­hak azasi manusia itu di dalam Universal Declaration of Human Right. Diantara hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia adalah untuk merdeka dari penindasan manusia lainnya exploitation of man by man. Bangsa Indonesia yang selama ratusan tahun berada dalam cengkeraman penjajah merupakan bangsa yang terinjak­injak hak azasinya. Hal itulah yang melahirkan berbagai perlawanan terhadap penjajah baik secara fisik bersenjata maupun perlawanan dengan menggunakan organisasi modern. Dengan munculnya golongan terpelajar dan semakin meluasnya hubungan antar bangsa, maka kesadaran akan perlunya hak azasi manusia itu semakin terasa. Kaum terpelajar berkesimpulan bahwa untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak mungkin di dapat dari tangan penjajah, melainkan harus diperjuangkan dengan kekuatan sendiri. Anggapan ini diyakini betul oleh organisasi­ organisasi pergerakan nasional. Di dalam tujuan Indische Partij dituliskan bahwa hendak menumbuhkan dan meningkatkan integrasi semua golongan untuk memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Sikap tegas Indische partij nampak dalam semboyan mereka “Indie untuk Indiers”. Sedangkan Perhimpunan Indonesia secara lebih tegas menuliskan tujuannya adalah berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan untuk Indonesia. Kemerdekaan Indonesia akan dicapai dengan aksi bersama serentak oleh rakyat Indonesia. PNI secara gamblang menyatakan tujuannya adalah “Indonesia Merdeka”. Tujuan itu akan dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”.

A. REVOLUSI PERANCIS 1789

Sebab­sebab : 1. Adanya kepincangan dalam masyarakat. Raja, bangsawan dan kaum gereja hidup mewah, bebas pajak dan memiliki berbagai hak dan wewenang. Sedangkan rakyat biasa hidup miskin dan dibebani berbagai jenis pajak. 2. Pemerintahan Monarkhi Absolut yang buruk. Dengan ciri­ciri : kesewenang­wenangan khususnya dalam menarik pajak, korupsi merajalela dan tidak berfungsinya DPR. 3. Adanya pengaruh paham Rasionalisme dan Romantisme dengan tokoh­tokohnya: Montesquieu, Voltaire, J.J. Rousseau, Denis Diderot dan J. d’Alembert. 4. Adanya pengaruh perang kemerdekaan Amerika 5. Adanya kekosongan kekuasaan Vacuum of Power. Sebab­sebab khusus : Sejak Raja Louis XIV, raja­raja Perancis suka berfoya­foya dengan wanita­wanita cantik madame defisit, sehingga kas negara kosong. Maka pada zaman pemerintahanLouis XVI beban negara sudah sangat berat. Untuk mengatasi masalah tersebut satu­satunya cara adalah menarik pajak kepada kaum bangsawan. Bangsawan menolak dan mengusulkan agar dalam menentukan pajak harus dirundingkan dengan “ Etats Generaux” DPR. Raja Louis XVI yang lemah menyetujui usul tersebut. Namun dalam sidang DPR terjadilah kerusuhan. Hal itu disebabkan golongan III dari rakyat jelata yang jumlahnya terbesar menuntut hak suaranya dalam voting secara individul bukannya per golongan seperti yang dikehendaki oleh gingan I dan golongan II. Jalannya Revolusi Perancis Revolusi Perancis yang dimulai 1789 berlangsung kurang lebih 15 tahun, dibagi dalam enam masa, sebagai berikut : 1. Masa Dewan Konstituante 1789­1791 2. Masa Legislatif 1791­1792 3. Masa Konvensi Nasional 1792­1795 4. Masa Directorat 1795­1799 5. Masa Konsulat 1799­1804 6. Masa Kekaisaran 1804­1815 PENGARUH REVOLUSI PERANCIS TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA

a. Penyebaran Faham Liberalisme Oleh Herman Daendels

Pada tahun 1795 Negeri Belanda berada dibawah kekuasaan Perancis. Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808 Raja Belanda, Louis Napoleonmengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal 1808 – 1811. Tugas utamanya adalah membenahi administrasi pemerintahan dan mempertahankan Jawa dari serangan Inggris yang tidak lama lagi akan tiba. Sebagai pengagum Napoleon Bonaparte, Daendels sangat mendukung perubahan­ perubahan liberal. Ia juga bercita­cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian dan perdagangan. Dengan ideologinya itu ia berupaya untuk menghapuskan sistem feodalisme yang pada zaman VOC masih dipertahankan. Baik penyerahan wajib maupun kerja wajib yang tidak sesuai dengan prinsip­prinsip liberalime akan dihapuskan. Akan tetapi keadaan pada waktu itu menjadi hambatan besar bagi terlaksanannya ide­ide Daendels. Hambatan­hambatan itu adalah sebagai berikut : 1. Sejak zaman VOC para bupati dan penguasa daerah lainnya memegang peranan penting dalam perdagangan. Sistem ini mengakibatkan pasaran bebas ekonomi liberal tidak berkembang. Sistem ini juga tidak memunculkan golongan pedagang yang sangat berperan dalam proses liberalisasi masyarakat feodal. 2. Dalam struktur pemerintahan feodal, kedudukan para bupati sangat kuat, sehingga segala upaya perubahan sulit diterapkan tanpa kerjasama dengan mereka. Kepemimpinan mereka yang telah lama mengakar kuat menyulitkan untuk menggesar kedudukan para bupati. 3. Tugas pemrintah Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa dair serangan Inggris. Untuk membuat pertahanan yang kuat perlu dibangun saran transportasi. Maka dibangunlah jalan yang menghubungkan daerah­daerah di Jawa mulai dari Anyer sampai ke Penarukan, yang kemudian dikenal dengan Jalan Pos Grote Postweg. Untuk pebangunan proyek raksasa itu maka dibutuhkan tenaga rakyat yang besar pula. Maka dari itu penyerahan wajib verplichte leveranties dan kerja wajib verplichte diensten dipertahankan. Sehingga cita­cita Daendels untuk menerapkan liberalisme di Indonesia tidak dapat terlaksana. Bahkan sebaliknya sistem tradisional seperti yang diterapkan pada zaman VOV masih terus berjalan. Sehingga upaya­upaya perubahan yang hendak dilakukan oleh Daendels itu tidak dilaksanakan dengan baik. Walaupun demikian Daendels dianggap sebagai peletak dasar liberalisme di Indonesia. Setelah Daendels sudah meninggalkan Indonesia, faham liberalisme dan upaya penghapusan feodalisme masih berlanjut, bahkan lebih digalakkan lagi oleh Thomas Stamford Raffles. Akan tetapi sepertinya hal Daendels, Raffles juga mengalami banyak sekali hambatan. Leberalisme khususnya dalam bidang ekonomi baru bisa dilaksanakan setelah pemerintah Belanda sudah berkembang industrinya dan memiliki modal yang cukup setelah penerapan Cultuur Stelsel Tanam Paksa. Setelah itu politik ekonomi liberal itu terus dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda sampai dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia. Penerapan faham liberalisme dan penghapusan feodalisme ini berpengaruh terhadap munculnya elit baru dalam tatanan masyarakat Indonesia, yaitu golongan terpelajar. Golongan terpelajar inilah yang pertama kali menyadari perlunya memperjuangkan harkat dan martabat bangsa sesuai dengan azas­azas faham kemerdekaan dan kebebasan liberalisme.

b. Penyebaran Faham Nasionalisme

Berbagai revolusi yang terjadi di Eropa, utamanya Revolusi Perancis mengilhami perjuangan bangsa­bangsa terjajah di Asia­Afrika, termasuk Indonesia walaupun dalam kondisi yang berbeda. Nasionalisme di Asia­Afrika termasuk di Indonesia disebabkan oleh penindasan yang dilakukan oleh negara­negara imperialis Barat. Pelaksanaan Politik Etis memberikan kesempatan pendidikan kepada penduduk bumi putera, walaupun dalam lingkup yang terbatas. Akan tetapi dengan adanya pendidikan muncul golongan baru, yaitu golongan terpelajar yang menjadi pelopor pergerakan nasional. Dengan pendidikan itu pula kaum terpelajar dapat mengikuti perkembangan pemikiran bangsa­bangsa Barat, Mereka mempelajari berbagai ide­ide dan faham­faham baru yang berkembang di Eropa pada waktu itu, seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme bahkan komunisme. Pada awal pergerakan nasional muncul beberapa organisasi dengan sifat yang berbeda. Budi Utomo lebih bersifat organisasi budaya, Sarikat Islam bersifat sosial­ ekonomi dan religius, sedangkan Indische Partij bersifat politis. Namun ketiga­tiganya memiliki kesamaan yaitu sama­sama bersifat nasionalis yang berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya menuju kemerdekaan di kelak kemudian hari. Demikian juga dengan partai­partai berdiri pada masa berikutnya, seperti Partindo, PNI Baru, dan Parindra. Sedangkan PKI lebih menonjolkan faham internasionalismenya dengan menganggap dirinya sebagai satu keluarga dari komintern komunis internasional.

C. Pesta Peringatan Kemerdekaan Belanda Ke­100 dari Perancis