JAWABLAH SOAL­SOAL DI BAWAH INI DENGAN BENAR

20. Nama harian milik Sarikat Islam yang besar peranannya dalam pergerakan nasional adalah .... A. Darmo Kondo B. Hindia Putra C. De express D. Soenting Melayu E. Oetoesan Hindia

B. JAWABLAH SOAL­SOAL DI BAWAH INI DENGAN BENAR

1. Bagaimanakah pembagian kelas dalam masyarakat Indoensia sebagai wujud dari adanya diskriminasi rasial pada zaman Kolonial Belanda ? 2. Jelaskan pengaruh Politik Etis terhadap munculnya Pergerakan Nasional 3. Jelaskan pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia 1905 terhadap Pergerakan Nasional Indonesia 4. Tuliskan isi pokok artikel Als ik en Nederlander Was karya Ki Hajar Dewantara 5. Bagaimanakah isi pokok pidato pembelaan Ir. Sukarno yang berjudul “Indonesia Menggugat” 7. Sebutkan hasil­hasil dan pengaruh Kongres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928 8. Sebutkan faktor­faktor penyebab organisasi pergerakan nasional bersikap moderat dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1930­an 9. Apa yang dimaksud dengan ordonansi sekolah liar ? 10. Apa yang menjadi tuntutan utama GAPI ? ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA. Pada tanggal 18 Desember 1941, Jepang melakukan pemboman terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour Hawai. Setelah pemboman itu dilakukan, baru disampaikan pernyataan perang secara resmi terhadap Amerika Serikat. Kemudian secara serentak Jepang bergerak masuk ke Asia Tenggara dengan taktik gerak cepat. Sasarannya adalah Indo­Cina, Muang Thai, Birma, Malaya, Filipina dan Hindia Belanda Indonesia. Di Indonesia Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Berturut­turut kota minyak seperti Tarakan, Balikpapan jatuh pada bulan Januari 1942, kemudian Pontianak dan Palembang pada bulan Pebruari 1942. Dalam pertempuran di Laut Jawa pada tanggal 19 Februari 1942, Jepang berhasil menghancurkan armada gabungan Sekutu. Sehingga terbukalah pintu gerbang ke Pulau Jawa. Mengetahui kenyataan itu, Gubemur Jendral Hindia­Belanda memindahkan pemerintahannya ke Bandung. Pimpinan tentara sekutu di Jawa adalah Letnan Jendral H. Ter Poorten.Sedangkan tentara Jepang yang dikerahkan merebut Pulau Jawa dipimpin oleh LetnanJendral Hitosyi Imamura. Pada tanggal 1 Maret 1942 mereka mendarat di tiga tempat sekaligus, yaitu Teluk Banten, di Eretan Jawa Barat dan di Kragan Jawa Tengah. Tanggal 5 Oktober 1942 dengan mudah Jepang memasuki kota Jakarta Batavia. Dalam rangka menyerbu Bandung, Jepang menduduki Subang dan Pangkalan Udara Kalijati. Kemudian mereka bergerak ke pusat pertahanan BelandaSekutu di Bandung dan Pegunungan Priangan. Di Cianter garis depan pertahanan BelandaSekutu pasukan Belanda terdesak sampai ke Lembang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah dan harus menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Kapitulasi Kalijati. Perjanjian tersebut berisi penyerahan tanpa syarat BelandaSekutu terhadap Jepang. Dalam perundingan tersebut pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jendral Ter Poorten. Dalam perjanjian ituhadir pula Gubemur Jendral Belanda di Indonesia, Tjarda Van Starkenborg Stachouwer.Sedangkan pihak Jepang diwakili Letnan Jendral Hitoshi Imamura. Setelah penyerahan kedaulatan tersebut, Indonesia dibagi atas tiga wilayah pemerintahan militer pendudukan, yaitu: 1. Tentara ke enam belas Angkatan Darat memerintah di Jawa dan Madura, dengan pusat pemerintahan di JakartaBatavia. 2. Tentara ke duapuluh lima, memerintah di Sumatera, berpusat di Bukit Tinggi 3. Armada Selatan Kedua memerintah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku dan Irian Jaya, pusatnya di Ujung Pandang PERGERAKAN NASIONAL PADA ZAMAN JEPANG GERAKAN 3 A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mempropagandakan dirinya sebagai saudara tua yang akan membantu bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari cengkeraman bangsa Barat. Untuk itu kemudian pemerintah pendudukan Jepang membentuk Gerakan 3 A, yaitu: 1. Nippon Cahaya Asia 2. Nippon Pelindung Asia 3. Nippon Pemimpin Asia Namun gerakan ini tidak berumur lama, karena tidak mendapat simpati dari rakyat. Untuk dapat menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang menawarkan kerjasama kepada tokoh­ tokoh Pergerakan Nasional. Pemimpin­pemimpin Indonesia seperti lr. Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir , dan lain­lain dibebaskan dari penahanan Belanda. Kemudian empat orang nasionalis terkemuka, yang dikenal dengan sebutan Empat Serangkai, yakni : Ir. Soekarno , Drs. Moh. Hatta, K.H. Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara mendapat kepercayaan untuk membentuk gerakan baru, yang diberi nama PUTERA Pusat Tenaga Rakyat pada tanggal 16 April 1943. Sebenarnya tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah untuk membujuk kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mau mengabdi kepada kepentingan Jepang. Namun dalam prakteknya, para pemimpin Indonesia malah memanfaatkan PUTERA untuk kepentingan bangsa Indonesia. Dengan menggunakan media komunikasi massa milik Jepang, seperti surat kabar dan radio, pemimpin Indonesia dapat komunikasi dengan rakyat secara lebih luas. Dalam perkembangannya, Jepang menganggap bahwa PUTERA lebih bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada untuk Jepang. Oleh karena itulah Jepang membentuk organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai Himpunan Kebaktian Jawa. Alasan pembentukan organisasi ini adalah rakyat perlu dihimpun tenaganya lahir­batin sesuai dengan Hokoseisyin semangat kebaktian. Sebagai organisasi sentral terkendali, Jawa Hokokai, terdiri dari beberapa macam Hokokai Profesi seperti: lzi Hokokai, Fujinkai, Keimin BunkaSyidoso, dan lain­lain. MIAI Majelis Islam ‘Ala Indonesia Walaupun pemerintah militer Jepang mengekang aktifitas kaum nasionalis, akan tetapi golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. Golongan ini memperoleh kelonggaran, karena Jepang menilai golongan ini paling anti Barat dan mudah dirangkul. Oleh karena itu pada bulan November 1943, Jepang memperkenankan berdirinya MIAI Majelis Islam ‘Ala Indonesia yang sebenarnya sudah dibentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Dalam waktu singkat MIAI tumbuh menjadi sebuah organisasi yang besar. Hal ini tidak diperkirakan oleh Jepang sebelumnya. Sehingga tokoh­tokoh MIAI mulai diawasi. Pada bulan Oktober 1943 MIAI dibubarkan dan diganti dengan organisasi lain yaitu MASYUMI Majelis Syuro Muslimin Indonesia. Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Asyari, K.H. Mas Mansyur, K.H. Farid Maruf, Kartosudarmo. K.H. Nahrowi danZainul Arifin. PENGERAHAN TENAGA UNTUK USAHA PERANG JEPANG Sejak awal tahun 1943 situasi Perang Pasifik mulai berubah. Jepang mulai merasakan serangan Sekutu di Pasifik, terutama dalam pertempuran laut di sekitar Midway dan di Laut Karang. Karena kehabisan tenaga manusia untuk keperluan perang, maka Jepang berupaya mendapatkannya dari negeri jajahan. Sehingga memasuki tahun kedua dari pendudukannya, Jepang secara intensif melatih pemuda­pemuda Indonesia di bidang militer. Pada tanggal 9 Maret 1943 didirikan Seinendan barisan pemuda. Anggota Seinendan adalah pemuda­pemuda berusia 14­22 tahun. Sedangkan di sekolah­sekolah, para pelajar diwajibkan bergabung dengan Gokutotai barisan pelajar. Tanpa disadari Jepang di dalam kedua organisasi tersebut telah bersemi semangat nasionalisme. Bahkan pada pucuk pimpinan Seinendan duduk beberapa nasionalis muda seperti Sukarni,Abdul Latif, dan lain­lain. Selain Seinendan dibentuk pula Keibodan barisan bantu polisi bagi semua laki­laki berbadan sehat berusia 23 ­25 tahun. Untuk pengerahan tenaga wanita, maka pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai himpunan wanita. Memasuki tahun 1944, Jepang semakin terdesak, satu demi satu wilayah pendudukan Jepang jatuh ke tangan sekutu, bahkan serangan Sekutu mulai diarahkan langsung ke negeri Jepang. Dalam keadaan demikian, pemerintah Jepang membentuk barisan­barisan semi militer lainnya. Pada tanggal 1 November 1944 dibentuk Suishintai barisan pelopor yang merupakan hasil sidang Cuo Sangi InDewan Pertimbangan Pusat pada pertengahan tahun 1944. Barisan pelopor merupakan organisasi pemuda yang dipimpin oleh kaum nasionalis Indonesia, seperti lr. Soekarnoketua, R.P. Soeroso wakil, Otto lskandardinata, Dr. Buntaran Martoatmodjo, dan lain­lain. Barisan pelopor merupakan onderbouw dari Jawa Hokokai. Disamping itu pada tanggal 8 Desember 1944 dibentuk Jibakutai Barisan Berani Mati. Sedangkan pada tanggal 15 Desember 1944 dibentuk Kaikoseinen Teishintai, yaitu barisan semi militer dari kaum muda Islam yang lebih dikenal sebagai Hizbullah Tentara Allah. Pada bulan April 1943 dikeluarkan pengumuman yang isinya memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi Heiho pembantu prajurit Jepang. Heiho langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang. Sebagai pembantu prajurit Jepang sebenarnya Heiho lebih terlatih dibandingkan Peta. Bhakan diantara anggota Heiho ada yang dipercaya sebagai pemegang senjata anti pesawat tank, artileri medan, pengemudi, dan lain­lain. Mereka juga ikut bertempur di front Solomon, Irian, Birma dan lain­lain. TENTARA PETA Sebelum pembentukan Peta, Jepang melatih pemuda­pemuda Indonesia untuk tugas intelejen. Latihan yang dipimpin oleh Letnan Yanagawa ini, akhirnya berkembang menjadi latihan khusus dalam Seinen Dojo panti latihan pemuda yang terletak di Tangerang. Panglima tentara ke­16 Letnan Jendral Kumakici Harada menghendaki agar pembentukan tentara Peta dibuat sedemikian rupa seolah­olah merupakan usul dari bangsa Indonesia sendiri. Maka dipilihlah Gatot Mangkupraja untuk mengajukan permohonan kepada Gunseikan, agar dibentuk tentara yang segenap anggotanya terdiri dari orang Indonesia. Surat permohonan tersebut dikabulkan melalui Osamuseirei No. 44, 3 Oktober 1943 yang isinya menetapkan dibentuknya Tentara PETA Pembela Tanah Air. Berbeda dengan Heiho, di dalam PETA terdapat jenjang kepangkatan, sebagai berikut : 1. Daidanco komandan batalyon 2. Cudanco komandan kompi 3. Shodanco komandan peleton 4. Budanco komandan regu 5. Geyuhei prajurit sukarela Calon perwira Tentara Peta mendapat latihan militer untuk pertama kalinya di Bogor. Setelah lulus mereka ditempatkan di daidan­daidan Jawa, Madura, dan Bali sebagaiDaidanco. Adapun tempat latihan untuk para calon Budanco terdapat di Magelang dan di Cimahi. Tentara Peta berperan penting selama Perang Kemerdekaan Indonesia dan sesudahnya. PEMERAHAN SOSIAL­EKONOMI A. PEMERAHAN BAHAN MAKANAN Ketika Jepang menduduki Indonesia, obyek­obyek vital dan perangkat­perangkat produksi telah hancur. Sehingga pada awal pendudukan Jepang, sebagian besar kehidupan ekonomi lumpuh. Untuk mencegah meningkatnya harga barang, maka dikeluarkan peraturan pengendalian harga dan pelanggarnya dijatuhi hukuman berat. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan bekas milik orang sekutu disita dan beberapa perusahaan vital seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah pendudukan Jepang. Dalam kondisi perang, Jepang menerapkan sistim ekonomi Autarki, artinya setiap daerah harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan harus pula dapat menunjang kebutuhan perang. Tanaman kopi, teh, dan tembukau dikategorikan tanaman untuk kenikmatan dan kurang berguna untuk usaha perang Jepang. Maka perkebunan untuk ketiga tanaman tersebut diganti dengan tanaman pangan dan tanaman jarak untuk pelumas yang berguna dalam situasi perang. Sedangkan tanaman Kina dan Karet yang diperlukan untuk perang dipelihara dengan baik. Karena persediaan gula dianggap cukup, maka rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Pada tahun 1944 keadaan perang semakin kritis, maka kebutuhan perang semakin meningkat pula. Maka dilancarkan kampaye pengerahan barang dan bahan makanan secara besar­besaran. Pengerahan ini dilakukan oleh Jawa Hokokai, Nogyo KumiaiKoperasi Pertanian dan instansi­instansi resmi pemerintah lainnya. Sejak tahun 1942 kebutuhan pangan rakyat sudah tidak mencukupi, dan terus bertambah parah. Maka pemerintah Jepang memerintahkan memperbesar produksi pangan dan membuka areal baru. Di Sumatera Timur dibuka 10.000 hektar ladang padi baru. Di Pulau Jawa 500.000 hektar hutan ditebang secara liar. Di Kalimantan dan Sulawesi penduduk diwajibkan menanam padi. Dari jumlah hasil panen rakyat hanya boleh memiliki 40 saja. Sedangkan yang 30 diserahkan kepada pemerintah melalui Kumiai Penggilingan Padi dan dibeli dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sisanya sebanyak 30 lainnya disediakan untuk bibit dan disetorkan ke lumbung desa.

B. PEMERAHAN TENAGA KERJA