PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

B. JAWABLAH SOAL­SOAL DI BAWAH INI DENGAN BENAR

1. Apa sebenarnya tugas utama Herman W. Daendels datang ke Indonesia ? 2. Tuliskan isi Convention of London, tahun 1814, antara Inggris dan Belanda 3. Apa akibat­akibat positif Tanam Paksa bagi bangsa Indonesia ? 4. Apa yang dimaksud dengan Cultuure Procentence ? 5. Apa yang dimaksud dengan : a. Comtabilitet Wet b. Suiker Wet c. Agrarische Wet d. Poenale Sanctie 6. Sebutkan akibat­akibat pelaksanaan politik ekonomi liberal kolonial 1870­1900 bagi bangsa Belanda dan bangsa Indonesia 7. Apa yang dimaksud dengan siasat “Benteng Stelsel” ? 8. Apa yang dimaksud dengan Pax Netherlandica ?

A. FAKTOR­FAKTOR PENDORONG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

1. Faktor Intern dari dalam a. Penderitaan rakyat selama penjajahan Belanda

b. Adanya deskriminasi rasial c. Adanya Politik Etis 2. Faktor Extern dari luar a. Pengaruh faham­faham baru dari Eropa, seperti : Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme b. Kemenangan Jepang terhadap Rusia 1904 – 1905, mengangkat harkat dan martabat bangsa­ bangsa Asia. c. Pengaruh pergerakan nasional negara­negara Asia­Afrika lainnya, seperti : Turki, Mesir, India, Cina dan Filipina.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Budi Utomo Berdirinya Budi Utomo diawali dari upaya dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk membentuk Studie Fonds Dana Belajar untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, namun berpotensi. Pada kahir 1907, dr. Wahidin bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di Jakarta. Karena adanya kesamaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada hari Rabu, 20 Mei 1908, di Gedung STOVIA Gedung Kebangkitan Nasional sekarang dibentuklah organisasi modern pertama yang diberi nama Budi Utomo. Sebagai ketua pertamanya terpilih dr. Soetomo. Pada mulanya tujuan Budi Utomo tertulis secara samar­samar yaitu “Kemajuan bagi Hindia”. Sedangkan jangkauan geraknya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan Oktober 1908, cabang Budi Utomo sudah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo. Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan­keputusan sebagai berikut : a. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik b. Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan c. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura. Kongres tersebut juga memutsukan susunan pengurus besar Budi Utomo. Bu[ati Karanga Anyar, R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Dalam perkembangannya, Budi Utomo kurang diminati oleh golongan muda. Hal ini disebabkan : a. Budi Utomo lebih memetingkan golongan priyayi. b. Budi Utomo lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi rakyat pribumi. c. Budi Utomo lebih mengutamakan pemakaian Bahasa Belanda daripada Bahasa Indonesia d. Budi Utomo tidak berpolitik Walaupun demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada tahun 1914, saat Perang Dunia I meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah menurun, mengusulkan perlunya wajib militer bagi penduduk bumi putera Indie Weerbaar. Gagasan ini ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda membentuk Volksraad Dewan Rakyat, Desember 1916. Serikat Islam Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam SDI di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang­pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar said Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam SI, agar anggotanya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari Serikat Islam adalah sebagai berikut : a. mengembangkan jiwa dagang b. membantu para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya c. memajukan pengajaran d. memprbaiki pendapat­pendapat yang keliru tentang Islam. Dalam waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh : a. Serikat Islam terbuka bagi semua golongan b. Serikat Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan c. Serikat Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena penjajahan d. Serikat Islam dipimpin oleh tokoh­tokoh yang dihormati, seperti alim ulama dan kiai­kiai e. Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia. Melihat adanya tanda­tanda semangat revolusioner dalam tubuh Serikat Islam, Gubernur Jendral Idenberg menaruh sikap waspada. Pada bulan Agustus 1912, untuk sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors. Pada kongres Serikat Islam pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa Serikat Islam bukan partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan pemerintah Hindia Belanda. Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji Umar Said Cokroaminoto, sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan SI. Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam CSI dengan tugas mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV Indische Social Democratische Vereniging yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M. Sneevliet meakukan penyusupan infiltrasi ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil mempengaruhi tokoh­tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”. Indische Partij Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu : 1. E.F.E. Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi. 2. Suwardi Suryaningrat 3. dr. Cipto Mangunkusumo Tujuan didirikannya Indische Partij ini adalah untuk mempersatukan semua Indiers sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka. Yang dimaksud dengan Indiers adalah semua orang yang lahir di Indonesia dan mengaku bertanah air Indonesia, baik orang Indo­Belanda, Cina, Arab maupun pribumi asli. Cita­cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”. Karena sikap dan programnya yang tegas dan bercita­cita “Hindia Merdeka” untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was Seandainya Aku Seorang Belanda. Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda yang ke­seratus. Karena kegiatan­kegiatan IP dianggap merugikan pemerintah, maka pada bulan Agustus 1913, pemerintah Belanda menangkap ketiga pemimpin IP tersebut diatas. Merka kemudian mendapatkan hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda sebagai tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut, maka kegiatan IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi menjadi Nasional Indische Partij NIP.

C. MASA RADIKAL