tinggi. Keberadaan enceng gondok di Rawapening menjadikan Desa Kebondowo sebagai salah satu desa penghasil kerajinan enceng gondok.
4.1.2 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Kebondowo
Penduduk di Desa Kebondowo berjumlah 7.780 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 3662 jiwa, dan perempuan berjumlah 4118 jiwa. Berdasarkan
usianya, masyarakat desa Kebondowo dibagi menjadi 5 kelompok usia, yaitu: balita 826 jiwa, anak-anak 1782 jiwa, remaja 2414 jiwa, dewasa 2290 dan lanjut
usia 468 jiwa. Masyarakat di Desa Kebondowo pada umumnya berpendidikan SD, SMP,
dan SMA. Biaya pendidikan yang tinggi dan rasa malas karena letak sekolah lanjutan jauh dari desa, mempengaruhi masyarakat desa untuk tidak melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi lihat tabel 4.2. Motivasi masyarakat Desa Kebondowo untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi masih kurang,
karena sebagian besar masyarakat Desa Kebondowo memilih untuk bekerja dengan memanfaatkan potensi alam di desa Kebondowo.
Tabel 4.2 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo
Sumber: Data Monografi Desa Kebondowo 2011
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
1 Tamat SD
1163 2
Tamat SMP 892
3 Tamat SMASMK
637 4
S1 11
5 D3
19 6
D2 21
7 D1
9
Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Kebondowo berpendidikan setingkat SD, namun masyarakat di Desa Kebondowo memiliki motivasi yang
kuat untuk berusaha atau maju. Apabila masyarakat Desa Kebondowo dibina, dibimbing serta diarahkan dengan tepat akan menjadi SDM yang berkualitas.
Kehidupan masyarakat Desa Kebondowo sangat rukun, bergotong royong dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi antar penduduk walaupun berbeda baik
dari budaya maupun agama. Di Desa Kebondowo terdapat 5 macam agama, dan mayoritas masyarakatnya beragama Islam lihat tabel 4.3. Meskipun demikian,
dalam kehidupan bermasyarakat mereka hidup dengan berdampingan dan memiliki toleransi beragama. Hal ini dapat dibuktikan melalui adanya masjid atau
mushola serta gereja Katholik dan Kristen di tempat yang tidak jauh jaraknya. Tabel 4.3 Agama dan jumlah pemeluknya di Desa Kebondowo
No Agama
Jumlah
1 Islam
6791 2
Kristen 198
3 Katholik
337 4
Hindu 6
5 Budha
3 Sumber: Data Monografi Desa Kebondowo 2011
Mayoritas mata pencaharian penduduk asli Desa Kebondowo adalah petani padi dan palawija. Hal ini menjadikan Desa Kebondowo merupakan salah
satu desa penghasil beras terbesar di Kecamatan Banyubiru. Namun seiring perkembangan zaman, mata pencaharian masyarakat semakin beragam.
Masyarakat Desa Kebondowo, mulai mencari pekerjaan yang dianggap lebih
menguntungkan, seperti pegawai, wiraswasta, jasa, peternak dan lain-lain lihat tabel 4.4.
Tabel 4.4 Mata pencaharian masyarakat Desa Kebondowo No
Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Karyawan
411 2
Wiraswasta 372
3 Petani
653 4
Pertukangan 62
5 Buruh Tani
591 6
Pensiunan 201
7 Nelayan
98 8
Jasa 103
Sumber: Data Monografi Desa Kebondowo 2011 Adapun pekerjaan lain yang tidak tercantum dalam tabel adalah perajin
enceng gondok dan pengusaha yang masuk ke dalam mata pencaharian wiraswasta. Perajin di Desa Kebondowo tidak dimasukkan dalam data, karena
sebagian besar perajin memiliki pekerjaan ganda yakni sebagai petani dan perajin atau nelayan dan perajin.
Tradisi yang dimiliki masyarakat Desa Kebondowo secara turun temurun adalah tradisi “sedekah rawa” pada malam 21 suro yang diadakan sebagai rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedekah rawa dilakukan dengan cara menghanyutkan sebagian hasil bumi dan makan bersama seluruh warga desa.
Terdapat juga kelompok-kelompok pertemuan baik yang bersifat mingguan, bulanan, maupun selapan, seperti; pertemuan RT, RW, pertemuan agama,
pertemuan kegiatan agama tahlilan, yasinan dan pertemuan kelompok lainnya Sumber: Bapak Susilo, Kepala Desa Kebondowo.
Kesenian yang ada di Desa Kebondowo adalah perpaduan antara kesenian tradisional dengan kesenian modern, contohnya adalah kesenian wayang kulit
yang disukai masyarakat karena diselipkan dakwah Islam atau dapat pula diselipkan humor atau cerita lucu untuk menarik minat masyarakat Sumber:
Daftar potensi Desa Kebondowo. Selain itu, di Desa Kebondowo juga terdapat kelompok perajin yang di
ketuai oleh Slamet Triamanto. Slamet yang sudah memiliki tempat usaha kerajinan secara rutin mengadakan pertemuan perajin dan memberikan
kesempatan bagi masyarakat khususnya remaja atau pemuda yang ingin mempelajari atau bekerja di kelompok industri miliknya. Dengan kegiatan itu,
maka keakraban masing-masing warga akan terjaga dengan baik, dan diharapkan mempunyai efek positif untuk memajukan kerajinan enceng gondok. Apabila
kerajinan enceng gondok di Desa Kebondowo mengalami kemajuan, maka akan meningkatkan perekonomian di daerah tersebut dan perkonomian penduduk.
Kemajuan industri kerajinan enceng gondok akan tercapai apabila tersedia SDM yang berkualitas, namun sebagian besar masyarakat Desa Kebondowo tidak
terampil dalam membuat kerajinan. Masyarakat Desa Kebondowo pada umumnya bekerja sebagai pencari enceng gondok, penjemur enceng gondok, dan pembuat
enceng gondok setengah jadi dalam bentuk karton yang dilapisi enceng gondok pipih, anyaman dan pilinan atau kepangan, yang digaji dengan sistem borongan
yang mengerjakan lebih banyak akan mendapatkan hasil yang lebih banyak pula. Sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di Desa Kebondowo mengerjakan
karton yang dilapisi enceng gondok pipih, anyaman, dan pilinan di rumah masing- masing.
4.1.3 Industri Kecil di Desa Kebondowo