BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Tindakan perawat dalam memandirikan individu dan keluarga dapat dimulai dengan menyiapkan individu dan keluarga dari dalam dan dari luar,
seperti menyiapkan mental individu dan keluarga beserta dengan lingkungannya yang mendukung untuk dilakukannya intervensi keperawatan Torney Aligood,
2006. Perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dapat menentukan intervensi tersebut sudah dilakukan secara benar dan adekuat, dan menentukan
tindakan tersebut akan dilanjutkan, dihentikan atau diganti dengan intervensi yang lain. Hal ini menuntut perawat untuk lebih memahami kemampuan yang dimiliki
individu dan keluarga dalam tindakan usaha memandirikan perawatan individu Huwaina, 2008.
Pada penderita asma, terjadi obstruksi saluran napas karena reaksi hipersensitivitas terhadap stimulasi allergen, sehingga dapat mengakibatkan
terhentinya napas dalam seketika. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius, maka gejala asma akan berlangsung terus menerus dan dapat mengganggu
aktivitas dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya, karena dengan begitu penderita tidak dapat beraktivitas seperti orang kebanyakan. Apabila gejala asma
terus berlangsung dapat menyebabkan penderitanya mengalami kematian seketika. Sehingga penyakit ini sangat berbahaya bagi penderitanya GINA,
2005. Penatalaksanaan gejala asma dapat dikurangi dengan penatalasanaan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan ini dilakukan tanpa menggunakan obat, namun
Universitas Sumatera Utara
penatalaksanaan ini dapat menjadi terapi pelengkap medis. Penatalaksanaan nonfarmakologi membutuhkan penderita asma untuk hidup sehat dan menghindari
terpapar dengan allergen pencetus asma. Hidup sehat yang dimaksud disini yaitu penderita asma disarankan untuk mengkonsumsi makanan begizi untuk
mendukung imunitas tubuh yang baik, menghindari stress untuk pertahanan tubuh yang optimal, dan disarankan untuk mengikuti olahraga yang sesuai dengan batas
kemampuan penderita asma The Asthma Foundation of Victoria, 2002. Pada anak yang menderita asma di anjurkan untuk melakukan olahraga
intensitas rendah, yang kemungkinan anak asma dapat mengkompensasi gerakan olahraga tersebut, Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga pernapasan
Suyoko, 1992. Sama hal-nya dengan anak asma, penderita asma dewasa juga dapat melakukan olahraga pernapasan sebagai salah satu pelengkap terapi The
Asthma Foundation of Victoria, 2002. Olahraga pernapasan merupakan olahraga yang memfokuskan rangsangan
gerakan terhadap otot-otot pernapasan, dimana nantinya diharapkan otot-otot pernapasan dapat beradaptasi terhadap rangsangan tersebut. Olahraga ini dapat
dilakukan tiga kali dalam seminggu selama 120 menit dengan gerakan jurus-jurus tertentu Maryanto, 2008.
Olahraga pernapasan dapat meningkatkan fungsi paru dan menyeimbangkan fungsi imunitas tubuh untuk memperbaiki reaksi hiperrsensitivitas terhadap
stimuli allergen, hal ini bertujuan agar gejala yang dialami penderita asma dapat diminimalkan Siswantoyo, 2007.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merumuskan kerangka penelitian berdasarkan konsep asma dan olahraga pernapasan untuk melihat efektivitas
Universitas Sumatera Utara
olahraga pernapasan terhadap penurunan gejala asma pada satu kelompok. Pada keompok ini akan diawali dengan pengisian kuesioner tentang gejala asma pre-
test. Kemudian pada kelompok ini akan dilakukan olahraga pernapasan. Setelah intervensi, kelompok ini kembali mengisi kuesioner tentang penurunan gejala
asma post-test.
Skema 2. Kerangka Penelitian Efektivitas Olahraga Pernapasan Terhadap Penurunan Gejala Asma pada Penderita Asma
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Gejala Asma