Klasifikasi Asma Mekanisme Terjadinya Asma

vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara whizing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan Brunner Suddarth, 2001. Begitu bahayanya gejala asma Dahlan, 1998. Gejala asma dapat mengantarkan penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa penderitanya Sundaru, 2008; Dahlan, 1998.

2.1.4 Klasifikasi Asma

Pengklasifikasian asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut, Begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak Expiratory Flow PEF dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume dalam satu detik FEV 1 disertai dengan Force Vital Capacity FVC, semakin rendah kemampuan fungsi paru, maka semakin parah asma tersebut GINA, 2004. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Klasifikasian asma berdasarkan tingkat keparahannya KLASIFIKASI TINGKAT KEPARAHAN ASMA KATEGORI GEJALAHARI GEJAL AMA LAM FUNGSI PARU PEF atau PEV 1 Variabel PEF Step 1 Intermitten ≤ 2X dalam seminggu Nilai PEF normal dalam kondisi serangan asma. Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan kalimat penuh. Respiratory Rate RR meningkat. Biasanya tidak ada gejala retraksi iga ketika bernapas. ≤ 2X dalam sebulan ≥ 80 20 Step 2 Mild intermitten ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari. Serangan asma diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi: Membaik ketika duduk, bisa mengucapkan kalimat frase, RR meningkat, kadang- kadang menggunakan retraksi iga ketika bernapas ≥ 2X dalam sebulan ≥ 80 20 – 30 Step 3 Moderate persistent Setiap hari Serangan asma diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi: Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per kata, RR 30xmenit, Biasanya menggunakan retraksi iga ketika bernapas,. ≥ 1X dalam seming gu 60 - 80 30 Step 4 Severe persistent Sering Aktivitas fisik terbatas. Eksacerbasi: Abnormal pergerakan thoracoabdominal. Sering ≤ 60 30 Diambil dari GINA 2005. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, www.ginasthma.com; Lewis, Heitkemper, Dirksen 2000. Medical- Surgical Nursing. St. Louis, Missouri: Mosby ; Wong 2003. Nursing Care of Infants and Children. St. Louis, Missauri: Mosby. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Mekanisme Terjadinya Asma

Skema 1. Mekanisme Terjadinya Asma Setelah 30-60 menit Setelah 5-6 jam Setelah 1-2 hari Diambil dari Lewis, Heitkemper, Dirksen, 2000. Medical-Surgical Nursing. St.Louis Missouri: Mosby. Gejala yang ditimbulkan di atas merupakan gejala hipersensitivitas asma, dimana gejala ini sangat berbahaya bagi keselamatan penderitanya, gejala diatas Infeksi, Allergen, Irritant IgE –menstimuli keluarnya sel mast Sebagai mediator keluarnya sel mast , eosinophil, macrophage, lymphocyte. Respon Fase Awal Respon Fase Akhir  Infiltrasi eosinophil dan neutrophil  Inflamasi  Hiperreaksi bronkial  Otot polos bronkial berkontraksi  Sekresi mucus  Vasodilatasi  Mucosal edema Infiltrasi monocyte dan lymphocyte  Obstruksi jalan napas  Menyempitnya jalan napas  Asidosis respiratori  Hypoxemia Universitas Sumatera Utara dapat membuat penderita asma meninggal dalam seketika GINA, 2005; Lewis, Heitkemper, Dirksen, 2000.

2.1.6 Pengendalian Asma