Latar Belakang Masalah Asean Economic Community 2015 (Studi Kasus : Implementasi Terkait Declaration On The Protection And Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Tahun 2007 Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia Dengan Malaysia)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini akan membahas tentang efektifitas implementasiDeclaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia yaitu suatu perjanjian dalam kawasan ASEAN yang ingin memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap buruh migran sebagai tenaga kerja di luar negeri. Hal ini perlu diteliti karena mengingat jumlah tenaga kerja Indonesia di Malaysia sangat tinggi jumlahnyabahkan dalam kawasan di Asia Tenggara yang bekerja di berbagai sektor bidang pekerjaan di Malaysia sehingga banyak terjadi permasalahan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia dengan berbagai ragam kasus-kasus permasalahan dan tindakan yang merugikan bagi pihak tenaga kerja Indonesia. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai angka lebih dari 220 juta jiwa, sehingga menduduki urutan keempat di bawah China, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar ini dapat dilihat sebagai beban dan potensi bagi pembangunan.Semua upaya pembangunan, kapan dan dimanapun selalu diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, menurunkan jumlah penduduk miskin, pengangguran serta mengurangi tingkat ketimpangan sosial, dan ekonomi di antara kelompok dalam masyarakat.Dilihat dari dimensi ekonomi, kesejahteraan penduduk ditentukan oleh kondisi distribusi sumber daya seperti modal dan lahan, kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta yang Universitas Sumatera Utara tidak kalah pentingnya adalah kualitas sumber daya manusianya. 1 Bagi Indonesia, dimana Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini di abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu : pertama, adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama 1998 sekitar 93, 73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87, 67 juta orang dan ada sekitar 5, 06 juta orang pengangguran terbuka open unemployment. Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 11 juta.Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.Struktur pendidikan aangkatan kerja Indonesia masih mendominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63, 2 . 2 Kedua masalah inilah menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas secara nasional di berbagai sektor ekonomi sehingga para tenaga kerja Indonesia mencari peruntungan ke luar negeri. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri TKILN, berawal sejak tahun 1887 dengan pengiriman para TKI kuli kontrak ke negara-negara koloni Belanda seperti ke Suriname, Celedonia dan ke negeri Belanda. Perhatian pemerintah terhadap tenaga kerja pada umumnya baru dimulai sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, dan Peraturan Menaker No. 4 Tahun 1970 tentang Pengerahan Tenaga Kerja. Peraturan perundang-undangan inipun sangat tidak memadai untuk 1 Marcelinus Molo, Masalah Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri : Prospek dan Tantangannya Bagi Indonesia, Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 1997, hal. 1 2 Didin S. Damanhuri, Korupsi, Reformasi Birokrasi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI, 2006, hal 76 Universitas Sumatera Utara memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja, khususnya TKI-LN.UU No. 14 Tahun 1969 kurang menyentuh secara keseluruhan, karena hanya mengatur buruh manufaktur dan tidak tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga. 3 Tenaga Kerja Indonesia bukan lagi sebuah fenomena migrasi penduduk ke luar negeri untuk bekerja, tetapi sesudah menjadi sebuah tren yang menjadikan karakter bangsa ini yang sering melakukan pengiriman tenaga kerjanya keluar negeri.Hal ini dikarenakan, lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas terutama bagi masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka rela keluar dari negerinya untuk mengadu nasib dengan tenaga kerja lainnya. TKI pada awalnya merupakan solusi untuk mengurangi pengangguran di dalam negeri dan perhatian terhadap para TKI ini sebatas pada proses pengiriman dan penempatan. Saat ini TKI menjadi masalah dan menyita perhatian penuh pemerintah Indonesia karena banyak permasalahan yang menimpa TKI tidak begitu diperhatikan. Salah satunya yaitu hak-hak TKI di luar negeri, ini menjadi perhatian pemerintah karena hak- hak mereka sering diabaikan oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun negara yang menjadi tempat mereka bekerja, apalagi masalah perlindungan sangat vital bagi tenaga kerja untuk mendapat keadilan bagi mereka di luar negeri. Dengan hal tersebut, sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia mendorong sejumlah TKI mengadu nasib ke berbagai negara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup dengan bekerja di luar negeri mengalahkan gambaran tentang kekerasan, eksploitasi, dan kebijakan deportasi terhadap TKI. Bahkan hal itu akan tetap dilakukan meskipun harus pergi dengan status tak berdokumen. Inilah migrasi tenaga murah dan besar- 3 http:www.gatra.comIII41kri1-41.html Universitas Sumatera Utara besaran telah lama menjadi fenomena global khususnya bagi Indonesia sendiri yang mewarnai negeri-negeri miskin dunia ketiga dan kecenderungan sekarang jumlah migrasi ini mengalami peningkatan yang besar. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 khususnya Pasal 27 D ayat 2 UUD 1945 dan perubahannya yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Pada hakekatnya bunyi pasal tersebut mengandung dua makna sekaligus, yaitu memberi hak kepada warga negara untuk memperoleh salah satu hak dasar manusia yaitu pekerjaan dan membebani kewajiban kepada negara untuk memenuhinya. Dengan kata wajib, maka negara tidak dapat menghindarinya meskipun tidak cukup sumber daya dan sumber dana di dalam negeri serta harus mencari sumber-sumber tersebut sampai ke luar negeri. Sementara itu, selain berhak memperoleh pekerjaan, Pasal 38 ayat 2 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya. Oleh karena itu, warga negara tidak dapat dilarang untuk bekerja dimana saja, termasuk di luar negeri.Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya migrasi TKI ke luar negeri khususnya ke Malaysia. Di samping faktor penarik yang ada di luar negeri berupa upah yang lebih tinggi, maka faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendorong yang ada di dalam negeri, yaitu belum terpenuhinya salah satu hak dasar warga negara yang paling penting yaitu: pekerjaan seperti diamanatkan di dalam Pasal 27 D ayat 2 UUD 1945 dan atau perubahannya. Dalam kerangka kerjasama regional ASEAN, isu pekerja migran merupakan salah satu yang paling krusial dan masih dalam pembahasan yang Universitas Sumatera Utara cukup mendalam dalam rangka menyongsong terwujudnya komunitas ASEAN pada 2015, ASEAN seyogyanya menjadi kawasan yang ramah bagi para pekerja migran dan menjadi komunitas yang dapat memberi keuntungan kepada pahlawan devisa tersebut, karena fenomena pergerakan pekerja migran di dalam baik bagi negara pengirim, maupun negara penerima. Melalui jalan perundingan, sejauh ini negara-negara anggota ASEAN telah berkomitmen untuk melakukan kerjasama dan upaya konsensus dalam penanganan isu pekerja migran di dalam kawasan, dengan berbagai tantangan dan hambatan yang tentunya tidak sedikit. Sebuah terobosan penting terjadi pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2007 di Cebu yang telah mengesahkan suatu deklarasi mengenai perlindungan dan promosi peningkatan terhadap hak-hak para pekerja migran yang sejalan dengan visi ASEAN dalam membangun suatu masyarakat ASEAN yang adil, manusiawi dan demokratis. Guliran selanjutnya dilakukan pada pertemuan ke-40 ASEAN Foreign Ministers Meeting AMM, Manila, Juli 2007 yang sepakat untuk membentuk ASEAN Committee on the Implementation of the Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers ACMW. Komite ini dimaksudkan untuk menjadi vocal point dalam mengkoordinasikan upaya-upaya untuk menjamin implementasi dari komitmen yang tertuang dalam deklarasi serta memfasilitasi upaya pembentukan ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Melalui usulan Indonesia, telah disepakati pembentukan suatu Forum on Migrant Workers yang akan bertugas menindaklanjuti deklarasi dengan memanfaatkan kelompok kerja pada pertemuan ke-2 Ad-Hoc Working Group on Labour Practices to Enhance Competitiveness di Singapura tanggal 1-2 Maret 2007. Pada Universitas Sumatera Utara pertemuan ke-3 Ad-Hoc Working Group on Progressive Labour Practice, di Yogyakarta tanggal 9-10 September 2007, antara lain telah disepakati bahwa Filipina akan menyusun TOR Forum sebagai rujukan dalam pembentukan dan pelaksanaan kegiatan dalam membahas penanganan isu migrant workers. Dalam kaitan ini, pertemuan pertama ASEAN Forum on Migrant Labour di Filipina tanggal 24-25 April 2008 telah menyepakati untuk menyelenggarakan forum tersebut secara regular dan sepakat untuk menjadwalkan pertemuan ASEAN Committee on the Implementation of the Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers ACMW serta menyusun struktur dan fungsi Komite dimaksud sebelum KTT ke-14 tahun 2008. Pertemuan ke-1 ACMW di Singapura tanggal 15-16 September 2008 telah membahas Work Plan dari komite dalam membentuk instrumen ASEAN dalam rangka implementasi ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Pertemuan juga menyepakati pembentukan kelompok perumus yang terdiri dari empat negara Thailand, Indonesia, Malaysia dan Filipina dengan komposisi dua sending countries dan dua receiving countries, untuk melakukan pembahasan mengenai prinsip-prinsip dasar, cakupan dan kesamaan pengertian mengenai pekerja migran dan prinsip-prinsip pengaturan hak-haknya dan substansi terkait lainnya.Dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kontradiksi inilah yang menjadi lingkungan strategis di mana diplomasi Indonesia sangat penting yang harus dijalankan secara menyeluruh.Peluang untuk memanfaatkan kesempatan yang terbuka di era ini, tergantung pada kedekatan faktor-faktor internasional bilateral negara. Kemajuan proses reformasi dan demokratisasi Indonesia telah memungkinkan NKRI lebih siap dalam menghadapi proses Universitas Sumatera Utara globalisasi yang mampu menempatkan dirinya tanpa ada rasa kecanggungan dalam arus utama hubungan Indonesia dengan Malaysia, yaitu menunjukkan sikap tegas kepada negara lain untuk melindungi warga negara Indonesia khususnya TKI yang mendapat perlakuan tidak adil oleh sang bos majikkan sangat di tunggu-tunggu bangsa Indonesia. Maka demikian, tenaga kerja Indonesia di Malaysia yang pada hakikatnya merupakan ekspor jasa penghasil kas devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia perlu diselenggarakan dengan efisien dan dengan memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik di dalam negeri maupun di luar negri sebagai bagian dari perencanaan ketenagakerjaan Indonesia dengan tetap memperhatikan martabat dan nama baik bangsa dan negara. Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri khususnya dalam pembahasan penelitian ini terhadap Malaysia karena banyak permasalahan yang dihadapi para TKI di Malaysia sebagai bangsa yang serumpun dan juga memiliki latar belakang sejarah yang sama pada hakikatnya juga harus tetap mengacu pada kebijakan maupun diplomasi hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia yang antara lain dikembangkan untuk meningkatkan persahabatan dan kerjasama bilateral dalam hal perlindungan dan hak-hak buruh migran di antara dua negara yang mengacu pada deklarasi tersebut serta tidak terlepas juga harus sesuai dengan kepentingan nasional bagi kedua negara. Untuk itu dalam pembahasan ini perlu dipertegas kembali bagaimana efektifitas implementasi perlindungan dari pemerintah terhadap tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia terkait diterapkannya suatu perjanjian atau deklarasi dalam kawasan ASEAN yaitu perlindungan dan promosi hak-hak pekerja buruh migran declaration protection and promotion of the rights of migrant workers karena Universitas Sumatera Utara tenaga kerja banyak mengalami eksploitasi dengan berbagi ragam permasalahan baik itu upah gaji yang tidak dibayar hingga kepada perlakuan yang melanggar hak asasi manusia sebagai tenaga kerja yang menjadi migran di Malaysia karena ini adalah harkat dan martabat bangsa Indonesia.

I. 2. Perumusan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan terarah, maka haruslah dirumuskan permasalahan dengan jelas. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan penelitian yang merujuk pada latar belakang di atas adalah :Bagaimana efektifitas implementasi perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Malaysia dengan diterapkannya perjanjian Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia.

I.3. Pembatasan Masalah