Asean Economic Community 2015 (Studi Kasus : Implementasi Terkait Declaration On The Protection And Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Tahun 2007 Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia Dengan Malaysia)

(1)

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

(STUDI KASUS : IMPLEMENTASI TERKAITDECLARATION ON THE PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS TAHUN 2007 TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI

INDONESIA DENGAN MALAYSIA) Disusun Oleh :

Ahmad Fadly Nasution 050906024 Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Indra Kesuma Nasution, S.IP, M.Si Dosen Pembaca : Indra Fauzan S.HI, M.Soc, Sc

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Ahmad Fadly Nasution

NIM : 050906024

Departemen : Ilmu Politik

Judul : ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

(Studi Kasus : Implementasi TerkaitDeclaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers

Tahun 2007 Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia dengan Malaysia)

Menyetujui :

Ketua Departemen Ilmu Politik

(Dra. T. Irmayani, M.Si) NIP : 196806301994032001

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

( Indra Kesuma Nasution, S.IP, M.Si) (Indra Fauzan, S.H.I, M.Soc, Sc) NIP : 19790302005011002 NIP : 19810212182008121002

Menyetujui: Dekan FISIP USU

( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si ) NIP : 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillahirabbil alamin atas rahmat dan karunia Allah SWT, tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ASEAN Economic Community 2015 (Studi Kasus : Implementasi Tenaga Kerja Indonesia Terkait

Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers

Tahun 2007 Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia dengan Malaysia). Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Melalui skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan cinta serta kasih sayang saya kepada Ayah dan Ibu yang selalu mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya serta kepada abang, kakak, dan adik yang turut serta mendoakan dan membantu saya serta memberikan nasihat kepada saya. Penulis juga berterimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya, terutama kepada :

1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2) Bapak Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3) Ibu Dra. T. Irmayani Msi, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

4) Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu Msi, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6) Pegawai/Staff Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya buat Bang Rusdi dan Pak Mul.

7) Dosen Pembimbing Penulis, Bapak Indra Kesuma Nasution, S. IP, M. Si. 8) Dosen Pembaca Penulis, Bapak Indra Fauzan S. HI, M. Soc, Sc.

9) Ketua Penguji Sidang Skripsi Penulis Dr. Warjio, MA.

10) Teman-teman Stambuk 2005, para Senior dan Junior Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

11) Seluruh Keluarga Besar Pramuka Universitas Sumatera Utara Salam Sabha Bersaudara khususnya serta UKM intra Kampus yang berada dilingkungan Universitas Sumatera Utara.

12) Seluruh Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Sumatera Utara khususnya serta Organisasi Kemahasiswaan yang berada dilingkungan Universitas Sumatera Utara.

13) Seluruh Keluarga Besar PEMA FISIP dan PEMA USU.

14) Kepada Keluarga Besar SDN. 067253, SLTP PAB 19 Helvetia, MAS PAB 2 Helvetia.

15) Teman-teman Perumahan Komplek Deli Raya Titi Papan Medan Deli khususnya Jalan Patra.

16) Untuk Sahabat Saya Muslim, Budi Gunawan, Dedi Syahputra, Dina Endriana, Rajali, Nina Veranika, dan Nissye Dian Lestari.


(5)

17) Buat Bunda Mini dan Om Retno, Bang Wawan, nenek, dan Bi Imah Keluarga Besar Muslim.

18) Buat Keluarga Besar Bunda Soraya dan Om Mar I, Zaki, Vivi, Bang Ovi, Farhan, dan Fawwaz.

19) Kepada temen-teman perkumpulan Lilik N d De Genk.

20) Terkhusus terima kasih saya kepada orang-orang yang telah membantu, memotivasi, dan memberikan banyak masukkan dan arahan kepada saya yaitu pahlawan tanda jasa yang tidak saya dapat sebutkan satu persatu dalam skripsi ini.


(6)

LEMBARAN TERISTIMEWAH SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN

KEPADA : KELUARGA BESAR

ALM.MUHAMMAD HARUN NASUTION (ATOK) ALHM. RABEAH DALIMUNTHE (NENEK) ALM.MUHAMMAD SHALEH LUBIS (KAKEK)

ALMH. ZUBEIDAH NASUTION (NENEK) MARWAN HARUN NASUTION (AYAH)

PURNAMA LUBIS (MAMAK) KHAILID NASUTION (ABANG) HAJIJAH NASUTION (KAKAK) THABRANI NASUTION (ABANG)

MARDIAH NASUTION (KAKAK) SAUKANI NASUTION (ABANG)

SALMAN NASUTION(ABANG) ABDUL RAHMAN NASUTION (ABANG)

AMIR HAMZAH NASUTION (ADIK) ALI SUTAN NASUTION (ADIK)

RASA HORMAT DAN SAYANG SAYA KEPADA ABANG IPAR, KAKAK IPAR DAN KEPONAKAN-KEPONAKKAN PENULIS.


(7)

ABTRAKSI

Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi-produksi yang lain seperti bahan-bahan mentah, bumi dan air serta lain sebagianya, karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang atau sarana dan prasarana tersebut. Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia sebagai warga negara yang berada di luar negeri adalah suatu kewajiban.Negara wajib melindungi setiap warga negaranya termasuk TKI yang berada di luar negeri.Warga negara Indonesia yang berada di luar negeri memang mayoritas adalah TKI.Dan pada umumnya, para TKI ini bekerja di sektor 3 D, yaitu Dirty, Dangerous, dan Difficult.Sementara mereka yang bekerja sebagai professional expatriat yang lain-lainnya adalah para ABK, pelajar dan warga negara Indonesia yang menikah dengan orang asing. Akar permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri sebenarnya adalah karena para TKI ini masih dilihat sebagai liability, padahal mereka seharusnya dilihat sebagai asset, karenanya sampai sekarang ini TKI di luar negeri masih mengalami banya masalah. Akar permasalahannya sebenarnya ada tiga, yaitu individu TKI, pemerintah, dan negara penempatan.Permasalahan individu TKI adalah menyangkut kemiskinan, kurangnya pendidikan, tidak memiliki skill, kurangnya kemampuan untuk beradaptasi dan permasalahan awareness.Sementara permasalahan pemerintah adalah koordinasi yang kurang baik, tumpang-tindihnya regulasi, serta lemahnya law enforcement. Sedangkan permasalahan di negara penempatan adalah berupa peraturan setempat yang tidak memberikan


(8)

perindungan terhadap pekerja asing di sektor yang mungkin diberbagai sektor pekerjaan, cara pandang terhadap para pekerja asing, serta pendekatan budaya yang berbeda.

Dengan itu, para pemimpin negara anggota ASEAN menandatangani Deklarasi Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Tenaga Kerja (Deklaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers). Negara-negara anggota ASEAN yang terdiri dari negara pengirim dan negara tujuan tenaga kerja, mendeklarasikan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan dan mempromosikan hak-hak tenaga kerja. Sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan nasional, negara-negara anggota ASEAN diminta untuk mengambil tindakan yang bermanfaat bagi tenaga kerja dengan mempromosikan pekerjaan yang layak, manusiawi, produktif, bermartabat dan bergaji memadai serta menciptakan reintegrasi dan pembangunan program sumber daya manusia bagi tenaga kerja sekembalinya mereka ke negara masing-masing. Negara-negara anggota ASEAN juga akan bekerjasama memperkuat kapasitas mereka, berbagi pengalaman terbaik dan memfasilitasi pertukaran informasi antarnegara untuk mencegah dan menertibkan penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi TKI setelah adanya perjanjian deklarasi tersebut serta kebijakan hubungan luar negeri Indonesia terhadap Malaysia terkait perlindungan TKI selama bekerja disana. Hal ini sangat penting diteliti karena TKI selama ini mempunyai banyak permasalahan menyangkut keadilan dan hak-hak mereka yang diabaikan oleh majikan, maka sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku dalam ASEAN dan pemerintahan negara tersebut agar dapat memberikan perlindungan dah hak-hak


(9)

TKI baik dari pemerintah Indonesia sendiri maupun dari negara penempatan di Malaysia dan dengan itu seterusnya akan secara bertahap dilakukan pembenahan terhadap tenaga kerja agar tidak terjadinya tindakan-tindakan yang merugikan bagi kedua belah pihak Negara.

Kata kunci : Kebijakan Hubungan Luar Negeri Indonesia, Tenaga Kerja Indonesia dan Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers.


(10)

DAFTAR ISI

ABTRAKSI .. i

KATA PENGANTAR .. vi

DAFTAR ISI . iii

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah . 8

I.3. Pembatasan Masalah 8

I.4. Tujuan Penelitian . 8

I.5. Manfaat Penelitian .... 9

I.6. Kerangka Teori .. 9

I.6.1. Teori Kebijakan Publik ... 10

I.6.2. Teori Hubungan Internasional . .. .... 15

I.6.2. Organisasi Internasional .. .... 16

I.6.3. Regionalisme .. ... 19

I.6.4. Kebijakan Luar Negeri Indonesia ... 23

I.6.5. Integrasi Ekonomi ... 25

1.6.6. Kepentingan Nasional ... 28

I.7. Teknik Pengumpulan Data ... 31

I.8. Teknis Analisis Data ... 31


(11)

BAB II DESKRIPSIASEAN COMMUNITY 2015,ASEAN

ECONOMIC COMMUNITY 2015DANDECLARATION ON THE PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF

MIGRANT WORKERS . . 33

II. 1. DeskripsiASEAN Community 2015 . ... 33 II. 2. DeskripsiASEAN Economic Community 2015 ... 40

II. 2. 1.ASEAN Charter .. . 46

II. 2. 2.Blue Print ASEAN Economic Community 2015 . .. 51 II. 3.Declaration on the Protection and Promotion of the Rights

of Migrant Workers . . ... 55

BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PEMERINTAH INDONESIA TERKAITDECLARATION ON THE PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WOKERS TERHADAP HUBUNGAN LUAR

NEGERI INDONESIA DI MALAYSIA ... 64 III. 1. Kondisi Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia Sebelum

Declaration on the Protection and Promotion of the Rights

of Migrant Workers ... 64 III. 2. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia

SetelahDeclaration on the Protection and Promotion

of the Rights of Migrant Workers . . . 73 III. 3. Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah Indonesia


(12)

TerkaitDeclaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant WorkersTerhadap Tenaga Kerja

Indonesia di Malaysia .. 91

III. 4. Prospek dan Tantangan Tenaga Kerja Indonesia Terhadap Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers . .. 102

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

IV. 1. Kesimpulan ... 111

IV. 2.Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(13)

ABTRAKSI

Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi-produksi yang lain seperti bahan-bahan mentah, bumi dan air serta lain sebagianya, karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang atau sarana dan prasarana tersebut. Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia sebagai warga negara yang berada di luar negeri adalah suatu kewajiban.Negara wajib melindungi setiap warga negaranya termasuk TKI yang berada di luar negeri.Warga negara Indonesia yang berada di luar negeri memang mayoritas adalah TKI.Dan pada umumnya, para TKI ini bekerja di sektor 3 D, yaitu Dirty, Dangerous, dan Difficult.Sementara mereka yang bekerja sebagai professional expatriat yang lain-lainnya adalah para ABK, pelajar dan warga negara Indonesia yang menikah dengan orang asing. Akar permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri sebenarnya adalah karena para TKI ini masih dilihat sebagai liability, padahal mereka seharusnya dilihat sebagai asset, karenanya sampai sekarang ini TKI di luar negeri masih mengalami banya masalah. Akar permasalahannya sebenarnya ada tiga, yaitu individu TKI, pemerintah, dan negara penempatan.Permasalahan individu TKI adalah menyangkut kemiskinan, kurangnya pendidikan, tidak memiliki skill, kurangnya kemampuan untuk beradaptasi dan permasalahan awareness.Sementara permasalahan pemerintah adalah koordinasi yang kurang baik, tumpang-tindihnya regulasi, serta lemahnya law enforcement. Sedangkan permasalahan di negara penempatan adalah berupa peraturan setempat yang tidak memberikan


(14)

perindungan terhadap pekerja asing di sektor yang mungkin diberbagai sektor pekerjaan, cara pandang terhadap para pekerja asing, serta pendekatan budaya yang berbeda.

Dengan itu, para pemimpin negara anggota ASEAN menandatangani Deklarasi Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Tenaga Kerja (Deklaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers). Negara-negara anggota ASEAN yang terdiri dari negara pengirim dan negara tujuan tenaga kerja, mendeklarasikan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan dan mempromosikan hak-hak tenaga kerja. Sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan nasional, negara-negara anggota ASEAN diminta untuk mengambil tindakan yang bermanfaat bagi tenaga kerja dengan mempromosikan pekerjaan yang layak, manusiawi, produktif, bermartabat dan bergaji memadai serta menciptakan reintegrasi dan pembangunan program sumber daya manusia bagi tenaga kerja sekembalinya mereka ke negara masing-masing. Negara-negara anggota ASEAN juga akan bekerjasama memperkuat kapasitas mereka, berbagi pengalaman terbaik dan memfasilitasi pertukaran informasi antarnegara untuk mencegah dan menertibkan penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi TKI setelah adanya perjanjian deklarasi tersebut serta kebijakan hubungan luar negeri Indonesia terhadap Malaysia terkait perlindungan TKI selama bekerja disana. Hal ini sangat penting diteliti karena TKI selama ini mempunyai banyak permasalahan menyangkut keadilan dan hak-hak mereka yang diabaikan oleh majikan, maka sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku dalam ASEAN dan pemerintahan negara tersebut agar dapat memberikan perlindungan dah hak-hak


(15)

TKI baik dari pemerintah Indonesia sendiri maupun dari negara penempatan di Malaysia dan dengan itu seterusnya akan secara bertahap dilakukan pembenahan terhadap tenaga kerja agar tidak terjadinya tindakan-tindakan yang merugikan bagi kedua belah pihak Negara.

Kata kunci : Kebijakan Hubungan Luar Negeri Indonesia, Tenaga Kerja Indonesia dan Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers.


(16)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini akan membahas tentang efektifitas implementasiDeclaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia yaitu suatu perjanjian dalam kawasan ASEAN yang ingin memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap buruh migran sebagai tenaga kerja di luar negeri. Hal ini perlu diteliti karena mengingat jumlah tenaga kerja Indonesia di Malaysia sangat tinggi jumlahnyabahkan dalam kawasan di Asia Tenggara yang bekerja di berbagai sektor bidang pekerjaan di Malaysia sehingga banyak terjadi permasalahan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia dengan berbagai ragam kasus-kasus permasalahan dan tindakan yang merugikan bagi pihak tenaga kerja Indonesia.

Saat ini, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai angka lebih dari 220 juta jiwa, sehingga menduduki urutan keempat di bawah China, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar ini dapat dilihat sebagai beban dan potensi bagi pembangunan.Semua upaya pembangunan, kapan dan dimanapun selalu diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, menurunkan jumlah penduduk miskin, pengangguran serta mengurangi tingkat ketimpangan sosial, dan ekonomi di antara kelompok dalam masyarakat.Dilihat dari dimensi ekonomi, kesejahteraan penduduk ditentukan oleh kondisi distribusi sumber daya seperti modal dan lahan, kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta yang


(17)

tidak kalah pentingnya adalah kualitas sumber daya manusianya.1Bagi Indonesia,

dimana Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini di abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu : pertama, adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 93, 73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87, 67 juta orang dan ada sekitar 5, 06 juta orang pengangguran terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 11 juta.Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.Struktur pendidikan aangkatan kerja Indonesia masih mendominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63, 2 %.2Kedua masalah inilah menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja

dan rendahnya kualitas secara nasional di berbagai sektor ekonomi sehingga para tenaga kerja Indonesia mencari peruntungan ke luar negeri.

Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (TKILN), berawal sejak tahun 1887 dengan pengiriman para TKI (kuli kontrak) ke negara-negara koloni Belanda seperti ke Suriname, Celedonia dan ke negeri Belanda. Perhatian pemerintah terhadap tenaga kerja pada umumnya baru dimulai sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, dan Peraturan Menaker No. 4 Tahun 1970 tentang Pengerahan Tenaga Kerja. Peraturan perundang-undangan inipun sangat tidak memadai untuk

1Marcelinus Molo,Masalah Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri : Prospek dan Tantangannya Bagi Indonesia,

Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 1997, hal. 1

2Didin S. Damanhuri,Korupsi, Reformasi Birokrasi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Lembaga Penerbit FE


(18)

memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja, khususnya TKI-LN.UU No. 14 Tahun 1969 kurang menyentuh secara keseluruhan, karena hanya mengatur buruh manufaktur dan tidak tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga.3

Tenaga Kerja Indonesia bukan lagi sebuah fenomena migrasi penduduk ke luar negeri untuk bekerja, tetapi sesudah menjadi sebuah tren yang menjadikan karakter bangsa ini yang sering melakukan pengiriman tenaga kerjanya keluar negeri.Hal ini dikarenakan, lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas terutama bagi masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka rela keluar dari negerinya untuk mengadu nasib dengan tenaga kerja lainnya. TKI pada awalnya merupakan solusi untuk mengurangi pengangguran di dalam negeri dan perhatian terhadap para TKI ini sebatas pada proses pengiriman dan penempatan. Saat ini TKI menjadi masalah dan menyita perhatian penuh pemerintah Indonesia karena banyak permasalahan yang menimpa TKI tidak begitu diperhatikan. Salah satunya yaitu hak TKI di luar negeri, ini menjadi perhatian pemerintah karena hak-hak mereka sering diabaikan oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun negara yang menjadi tempat mereka bekerja, apalagi masalah perlindungan sangat vital bagi tenaga kerja untuk mendapat keadilan bagi mereka di luar negeri.

Dengan hal tersebut, sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia mendorong sejumlah TKI mengadu nasib ke berbagai negara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup dengan bekerja di luar negeri mengalahkan gambaran tentang kekerasan, eksploitasi, dan kebijakan deportasi terhadap TKI. Bahkan hal itu akan tetap dilakukan meskipun harus pergi dengan status tak berdokumen. Inilah migrasi tenaga murah dan


(19)

besaran telah lama menjadi fenomena global khususnya bagi Indonesia sendiri yang mewarnai negeri-negeri miskin dunia ketiga dan kecenderungan sekarang jumlah migrasi ini mengalami peningkatan yang besar. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 khususnya Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 dan perubahannya yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Pada hakekatnya bunyi pasal tersebut mengandung dua makna sekaligus, yaitu memberi hak kepada warga negara untuk memperoleh salah satu hak dasar manusia yaitu pekerjaan dan membebani kewajiban kepada negara untuk memenuhinya. Dengan kata wajib, maka negara tidak dapat menghindarinya meskipun tidak cukup sumber daya dan sumber dana di dalam negeri serta harus mencari sumber-sumber tersebut sampai ke luar negeri. Sementara itu, selain berhak memperoleh pekerjaan, Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya. Oleh karena itu, warga negara tidak dapat dilarang untuk bekerja dimana saja, termasuk di luar negeri.Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya migrasi TKI ke luar negeri khususnya ke Malaysia. Di samping faktor penarik yang ada di luar negeri berupa upah yang lebih tinggi, maka faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendorong yang ada di dalam negeri, yaitu belum terpenuhinya salah satu hak dasar warga negara yang paling penting yaitu: pekerjaan seperti diamanatkan di dalam Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 dan atau perubahannya.

Dalam kerangka kerjasama regional ASEAN, isu pekerja migran merupakan salah satu yang paling krusial dan masih dalam pembahasan yang


(20)

cukup mendalam dalam rangka menyongsong terwujudnya komunitas ASEAN pada 2015, ASEAN seyogyanya menjadi kawasan yang ramah bagi para pekerja migran dan menjadi komunitas yang dapat memberi keuntungan kepada pahlawan devisa tersebut, karena fenomena pergerakan pekerja migran di dalam baik bagi negara pengirim, maupun negara penerima.

Melalui jalan perundingan, sejauh ini negara-negara anggota ASEAN telah berkomitmen untuk melakukan kerjasama dan upaya konsensus dalam penanganan isu pekerja migran di dalam kawasan, dengan berbagai tantangan dan hambatan yang tentunya tidak sedikit. Sebuah terobosan penting terjadi pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2007 di Cebu yang telah mengesahkan suatu deklarasi mengenai perlindungan dan promosi peningkatan terhadap hak-hak para pekerja migran yang sejalan dengan visi ASEAN dalam membangun suatu masyarakat ASEAN yang adil, manusiawi dan demokratis. Guliran selanjutnya dilakukan pada pertemuan ke-40 ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM), Manila, Juli 2007 yang sepakat untuk membentukASEAN Committee on the Implementation of the Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (ACMW). Komite ini dimaksudkan untuk menjadi vocal point dalam mengkoordinasikan upaya-upaya untuk menjamin implementasi dari komitmen yang tertuang dalam deklarasi serta memfasilitasi upaya pembentukan ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Melalui usulan Indonesia, telah disepakati pembentukan suatu Forum on Migrant Workers yang akan bertugas menindaklanjuti deklarasi dengan memanfaatkan kelompok kerja pada pertemuan ke-2 Ad-Hoc Working Group on Labour Practices to Enhance Competitivenessdi Singapura tanggal 1-2 Maret 2007. Pada


(21)

pertemuan ke-3 Ad-Hoc Working Group on Progressive Labour Practice, di Yogyakarta tanggal 9-10 September 2007, antara lain telah disepakati bahwa Filipina akan menyusun TOR Forum sebagai rujukan dalam pembentukan dan pelaksanaan kegiatan dalam membahas penanganan isu migrant workers. Dalam kaitan ini, pertemuan pertama ASEAN Forum on Migrant Labour di Filipina tanggal 24-25 April 2008 telah menyepakati untuk menyelenggarakan forum tersebut secara regular dan sepakat untuk menjadwalkan pertemuan ASEAN Committee on the Implementation of the Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (ACMW) serta menyusun struktur dan fungsi Komite dimaksud sebelum KTT ke-14 tahun 2008. Pertemuan ke-1 ACMW di Singapura tanggal 15-16 September 2008 telah membahas Work Plan

dari komite dalam membentuk instrumen ASEAN dalam rangka implementasi

ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Pertemuan juga menyepakati pembentukan kelompok perumus yang terdiri dari empat negara (Thailand, Indonesia, Malaysia dan Filipina) dengan komposisi dua sending countries dan dua receiving countries, untuk melakukan pembahasan mengenai prinsip-prinsip dasar, cakupan dan kesamaan pengertian mengenai pekerja migran dan prinsip-prinsip pengaturan hak-haknya dan substansi terkait lainnya.Dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kontradiksi inilah yang menjadi lingkungan strategis di mana diplomasi Indonesia sangat penting yang harus dijalankan secara menyeluruh.Peluang untuk memanfaatkan kesempatan yang terbuka di era ini, tergantung pada kedekatan faktor-faktor internasional bilateral negara. Kemajuan proses reformasi dan demokratisasi Indonesia telah memungkinkan NKRI lebih siap dalam menghadapi proses


(22)

globalisasi yang mampu menempatkan dirinya tanpa ada rasa kecanggungan dalam arus utama hubungan Indonesia dengan Malaysia, yaitu menunjukkan sikap tegas kepada negara lain untuk melindungi warga negara Indonesia khususnya TKI yang mendapat perlakuan tidak adil oleh sang bos (majikkan) sangat di tunggu-tunggu bangsa Indonesia.

Maka demikian, tenaga kerja Indonesia di Malaysia yang pada hakikatnya merupakan ekspor jasa penghasil kas devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia perlu diselenggarakan dengan efisien dan dengan memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik di dalam negeri maupun di luar negri sebagai bagian dari perencanaan ketenagakerjaan Indonesia dengan tetap memperhatikan martabat dan nama baik bangsa dan negara. Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri khususnya dalam pembahasan penelitian ini terhadap Malaysia karena banyak permasalahan yang dihadapi para TKI di Malaysia sebagai bangsa yang serumpun dan juga memiliki latar belakang sejarah yang sama pada hakikatnya juga harus tetap mengacu pada kebijakan maupun diplomasi hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia yang antara lain dikembangkan untuk meningkatkan persahabatan dan kerjasama bilateral dalam hal perlindungan dan hak-hak buruh migran di antara dua negara yang mengacu pada deklarasi tersebut serta tidak terlepas juga harus sesuai dengan kepentingan nasional bagi kedua negara. Untuk itu dalam pembahasan ini perlu dipertegas kembali bagaimana efektifitas implementasi perlindungan dari pemerintah terhadap tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia terkait diterapkannya suatu perjanjian atau deklarasi dalam kawasan ASEAN yaitu perlindungan dan promosi hak-hak pekerja buruh migran (declaration protection and promotion of the rights of migrant workers) karena


(23)

tenaga kerja banyak mengalami eksploitasi dengan berbagi ragam permasalahan baik itu upah gaji yang tidak dibayar hingga kepada perlakuan yang melanggar hak asasi manusia sebagai tenaga kerja yang menjadi migran di Malaysia karena ini adalah harkat dan martabat bangsa Indonesia.

I. 2. Perumusan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan terarah, maka haruslah dirumuskan permasalahan dengan jelas. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan penelitian yang merujuk pada latar belakang di atas adalah :Bagaimana efektifitas implementasi perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Malaysia dengan diterapkannya perjanjian Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya mengkaji perkembangan efektifitas implementasi atas perlindungan dan hak-hak Tenaga Kerja Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pemerintah Malaysia terkait dengan diterapkannya perjanjian Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia.

I. 4. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian ilmiah senantiasa diupayakan ke arah terwujudnya tujuan yang diinginkan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk


(24)

mengetahui sejauh mana efektifitas implementasi atas perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia terkait penandatanganan Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia.

I.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dan mampu memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada semua pihak yakni :

1. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan berpikir dari ide-ide atau gagasan-gagasan yang dituangkan untuk diaplikasikan bagi bangsa dan negara serta kemampuan menulis melalui karya ilmiah.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memperkaya penelitian bidang sosial dan ilmu politik serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia khususnya dan secara umum kepada semua pihak.

I. 6. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti mengamati masalah yang akan diteliti. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.4 Menurut F. N. Karlinge, teori adalah suatu konsep atau konstruksi

yang berhubungan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu 4Masri Singarimbun dan Sofyan Efendy,Metode Penelitian Sosial Survei, Jakarta : Rajawali Pers, 1999, hal 112


(25)

pandangan yang sistematis dari fenomena.5 Setelah itu juga membahas tentang

konsep yang akan digunakan maka penulis juga mendefenisikan hal-hal yang terkait pada penelitian ini. Suatu konsep adalah abstraksi. Konsep adalah sepatah kata yang menyatakan kesamaan-kesamaan diantara peristiwa-peristiwa dan situasi lain.6

I. 6. 1 Teori Kebijakan Publik

Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002). Pada sudut pandang lain, Hakim (2003) mengemukakan bahwa Studi Kebijakan Publik mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian publik. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik.Kegagalan tersebut adalah information failures, complex side effects, motivation failures, rentseeking, second best theory, implementation failures

(Hakim, 2002).Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis operasional. Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja dari kebijakan publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang meliputi (a) Pembuatan kebijakan, (b) Pelaksanaan dan pengendalian, serta (c) Evaluasi kebijakan.

5Joko Sobagyo,Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, hal 20

6Komaruddin Sastradipoera,Mencari Makna dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Bandung : Kapppa Sigma,


(26)

Menurut William N. Dunn (1994), proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling tergantung, yaitu (a) penyusunan agenda, (b) formulasi kebijakan, (c) adopsi kebijakan, (d) implementasi kebijakan, dan (e) penilaian kebijakan. Proses formulasi kebijakan dapat dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut (Mustopadidjaja, 2002):7

1. Pengkajian Persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.

3. Perumusan Alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

4. Penyusunan Model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan yang dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model matematika, model fisik, model simbolik, dan lain-lain.

5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kriteria yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum, politik, teknis, administrasi, peranserta masyarakat, dan lain-lain.


(27)

6. Penilaian Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam pencapaian tujuan. 7. Perumusan Rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaian alternatif kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil-kecilnya.

James E. Anderson mengatakanPublic policies are those policies developed by governmental bodies and official (kebijakan negara adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikembangkan oleh badan dan pejabat-pejabat pemerintah). Menurut Anderson implikasi dari kebijakan negara tersebut adalah : Bahwa kebijakan negara itu selalu punya tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. Bahwa kebijakan itu berisi tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. Bahwa kebijakan itu adalah merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah. Bahwa kebijakan negara itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa tindakan pemerintah mengenai masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah dalam melakukan sesuatu.8 Anderson mengatakan ada elemen-elemen penting yang terkandung dalam kebijakan publik berdasarkan pengertian dan elemen yang terkandung dalam kebijakan tersebut, maka kebijakan publik dibuat adalah dalam kerangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan serta sasaran tertentu yang diinginkan, antara lain mencakup :

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.


(28)

3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.

4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

5. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).

Kebijakan publik adalah sebuah rangkaian yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan daripada aktor tersebut.Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Thomas R Dye mengatakan public policy is whatever governments choose to do or not to do

(bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan). Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan publik hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan sendiri. Kebijakan publik merupakan kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah harus mendapat perhatian sebaik-baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain, seperti misalnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak swasta. Kebijakan tersebut akan


(29)

dipengaruhi oleh aktor-aktor dan faktor-faktor bukan pemerintah, seperti misalnya kelompok-kelompok penekan maupun kelompok-kelompok kepentingan.

Graham Allison (1971) dalam Lele (1999) mengatakan, Kebijakan Publik merupakan hasil kompetisi dari berbagai entitas atau departemen yang ada dalam suatu negara dengan lembaga-lembaga pemerintahan sebagai aktor utamanya yang terikat oleh konteks, peran, kepentingan, dan kapasitas organisasionalnya. Alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya pemerintahlah yang dapat bebuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut. Fauzi Ismail, dkk dalam bukunya menyatakan bahwa kebijakan publik adalah bentuk menyatu dari ruh negara, dan kebijakan publik adalah bentuk konkret dari proses persentuhan negara dengan rakyatnya. Kebijakan publik yang transparan dan partisipatif akan menghasilkan pemerintahan yang baik. Paradigma kebijakan publik yang kaku dan tidak responsif akan menghasilkan wajah negara yang kaku dan tidak responsif. Demikian pula sebaliknya, paradigma kebijakan publik yang luwes dan responsif akan menghasilkan wajah negara yang luwes dan responsif pula.

Chief J. O Udoji (1981) mengatakan, Kebijakan Publik suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.Kebijakan Publik


(30)

badan-badan lainnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat.9

Berbagai definisi di atas termasuk dalam klasifikasi kebijakan sebagai intervensi pemerintah, karena ketika pemerintah memecahkan masalah ataupun ketika membuat suatu kebijakan publik pemerintah atau negara mengikutsertakan berbagai macam sumber daya ataupun instrumen yang berada di luar negara/pemerintah baik dari segi lingkungannya maupun sosio kulturnya.Sehingga dalam hal ini pemerintah bukanlah merupakan aktor yang tunggal yang dapat membuat kebijakan seenak hatinya saja melainkan harus melihat sekililingnya pula. Dengan demikian, teori kebijakan publik sangat penting dalam mengambil sikap untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi terutama dalam hal mencari solusi mengatasi permasalahan tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia, apakah pemerintah sudah mengambil kebijakan-kebijakan guna melindungi warganya yang berada dan bekerja di luar negeri ataukah belum karena dalam pelaksanaanya kebijakan luar negeri Indonesia agar dapat memanfaatkan berbagai tantangan dan peluang yang muncul dari perubahan lingkungan yang strategis secara optimal.

I. 6. 2. Teori Hubungan Internasional

Pemahaman tentang hubungan internasional memiliki ruang lingkup yang kompleks.Hubungan internasional dibentuk oleh hubungan antarnegara yang saling memiliki nilai-nilai berharga yang ingin diraih demi kehidupan warga negaranya, nilai-nilai tersebut adalah hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh warga negara seperti keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan dan kesejahteraan.10

9http://www.balitbangjatim.com/jurnal_mainIsi_detail.asp?id_jurnal=12&id_isi=13&hal=3


(31)

Teori adalah konsep-konsep yang saling berhubungan menurut aturan logika menjadi suatu bentuk pernyataan tertentu sehingga menjelaskan fenomena secara ilmiah.11Teori sebagai perangkat preposisi yang terintegrasi secara

sintaksis, yaitu mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar sehingga dapat diamati dan dapat berfungsi sebagai wahana untuk menjelaskan fenomena yang diamati.12Fenomena saling ketergantungan antarnegara dan saling keterkaitan

antarmasalah memang terlihat dalam interaksi hubungan internasional.Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama regional baik berlandaskan kedekatan geografis maupun fungsional yang semakin luas.Demikian pula, saling keterkaitan antarmasalah dapat dilihat dalam pembahasan topik-topik global pada agenda internasional yang cenderung membahas fenomena-fenomena yang terjadi seperti menyangkut masalah ekonomi, keamanan, budaya, HAM, tenaga kerja dan lain sebagainya.

Apa yang terjadi dalam dunia internasional dapat memberikan pengaruh bagi setiap warga negara di dunia dan hubungan internasional menjelaskan apa yang terjadi dan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan, bisa berakibat baik dan bisa juga berakibat fatal. Hal ini mengesahkan perlunya studi hubungan internsional karena asumsi dari studi ini adalah bahwa potensi bahaya itu bisa dikurangi dan kemungkinan untuk menciptakan perdamaian bisa ditingkatkan, asalkan umat manusia mau melakukan sesuatu demi tujuan itu.13

I. 6. 3. Organisasi Internasional

11Mokhtar Mas oed,Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar Universitas Studi Sosial

UGM, 1998, hal 61

12Glenn, E, Smellbecker dan Lexy J Meleong,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, hal 61 13Mokhtar Mas oed,Ilmu Hubungan Internasional disiplin dan Metodologi, Jakarta : LP3ES, 1990, hal 31


(32)

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa hubungan internasional tidak hanya mengkaji hubungan politik antarnegara, tetapi juga mengkaji organisasi-organisasi internasional.Organisasi adalah wadah yang terdiri dari unit-unit yang saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Menurut Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr, organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Dari defenisi tadi secara sederhana organisasi internasional mencakup adanya tiga unsur, yakni :14

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama. 2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala.

3. Adanya staf yang bekerja sebagai pegawai sipil internasional (international civil servant)

Sementara pendapat yang lain, T. May Rudi menjelaskan bahwa organisasi internasional adalah pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda. Dari


(33)

penjelasan T. May Rudi tadi dapat diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi internasional, yaitu :15

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara. 2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

3. Baik antara pemerintah dan non-pemerintah. 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap. 5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.

Lebih jauh lagi dalam hubungan internasional, seperti yang dikemukakan oleh Kratochwil dan Gerard Ruggie, apa yang disebut sebagai pemerintah internasional adalah apa yang dilakukan oleh organisasi internasional. Kemudian, ada beberapa peran aktual dan potensial dari organisasi internasional dalam pengungkapan yang lebih luas dari proses pemerintahan internasional. Perspektif ini dibagi dalam tiga wilayah, yaitu :16

1. Wilayah pertama, penekanan pada peran dari organisasi internasional dalam meresolusi inti permasalahan internasional. Seperti diplomasi prepentif dan penjaga perdamaian sebagai suatu peran dalam wilayah perdamaian dan keamanan, pengawasan penggunaan nuklir IAEA, memfasilitasi proses dekolonisasi dan masalah lainnya.

2. Wilayah kedua, perpekstif perubahan peran organisasi dari fokus pada solusi daripada masalah kepada konsekuensi kelembagaan jangka panjang tertentu dari suatu kegagalan untuk mengatasi substansi masalah melalui alat kelembagaan yang tersedia.

15Op. Cit, T. May Rudi, hal 3

16Kratocwil, Friedrich dan Edward D. Mansfield,International Organization A Reader, Harper Collins College Publishers


(34)

3. Wilayah ketiga, di dalam perspektif peran organisasi di mulai dengan sebuah kritik pada pengharapan transformasi dari teori integrasi dan kemanusiaan berubah fokus kepada perhatian yang lebih general dengan bagaimana institusi internasional merefleksikan dan sampai taraf tertentu memperbesar dan memodifikasi karakteristik tampilan dari sistem internasional. Disini, organisasi internasional dilihat sebagai pemberi legitimasi bersama yang potensial, kendaraan dalam politik internasional dalam agenda penyatuan, forum untuk membentuk koalisi antarpemerintah yang dikenal sebagai alat koordinasi kebijakan antarpemerintah.

Dengan demikian, organisasi internasional dibentuk oleh anggota-anggotanya sebagai wadah kerjasama untuk menyelesaikan permasalahan dan pencapaian tujuan bersama.Semua anggotanya berperan membesarkan, memajukan, dan menggerakkan jalannya suatu organisasi tersebut. Sebaliknya, organisasi dapat memberikan dan membantu kebutuhan mereka dengan meraih apa yang menjadi keinginkan sesuai kebutuhan tersebut seperti untuk kepentingan nasionalnya yaitu melalui dengan diplomasi yang baik antara kedua belah pihak negara dalam membahas persoalan yang menjadi permasalahan seperti ketenagakerjaan Indonesia yang berada di wilayah negara lain dan sebagainya.

I. 6. 4. Regionalisme

Snyder berpendapat bahwa region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu.Meskipun demikian, kedekatan geografis saja tidak cukup untuk menyatukan negara dalam satu kawasan. Hettne dan Soderbaun mengemukakan bahwa kedekatan geografis tersebut perlu didukung adanya kesamaan budaya,


(35)

keterikatan sosial dan sejarah yang sama. Dengan demikian, syarat terbentuknya satu kawasan dapat terpenuhi secara geografis dan struktural. Dengan logika ini, maka seharusnya semua kawasan di dunia dapat menjadi sekumpulan negara yang mendeklarasikan diri mereka sebagai satu kawasan yang sama. Namun pada kenyataannya, tidak semua kawasan memiliki intensitas interaksi dan kemajuan yang sama antara satu kawasan dengan yang lainnya.17Kesamaan budaya,

ekonomi, politik, ideologi, dan geografis dalam suatu wilayah diasumsikan dapat memunculkan organisasi yang lebih efektif. Organisasi regional telah siap untuk bekerjasama, dan pengalaman organisasi regional yang sukses akan mempengaruhi dan mendorong kearah integrasi yang lebih jauh. Regionalisasi dapat menghasilkan model masyarakat atau model negara. Bentuk regionalisasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria geografis, militer/politik, ekonomi, atau transaksional, bahasa, agama, kebudayaan, dan lain-lain.Tujuan utama dari organisasi regional adalah untuk menciptakan perjanjian perdamaian dan kerjasama lainnya yang terikat serta saling menguntungkan di berbagai aspek dan penguatan area saling ketergantungan pada negara-negara yang menjadi super power. Kawasan yang dapat memulai interaksi antarnegara di dalamnya, akan terus berkembang karena efek kerjasama spillovers hingga akhirnya tercipta integrasi kawasan. Hal ini berbeda dengan kawasan lain yang tidak memiliki kerjasama kawasan. Maka kawasan tersebut akan tertinggal dibandingkan dengan kawasan lain yang ikut dalam organisasi kesatuan.

Menurut M. Rajendran, kesatuan regional adalah : Regional integration or political refers primarily to the creation, by a number states of larger unit (community) at the international level, through peaceful and noncoercive means.


(36)

18Lebih jauh lagi, dia mengatakan bahwa kesatuan regional melibatkan kesatuan

di seluruh bidang dalam keikutsertaan suatu negara termasuk militer, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.19

Sementara itu, berdasar New Regional Theory , perkembangan regionalisme tergantung pada tiga hal, yakni : dukungan dari kekuatan besar di dalam kawasan (regional great power), tingkat interaksi antarnegara dalam kawasan, dan saling kepercayaan antarnegara dalam kawasan. Melalui teori ini, dapat dipahami bahwa mengapa satu kawasan lebih tertinggal dibanding yang lainnya adalah karena permasalahan, sumber daya alam dan sumber daya manusianya, kekuatan dan keinginan negara yang bersangkutan untuk membentuk satu kawasan.Bisa jadi suatu kawasan tidak tercipta integrasi karena memang integrasi tersebut tidak diinginkan dan diupayakan oleh para great powers.

Selain teori diatas, Hennet membagi tingkatan regionalism ke dalam lima tahapan yang meningkat secara gradual. Lima tahapan ini menunjukkan kematangan suatu kawasan seiring dengan meningkatnya intensitas hubungan internasional antarnegara di kawasan. Tahapan ini dapat menjawab pertanyaan mengapa satu kawasan dapat lebih maju dibandingkan dengan kawasan yang lain dan prasyaratan apa yang harus diupayakan agar tercipta integrasi kawasan yang lebih matang.

Tahapan tersebut adalah :20

a.Simple Geographic Unit of States

Kriteria :

18M. Rajendran,ASEAN Foreign Relations The Shift to Collective Action, Kuala Lumpur : Arena Buku sdn. Bhd, 1985.hal

5

19Ibid, hal 2


(37)

ï‚· Tidak ada kerjasama dan interaksi rutin antarnegara di dalam kawasan.

ï‚· Kerjasama terjadi hanya ketika ada ancaman dan kerjasama tersebut juga berakhir ketika ancaman sudah berakhir.

ï‚· Sangat bergantung pada sumber daya pribadi, yakni pada masing-masing negara.

b.Set of Social Interaction

Kriteria :

ï‚· Dalam kawasan sudah tercipta interaksi antarnegara namun hanya diatur norma-norma atau institusi informal.

c.Collective Defense Organization

Kriteria :

ï‚· Negara mulai bersekutu dengan negara lain yang memiliki pemikiran yang sama di dalam satu kawasan untuk melawan ancaman bersama atau musuh bersama.

ï‚· Ada perjanjian formal yang mengikat dan mengatur negara-negara dalam satu kawasan.

ï‚· Ada kombinasi kekuatan, meski bukan berupa penggabungan apalagi peleburan.

d.Security Community

Kriteria :

ï‚· Interaksi antarmasyarakat sipil dan antarnegara sudah mulai dikembangkan.


(38)

ï‚· Adaya kesepakatan untuk memilih menggunakan cara-cara damai untuk menyelesaikan masalah.

e.Region State

Kriteria :

ï‚· Kawasan sudah memiliki identitas bersama yang berbeda dari kawasan lain.

ï‚· Kawasan memiliki kapabilitas bersama sebagai satu kawasan.

ï‚· Kawasan memiliki legitimasi sebagai satu kawasan regional.

I. 6. 5. Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Kebijakan adalah tindakan yang direncanakan untuk mencapai suatu sasaran.Kebijakan luar negeri (foreign policy) suatu negara menunjukkan dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional.21Dalam hal ini harus dibedakan antara politik luar negeri sebagai

hal yang tunggal dan kebijakan luar negeri sebagai hal yang majemuk. Atau dapat dikatakan bahwa jika politik luar negeri itu lebih menekankan kepada interaksi karena mempertemukan minimal dua aktor yang saling berhubungan satu sama yang lain, sedangkan kebijakan luar negeri menekankan kepada aksi atau tindakan negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional.22

Dalam politik lingkungan internasional suatu negara tidak hanya memainkan satu peranan saja, melainkan dapat menjadi suatu pemimpin dalam sebuah gagasan dan menjadikan gagasan tersebut untuk kepentingan bersama.Setiap negara dituntut untuk dapat memainkan perannya secara tepat,

21Dahlan Nasution,Politik Internasional, Bandung : Penerbit Erlangga, 1991, hal 9


(39)

terkonsep dan terencana dalam upaya meningkatkan penampilan di arena politik internasional dan dalam pergaulan masyarakat internasional. Indonesia sebagai sebuah negara besar serta salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan sumber kekayaan alam yang sangat melimpah ruah memiliki kepentingan langsung dalam memberikan suatu gagasan di kawasan Asia Tenggara dalam pencapaian ASEAN community 2015 khususnya pada pilarASEAN Economic Community 2015 mengenai efektifitas implementasi perlindungan Tenaga Kerja Indonesia terkait Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia. Menentukan peran dan kebijakan yang harus dijalankan secara tepat menjadi kritikal dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Ketepatan memainkan kebijakan akan memungkinkan dan menjadikan Indonesia dapat mempertahankan prestasi dan berdampak pada citra baik dalam kawasan ASEAN juga dalam politik internasional sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dan dapat mengantisipasi tantangan-tantangan yang muncul. Seandainya tantangan tersebut muncul, maka dengan cepat dan tegas melalui koordinasi yang baik, tantangan tersebut dapat diatasi dengan solusi dan konsep yang bijaksana seperti permasalahan buruh atau tenaga kerja Indonesia.

Agar peran yang dijalankan dapat berjalan dengan baik maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimana mendapatkan cara atau peluang yang baik bagi Indonesia dalam efektifitas implementasi Declaration protection and promotion of the rigths of migrant worker dan menghindari tindakan tindakan yang merugikan tenaga kerja indonesia agar kondisi tenaga kerja Indonesia serta perlindungannya yang berada di Malaysia khususnya dapat menjalankan


(40)

aktifitasnya sebagai tenaga kerja yang terlindungi untuk membawa pencitraan yang baik bagi kepentingan nasionalnya, ASEAN, maupun secara global agar setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia dapat menguntungkan bagi kepentingan bangsanya dengan mencari peluang positif dari kerjasama pada tenaga kerja Indonesia di Malaysia dapat diterima serta diputuskan dalam suatu pertemuan yang mengacu pada perbaikan, kesejahteraan dan kedamaian bersama, yang telah ditandatangani. Oleh karena itu, peran pemerintah Indonesia harus terus ditingkatkan dengan cara menjajaki dan mengikuti setiap perkembangan para tenaga migran yang berada di Malaysia, jika terjadi suatu tindah yang merugikan TKI dengan segera dapat mengambil kebijakan dan solusi yang mengarah pada perlindungan dan hak-haka para buruh migran tersebut. Selanjutnya dapat memutuskan serta membangun gagasan-gagasan yang menguntungkan kedua negara demi kelangsungan hubungan bilateral kedua negara yang solid. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara tukar-menukar informasi, membuat pertemuan khusus, atau bahkan dapat membentuk tim ahli khusus agar kerjasama yang dilakukan lebih cepat, tepat, dan terarah agar peluang yang ingin diraih lebih cepat dan mudah ditangani.

I. 6. 6. Integrasi Ekonomi

Istilah integrasi dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam konteks organisasi dalam suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup (Jovanovic, 2006).Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara vertikal maupun horizontal.Kemudian, istilah integrasi ekonomi dalam konteks negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa negara dalam satu kesatuan, diawali dengan


(41)

kemunculan teori Custom Union (CU) oleh Viner.23 Dalam integrasi ekonomi

terdapat berbagai konsep penting lain yang berguna untuk memahami proses integrasi tersebut, khususnya integrasi ekonomi regional. Berbagai pertanyaan dimunculkan sehubungan dengan integrasi ekonomi regional antara lain bagaimana proses integrasi tersebut dijalankan dan sejauh mana kaitannya dengan proses integrasi yang lebih luas. Selain hal tersebut, sebagai konsep yang kompleks, integrasi ekonomi juga tidak terbatas pada aspek ekonomi tetapi juga aspek politik.

Integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak 1999-an. Hal ini dengan meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi bersamaan dengan meningkatnya jumlah negara yang menjadi bagian dari kesepakatan tersebut. Meskipun beberapa kesepakatan integrasi tersebut terwujud antara lain karena pertimbangan politik, namun tidak dapat diduga bahwa kepentingan ekonomi telah menjadi penggerak utama lahirnya berbagai kesepakatan integrasi ekonomi (economic integration agreements-EIAs). Integrasi ekonomi dilakukan dalam berbagai tingkatan, dari tingkat multilateral, regional, inter-regional, plurilateral maupun bilateral. Proses integrasi ekonomi dilandasi konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari proses tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya atau resiko yang mungkin dihadapi apabila tidak terlibat dalam proses tersebut. Menyadari hal tersebut, banyak pengambil kebijakan mencoba untuk menempuh kebijakan liberalisasi perdagangan atau mencapai kesepakatan integrasi ekonomi dengan negara lain. Kebijakan liberalisasi maupun kesepakatan

23Syamsul Arifin, dkk,Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global,


(42)

integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan dalam rangka meningkatkan kemakmuran. Didasari oleh keyakinan tersebut, sekaligus untuk memperkuat daya saing kawasan dalam menghadapi kompetisi global dan regional, negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam forum ASEAN telah menyepakati untuk meningkatkan proses integrasi di antara mereka melalui pembentukan AEC 2015. Kepentingan dan pengaruh integrasi ekonomi terhadap peningkatan kemakmuran telah dipahami banyak pihak. Sejalan dengan proses globalisasi, isu integrasi ekonomi telah menjadi elemen penting dan tidak terhindarkan dalam proses pengambil kebijakan baik pada tingkat nasional maupun internasional.24

ASEAN menempatkan integrasi ekonomi pada prioritas pertama sebagai arah kebijakan baru menuju 2015.Dasar pijakannya yaitu, strategi pembangunan ekonomi berupa peningkatan kerjasama khususnya di bidang ekonomi dengan mengutamakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketahan regional. Untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing, ASEAN sepakat maju bersama menuju integrasi ekonomi, mempersempit kesenjangan tingkat perkembangan ekonomi di tiap negara anggota, menjamin pelaksanaan sistem perdagangan multilateral secara jujur dan terbuka, dan meningkatkan daya saing produk ASEAN memasuki pasar bebas dunia.

Kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi juga harus diwujudkan melalui pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang, jasa atau tenaga kerja, dan investasi.Pembangunan ekonomi yang seimbang dilakukan dengan mengurangi tingkat kesenjangan sosial, ekonomi dan kemiskinan di tiap negara anggota. Untuk mewujudkan semua itu, ASEAN telah


(43)

melakukan serangkaian program kerjasama di berbagai bidang seperti pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah, pengembangan teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan keamanan lingkungan, peningkatan keamanan pangan, dan peningkatan daya saing hasil hutan dan pertanian serta tenaga kerja atau buruh migran.

I. 6. 7. Kepentingan Nasional

Masalah hubungan internasional dan politik internasional merupakan suatu masalah yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan dari konsep kepentingan nasional.Kepentingan nasional selalu diperjuangkan setiap bangsa atau negara dalam rangka ketertiban nasional.Kepentingan nasional memberikan ukuran konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional.Pembentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama meskipun masih bersifat abstrak dalam merumuskan suatu kebijakan ataupun politik luar negeri.25Kalkulasi tentang

kepentingan nasional merupakan kunci menuju sistem hubungan internasional. Menurut Frankel, hakikat kepentingan nasional sebagai keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa (Dr. Budiono, 35).

Kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara dan kepentingan nasional dapat dipakai secara operasional pada peran, kebijaksanaan maupun perencanaan yang dituju.26Pada hakikatnya, kepentingan nasional Indonesia

adalah menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945).Oleh karena itu, tegaknya NKRI yang memiliki wilayah yuridiksi nasional dari Sabang sampai Marauke sangat perlu

25Mokhtar Mas oed,Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Studi Sosial

UGM, 1998, hal 7


(44)

untuk dipelihara. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kepentingan nasional tersebut diaktualisasikan salah satunya dengan pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif. Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional khususnya kawasan Asia Tenggara tidak terlepas dari permasalahan ekonomi, keamanan, dan budaya sebagai suatu konsep yang strategis untuk dibicarakan baik dalam tataran komunitas ASEAN tersebut maupun tataran global yang memberikan peluang serta tantangan dan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan tersebut.

Dalam rangka menghadapi tataran regional yang semakin berubah dengan cepat, semakin disadari perlunya untuk mengembangkan kelenturan dalam meningkatkan kerjasama dalam kawasan regional khususnya ASEAN agar dapat memanfaatkan berbagai peluang-peluang dan tantangan-tantangan yang muncul dari permasalahan yang telah disepakati dari pilar AEC dalam mengimplementasikan efektifitas deklarasiprotection and promotion of the rigths of migrant workers pencapaian kawasan ASEAN 2015. Hal yang paling penting dan dianggap sebagai tolak ukur adalah bahwa pelaksanaan hubungan dan politik luar negeri Republik Indonesia yang bebas dan aktif, harus diabadikan kepada kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan dari segala bidang. Kepenting-kepentingan nasional merupakan motif dan motor penggerak bagi perjuangan rakyat Indonesia untuk dapat mewujudkan cita-cita leluhurnya,


(45)

yaitu terbentuknya suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, serta dapat melaksanakan tujuan nasionalnya, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, terdapatnya kesejahteraan rakyat yang rata dan maju serta tercapainya kehidupan bangsa yang cerdas. Dengan demikian, teori kepentingan nasional juga akan mempengaruhi sikap politik luar negeri suatu negara.

Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di kawasan ASEAN khususnya dan pada umumnya di dunia internasional dilaksanakan melalui diplomasi.Diplomasi ini mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman, dan damai, adil, demokratis dan sejahtera. Kepentingan nasional Indonesia dapat diterjemahkan dengan Sapta Dharma Caraka , yaitu : (1) Memelihara dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia, (2) Membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerjasama pembangunan, (3) Memperkuat hubungan kerjasama bilateral, regional, dan internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme.

Selain itu, dalam pencapaian tujuan kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh keterkaitan antara konsep kepentingan nasional yang menjadi acuan perumusan tujuan kebijakan luar negeri, peluang dan tantangan atau kendala yang ada dilingkungan eksternal dan internal dapat terselesaikan dengan jalan mencari solusi yang positif demi kesejahteraan masyarakatnya, serta


(46)

kapabilitas nasional untuk mewujudkan pencapaian tujuan tersebut. Gambar I. 1.di bawah ini menjelaskan keterkaitan konsep-konsep tersebut.27

Gambar I. 1. Keterkaitan kepentingan nasional, peluang, kendala, ancaman dan kapabilitas nasional

I. 7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kepustakaan (library research) yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet, literatur laporan bentuk yang terkait, dan lain sebagainya.

I. 8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis kualitatif.Dalam penelitian kualitatif, para peneliti tidak mencari kebenaran dan moralitas, tetapi lebih kepada upaya mencari pemahaman

27Paul R. Voitti,International Relation, The Relations Theory : Realism, Pluralism, Globalism, 1997

Kepentingan

Tujuan Kebijakan Luar Negeri

Kepentingan Kepentingan


(47)

(understanding).28Dalam kerangka penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan

data hendaknya peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri.Temuan lapangan hendaknya dikemukakan dengan berpegang pada prinsip emik dalam memahami realitas.Penulis hendaknya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif.29

I. 9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : DESKRIPSI ASEAN COMMUNITY 2015, ASEAN ECONOMI COMMUNITY 2015 DAN PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS

Bab ini membahas tentang gambaran ASEAN Community 2015, ASEAN Economic Community 2015 serta deklarasi Protection and Promotion of the Rights of Migrant WorkersTerhadap Tenaga Kerja Indonesia Yang Berada di Malaysia.

BAB III : ANALISA EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI

Bab ini akan membahas tentang analisis efektifitas implementasi dari

Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers

Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia dengan Malaysia terkait kondisi dan perlindungan serta hak-hak Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

28Lexi Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Karya, 1990, hal 108 29Burhan Bungin,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2001, hal 27


(48)

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran dari penelitian studi pustaka yang dilakukan.

BAB II

DESKRIPSIASEAN COMMUNITY 2015,ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015DANDECLARATION PROTECTION AND

PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS

II. 1.ASEAN Community 2015

Deklarasi ASEAN alias deklarasi Bangkok adalah ASEAN adalah penjelmaan kehendak bersama bangsa-bangsa Asia Tenggara untuk saling menjalin persahabatan dan kerjasama melalui usaha dan perjuangan bersama, serta dengan penuh hikmat bertekad menghantarkan seluruh bangsa Asia Tenggara menuju kedamaian, kebebasan, dan kemakmuran . (Deklarasi ASEAN, Bangkok, 08 Agustus 1967)berisi kesepakatan dan tekad bersama negara anggota untuk membuat Asia Tenggara menjadi kawasan terpadu. Di dalamnya dinyatakan maksud dan tujuan-tujuan perhimpunan ini antara lain : (1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial, dan pembangunan budaya di kawasan Asia Tenggara melalui kerjasama di berbagai bidang dalam semangat kebersamaan dan kemitraan demi mewujudkan kemasyarakatan Asia Tenggara yang damai dan sejahtera. (2) Memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan melalui sikap saling menghormati sistem peradilan dan peraturan


(49)

perundang-undangan yang berlaku di tiap negara anggota sesuai dengan asas-asas Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).30

Dalam deklarasi itu tegas dinyatakan bahwa ASEAN membuka diri sepenuhnya bagi semua warga negara di Asia Tenggara yang ingin turut serta menggalang kerjasama sesuai dengan maksud dan tujuan ASEAN. Juga ditegaskan, ASEAN adalah penjelmaan tekad bersama bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam jalinan kerjasama yang tulus dan bersahabat melalui usaha dan perjuangan bersama untuk menghantarkan seluruh bangsa Asia Tenggara menuju kedamaian, kebebasan, dan kemakmuran.

Maksud dan tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah :

a. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai.

b. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa.

c. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.


(50)

d. Untuk saling memberi bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi.

e. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka.

f. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara.

g. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka sendiri.

Dengan demikian, tanpa ragu-ragu dapat disimpulkan bahwa tujuan/sasaran ASEAN yang utama adalah perdamaian dan stabilitas regional (tujuan/sasaran jangka panjang) yang ingin dicapai lewat usaha mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara melalui usaha bersama (tujuan/sasaran jangka pendek) .31 Keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti dalam deklarsi ASEAN dan semua traktat atau persetujuan yang telah dibuat ASEAN.32Sebagai himpunan bangsa sebenua, tiap

negara anggota merasakan pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara dari

31M. Sabir,ASEAN Harapan dan Kenyataan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, hal 44 32Direktorat Kerjasama ASEAN,ASEAN Selayang Pandang, 2007, hal 8


(51)

masing-masing rakyatnya, sehingga diperlukan identitas regional berdasarkan ikatan sejarah dan warisan budaya bangsa.ASEAN adalah komunitas terbuka yang konsisten dengan jati dirinya. Setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati hasil-hasil pembangunan seutuhnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, bahasa, atau latar belakang sosial budaya.

Di belakang sosial, ASEAN memberi perhatian penuh pada masalah-masalah mendasar kemanusiaan seperti buruh/tenaga kerja, kelaparan, kekurangan gizi, dan kemiskinan. Penyejahteraan keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, khusus diarahkan bagi kepentingan anak-anak, pemuda, wanita, dan kaum lanjut usia. Perhatian khusus juga diberikan kepada kaum papa, penyandang cacat, dan masyarakat tersisih sebagai wujud nyata pelaksanaan amanat keadilan sosial dan pemberdayaan umat manusia.Sebagai sebuah organisasi regional yang terbuka, ASEAN memainkan peran penting di arena internasional dengan selalu mengedepankan kepentingan bersama. Hubungan kerjasama ASEAN dengan semua pihak berdasarkan kemitraan dan kesetaraan, serta sikap saling menghormati adalah ciri-ciri ASEAN dalam menentukan langkah-langkah kebijakan.Demi mengangkat harkat dan kualitas hidup manusia Asia Tenggara dan demi kemajuan dan pembangunan kawasan diperlukan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang memadai, sebagai strategi pembangunan yang paling mendasar. Untuk itu, ASEAN memberi perhatian khusus terutama pada tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia.

Kerjasama internasional adalah elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan dan politik luar negeri Indonesia. Melalui kerjasama-kerjasama internasional, Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk menunjang


(52)

dan melaksanakan pembangunan nasionalnya. Kerjasama ASEAN memegang peran penting dalam pelaksanaan kerjasama internasional Indonesia karena ASEAN merupakan lingkaran konsentris pertama kawasan terdekat Indonesia dan pilar utama pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. ASEAN lebih berusia 42 tahun. Selama itu, telah banyak capaian-capaian yang telah diraih ASEAN dan sumbangsih yang diberikan ASEAN bagi negara-negara anggotanya. Salah satu capaian dan sumbangsih terpenting dari ASEAN adalah terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan merupakan hal utama sehingga program pembangunan Indonesia dapat terus dilaksanakan. Reputasi ASEAN yang dicapai selama 42 tahun adalah sebagai modal dasar dan kuat dalam menghadapi tantangan kerjasama di masa mendatang. Terlepas dari segala kekurangannya, telah memperlihatkan peran penting dalam menjamin stabilitas kawasan. Kini, dalam perkembangan dan kenyataannya, kebutuhan untuk meningkatkan peran ASEAN justru bertambah yang sebelumnya secara ideologis sering dianggap bersebrangan atau berselisih paham sekarang menjadi bagian integral ASEAN.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN terus mengalami peningkatan. Secara khusus, ASEAN telah membantu Indonesia dalam penanganan bencana Tsunami di Aceh, gempa bumi yang terjadi diberbagai wilayah Indonesia, proses perdamaian di Aceh, penanggulangan kebakaran hutan dan lain-lain. Selama lebih empat dekade keberadaannya, ASEAN telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan positif dan signifikan yang mengarah pada pendewasaan ASEAN.


(53)

Maka dengan keberhasilan kerjasama ASEAN inilah menuju tahapan baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan dengan telah dibentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community) pada tahun 2015. Hal ini diperkuat dengan akan disahkannya piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang secara khusus akan menjadi landasan hukum dan landasan jati diri ASEAN ke depannya. Pembentukan komunitas ASEAN diawali dengan komitmen para pemimpin ASEAN dengan ditandatanganinya ASEAN Vision 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai suatu satuan komunitas yang berpandangan maju ke depan, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan dalam pembangunan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Tekad untuk membentuk komunitas ASEAN kemudian dipertegas lagi pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 dengan ditandatanganinya ASEAN Concord II. ASEAN Concord II

menegaskan bahwa ASEAN akan menjadi sebuah komunitas yang aman, damai, stabil, dan sejahtera pada tahun 2020. Komitmen untuk mewujudkan komunitas ASEAN dipercepat dari tahun 2020 menjadi tahun 2015 dengan ditandatanganinya Cebu Declaration on the Acceleration ofthe Establishment of an ASEAN Community by 2015 , pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina pada Januari 2007. Tujuan dari pembentukan komunitas ASEAN adalah untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal.33Negara-negara ASEAN

33K. J. Holski,International Politic : A Frame for Analysis, New Jersey : Prentice, hal inc 1995, Terjemehan Wawan


(54)

menyadari perlunya meningkatkan kekompakan, kohesivitas dan efektifitas kerjasama. ASEAN bertekad, pada 2015, kawasan Asia Tenggara harus menjadi suatu kawasan ekonomi yang kuat dan maju dan bebas serta bersih dari segala bentuk penggunaan, peredaran, dan pembuatan obat-obat terlarang.Berbagai tindak kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia seperti kekerasan terhadap tenaga kerja, perdagangan wanita dan anak-anak serta berbagai bentuk kejahatan lintas negara tidak boleh terjadi lagi.

Namun demikian, masih banyak tantangan yang dihadapi ASEAN. ASEAN harus dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan perkembangan pesat politik, tenaga kerja, keamanan, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan pengetahuan serta bidang-bidang lainnya. ASEAN juga menyadari pentingnya lebih melibatkan masyarakat ASEAN sehingga tumbuh rasa memiliki (we feeling) terhadap ASEAN. ASEAN harus memfokuskan dirinya untuk dapat menjalin kerjasama-kerjasama yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat ASEAN. Dengan demikian, diharapkan ASEAN tidak lagi menjadi forum kerjasama para pejabat pemerintah negara-negara ASEAN atau kalangan elit tertentu, namun dapat menjadi milik seluruh masyarakat ASEAN ( people-centered organization). Hal-hal tersebut merupakan tantangan yang membutuhkan tanggapan tepat dan cepat dan tentunya tidak mudah untuk dilaksanakan.

Pembentukan komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu, juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak kepada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ASEAN yaitu saling


(1)

ACKNOWLEDGING the legitimate concerns of the receiving and sending states over migrant workers, as well as the need to adopt appropriate and comprehensive migration policies on migrant workers;

ACKNOWLEDGING also the need to address cases of abuse and violence against migrant workers whenever such cases occur;

REITERATING that ASEAN should make further progress as a cohesive and caring society committed to enhancing the quality of life and well being of its people, especially those in the vulnerable and disadvantaged sectors;

HEREBY DECLARE AS FOLLOWS: GENERAL PRINCIPLES

1. Both the receiving states and sending states shall strengthen the political, economic and social pillars of the ASEAN Community by promoting the full potential and dignity of migrant workers in a climate of freedom, equity, and stability in accordance with the laws, regulations, and policies of respective ASEAN Member Countries;

2. The receiving states and the sending states shall, for humanitarian reasons, closely cooperate to resolve the cases of migrant workers who, through no fault of their own, have subsequently become undocumented;

3. The receiving states and the sending states shall take into account the fundamental rights and dignity of migrant workers and family members already residing with them without undermining the application by the receiving states of their laws, regulations and policies; and


(2)

OBLIGATIONS OF RECEIVING STATES

Pursuant to the prevailing laws, regulations and policies of the respective receiving states, the receiving states will:

5. Intensify efforts to protect the fundamental human rights, promote the welfare and uphold human dignity of migrant workers;

6. Work towards the achievement of harmony and tolerance between receiving states and migrant workers;

7. Facilitate access to resources and remedies through information, training and education, access to justice, and social welfare services as appropriate and in accordance with the legislation of the receiving state, provided that they fulfill the requirements under applicable laws, regulations and policies of the said state, bilateral agreements and multilateral treaties;

8. Promote fair and appropriate employment protection, payment of wages, and adequate access to decent working and living conditions for migrant workers; 9. Provide migrant workers, who may be victims of discrimination, abuse,

exploitation, violence, with adequate access to the legal and judicial system of the receiving states; and

10. Facilitate the exercise of consular functions to consular or diplomatic authorities of states of origin when a migrant worker is arrested or committed to prison or custody or detained in any other manner, under the laws and regulations of the receiving state and in accordance with the Vienna Convention on Consular Relations.


(3)

Pursuant to the prevailing laws, regulations and policies of the respective sending states, the sending states will:

11. Enhance measures related to the promotion and protection of the rights of migrant workers;

12. Ensure access to employment and livelihood opportunities for their citizens as sustainable alternatives to migration of workers;

13. Set up policies and procedures to facilitate aspects of migration of workers, including recruitment, preparation for deployment overseas and protection of the migrant workers when abroad as well as repatriation and reintegration to the countries of origin; and

14. Establish and promote legal practices to regulate recruitment of migrant workers and adopt mechanisms to eliminate recruitment malpractices through legal and valid contracts, regulation and accreditation of recruitment agencies and employers, and blacklisting of negligent/unlawful agencies.

COMMITMENTS BY ASEAN

For purposes of protecting and promoting the rights of migrant workers, ASEAN Member Countries in accordance with national laws, regulations and policies, will:

15. Promote decent, humane, productive, dignified and remunerative employment for migrant workers;

16. Establish and implement human resource development programmes and reintegration programmes for migrant workers in their countries of origin;


(4)

17. Take concrete measures to prevent or curb the smuggling and trafficking in persons by, among others, introducing stiffer penalties for those who are involved in these activities;

18. Facilitate data-sharing on matters related to migrant workers, for the purpose of enhancing policies and programmes concerning migrant workers in both sending and receiving states;

19. Promote capacity building by sharing of information, best practices as well as opportunities and challenges encountered by ASEAN Member Countries in relation to protection and promotion of migrant workers rights and welfare; 20. Extend assistance to migrant workers of ASEAN Member Countries who are

caught in conflict or crisis situations outside ASEAN in the event of need and based on the capacities and resources of the Embassies and Consular Offices of the relevant ASEAN Member Countries, based on bilateral consultations and arrangements;

21. Encourage international organisations, ASEAN dialogue partners and other countries to respect the principles and extend support and assistance to the implementation of the measures contained in this Declaration; and

22. Task the relevant ASEAN bodies to follow up on the Declaration and to develop an ASEAN instrument on the protection and promotion of the rights of migrant workers, consistent with ASEAN s vision of a caring and sharing Community, and direct the Secretary-General of ASEAN to submit annually a report on the progress of the implementation of the Declaration to the Summit through the ASEAN Ministerial Meeting.


(5)

DONE at Cebu, Philippines, this Thirteenth Day of January in the Year Two Thousand and Seven, in a single original copy in the English Language.

For Brunei Darussalam: HAJI HASSANAL BOLKIAH

Sultan of Brunei Darussalam For the Kingdom of Cambodia:

SAMDECH HUN SEN Prime Minister

For the Republic of Indonesia: DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

President

For the Lao People s Democratic Republic: BOUASONE BOUPHAVANH

Prime Minister For Malaysia:

DATO SERI ABDULLAH AHMAD BADAWI Prime Minister

For the Union of Myanmar: GENERAL SOE WIN

Prime Minister

For the Republic of the Philippines: GLORIA MACAPAGAL-ARROYO


(6)

For the Republic of Singapore: LEE HSIEN LOONG

Prime Minister

For the Kingdom of Thailand:

GENERAL SURAYUD CHULANONT (RET.) Prime Minister

For the Socialist Republic of Viet Nam: NGUYEN TAN DUNG