Kadar Timbal dalam Bayam

4.2.2 Kadar Timbal dalam Bayam

Penentuan kadar timbal dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi timbal dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi larutan standar. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Hasil penentuan kadar timbal dalam bayam dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Timbal dalam Bayam No. Sampel Kadar mcgg Berdasarkan berat basah Berdasarkan berat kering 1. 2. 3. 4. 5. 6. AX AY BX BY CX CY 0,4257 ± 0,0364 0,5568 ± 0,0285 0,7350 ± 0,0256 0,7569 ± 0,0320 0,5499 ± 0,0147 0,6108 ± 0,0204 4,3008 ± 0,3680 5,6243 ± 0,3101 6,6039 ± 0,2309 6,8005 ± 0,2874 5,5156 ± 0,1471 6,1257 ± 0,2043 Catatan: kadar tersebut merupakan kadar rata-rata dari 6 kali replikasi Keterangan : AX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen pertama BX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen pertama CX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen pertama AY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen kedua BY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen kedua CY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen kedua Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua sampel telah tercemar timbal. Jika dilihat berdasarkan berat basahnya, kadar rata-rata timbal dalam bayam masih berada di bawah jumlah maksimum cemaran logam dalam makanan menurut Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725BSKVII1989, yaitu 2 ppm. Dengan demikian bayam yang ditanam di lokasi tersebut aman untuk dikonsumsi. Kemudian dilakukan uji beda nilai rata-rata kadar timbal dalam bayam berdasarkan perbedaan lokasi panen dan kadar timbal dalam bayam berdasarkan perbedaan masa panen. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10. Kadar timbal dalam bayam berdasarkan perbedaan lokasi panen dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar timbal dalam bayam berdasarkan perbedaan masa panen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Kadar Timbal dalam Bayam Berdasarkan Perbedaan Lokasi Panen No. Sampel Kadar Berdasarkan Berat Basah mcgg Kadar rata-rata mcgg 1. AX 0,4257 0,4912 2. AY 0,5568 3. BX 0,7350 0,7459 4. BY 0,7569 5. CX 0,5499 0,5803 6. CY 0,6108 Keterangan : AX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen pertama BX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen pertama CX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen pertama AY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen kedua BY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen kedua CY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen kedua Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari kadar rata-rata timbal dalam bayam yang dipanen di lokasi yang berbeda. Dari tabel di atas juga dapat dilihat kadar timbal tertinggi terdapat dalam bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri 0,7459 mcgg diikuti oleh bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya 0,5803 mcgg dan bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya 0,4912 mcgg. Tabel 5. Kadar Timbal dalam Bayam Berdasarkan Perbedaan Masa Panen No. Sampel Kadar Berdasarkan Berat Basah mcgg Signifikansi 1. AX 0,4257 a 2. AY 0,5568 b 3. BX 0,7350 a 4. BY 0,7569 a 5. CX 0,5499 a 6. CY 0,6108 b Keterangan : AX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen pertama BX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen pertama CX = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen pertama AY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 200 m dari jalan raya, masa panen kedua BY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri, masa panen kedua CY = Bayam yang dipanen di lokasi yang berjarak ± 10 m dari jalan raya, masa panen kedua Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kadar rata-rata timbal dalam bayam yang dipanen di lokasi yang Universitas Sumatera Utara sama antara panen pertama dan kedua, kecuali pada lokasi yang berjarak ± 700 m dari kawasan industri. Perbedaan kadar timbal pada lokasi dan masa panen yang berbeda selain dipengaruhi oleh jarak terhadap sumber polutan juga dipengaruhi oleh kepadatan lalu lintas serta arah dan kecepatan angin. Menurut Adamson 1980 dalam Darmono 2001, kandungan Pb dalam rumput di daerah industri peleburan logam, disamping bergantung pada jarak dari pabrik juga sangat bergantung pada arah angin yang selalu bertiup. Menurut Chandra 2006, kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain. Angin yang membawa polutan akan memaparkan logam berat pada daun- daun sehingga logam berat tersebut akan melekat pada permukaan daun atau masuk melalui stomata dan berikatan dengan kloroplast. Menurut Nugroho 2005, daun merupakan organ tumbuhan yang peka terhadap pencemar karena paling sering dan mudah terpapar oleh sumber pencemar udara. Menurut Siregar 2005, pencemaran timbal dalam tanaman terjadi karena timbal melekat pada permukaan daun atau masuk melalui stomata dan berikatan dengan kloroplast.

4.3 Uji Perolehan Kembali