undang-undang ini atau peraturan pelaksanaanya, menteri dapat melakukan tindakan berupa pemberian peringatan, pembatasan kegiatan usaha, atau
pencabutan izin usaha,
24
namun tetap memiliki tahapan yang berstruktur dengan tahapan pelaksanaan yang utama yaitu pemberian peringatan, yang kedua
pembatasan kegiatan usaha dan yang terakhir adalah pencabutan izin usaha,
25
oleh sebab itu sebab itulah sebelum sampai pada tahapan akhir, menteri dapat
memerintahkan perusahaan yang bersangkutan untuk menyusun rencana dalam rangka mengatasi penyebab dari pembatasan kegiatan usahanya,
26
dan pada akhirnya pencabutan izin usaha tersebut akan diumumkan oleh menteri dalam
surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran luas.
27
B. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999
Pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka
barang danatau jasa yang, memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan
kepastian atas barang danatau jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.
Konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian
untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungjawab. Perlindungan
konsumen semakin banyak dibicarakan, hal ini disebabkan selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas sehingga masalah
perlindungan konsumen perlu diperhatikan.
24
Ibid, Pasal 17 ayat 1
25
Ibid , Pasal 17 ayat 2
26
Ibid , Pasal 18 ayat 1
27
Ibid , Pasal 18 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga
mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Berbicara tentang hukum perlindungan konsumen maka kita harus pula membicarakan tentang
UUPK. UUPK lahir sebagai jawaban atas pembangunan dan perkembangan perekonomian dewasa ini. Konsumen sebagai motor penggerak dalam
perekonomian kerap kali berada dalam posisi lemah atau tidak seimbang bila dibandingkan dengan pelaku usaha dan hanya menjadi alat dalam aktivitas bisnis
untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha. Ketentuan yang menyatakan bahwa semua undang-undang yang ada dan
berkaitan dengan perlindungan konsumen tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau telah diatur khusus oleh undang-undang sehingga haruslah
dipelajari juga peraturan perundang-undangan tentang konsumen danatau perlindungan konsumen ini dalam kaidah-kaidah hukum peraturan perundang-
undangan umum yang mungkin atau dapat mengatur danatau melindungi hubungan danatau masalah konsumen dengen penyedia barang dan jasa. Sebagai
akibat dari penggunaan peraturan perundang-undangan umum ini, dengan sendirinya berlaku pula asas-asas hukum yang terkandung di dalamnya pada
berbagai pengaturan danatau perlindungan konsumen tersebut yang menyebabkan di antara asas hukum tersebut tidak cocok untuk memenuhi fungsi pengaturan
danatau perlindungan pada konsumen, tanpa setidak-tidaknya dilengkapidiadakan pembatasan berlakunya asas-asas hukum tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pembatasan dimaksudkan dengan tujuan “menyeimbangkan kedudukan” di antara para pihak pelaku usaha danatau konsumen bersangkutan.
28
Hukum perlindungan konsumen dirancang dengan asas dan tujuan yang jelas, bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum,
29
yang mana perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 lima asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
30
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan 2.
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil 3.
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha , dan pemerintah dalam arti materiil dan
spiritual 4.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan
28
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Diadit Media, 2001, hlm. 30.
29
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Perusahaan Perasuransian, Pasal 2
30
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Raja Grafindo Persada,2011 hlm. 25.
Universitas Sumatera Utara
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum
Hukum ekonomi mempersoalkan hubungan antara hukum dan kegiatan- kegiatan ekonomi, maka asas lain yang juga patut mendapat perhatian adalah
asas-asas yang berlaku dalam aspek kegiatan ekonomi tersebut. Dalam kegiatan ekonomi yang sangat terkenal yaitu upaya mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Berangkat dari hal ini, maka dalam hukum ekonomi juga berlaku asas “maksimalisasi” dan asas “efisiensi”. Melalui
asas ini suatu aturan yang hendak diambilditerapkan harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih menguntungkan secara maksimal bagi semua pihak demikian
pula harus menghindari suatu prosedur yang panjang dalam rangka efisiensi waktu, biaya dan tenaga.
31
Sedangkan dalam tujuannya, perlindungan konsumen memiliki tujuan- tujuan yang telah dirancang sebaik mungkin, yaitu:
32
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri 2.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen
31
Ibid, hlm. 31.
32
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 3
Universitas Sumatera Utara
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha
6. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen
Dalam esensialnya dapat diambil bahwa alasan yang dapat dikemukakan untuk menerbitkan peraturan perundang-undangan secara khusus mengatur dan
melindungi kepentingan konsumen dapat disebutkan sebagai berikut:
33
1. Konsumen memerlukan pengaturan tersendiri, karena dalam suatu hubungan
hukum dengan penjual, konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk kepentingan diri sendiri dan tidak untuk diproduksi ataupun diperdagangkan
2. Konsumen memerlukan sarana atau secara hukum tersendiri sebagai upaya
guna melindungi atau memperoleh haknya. Di samping UUPK, hukum konsumen ditemukan di dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebelumnya, telah diuraikan bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen berlaku setahun sejak disahkannya
tanggal 20 April 2000 dan ditambah dengan ketentuan Pasal 64 Ketentuan Peralihan undang-undang ini, berarti untuk membela kepentingan konsumen,
33
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
masih harus dipelajari semua peraturan perundang-undangan umum yang berlaku. Tetapi peraturan perundang-undangan ini tidak khusus diterbitkan untuk
konsumen atau perlindungan konsumen, setidak-tidaknya ia merupakan sumber juga dari hukum konsumen danatau hukum perlindungan konsumen. Beberapa
diantaranya adalah:
34
1. Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR
Hukum Konsumen, terutama Hukum Perlindungan Konsumen mendapatkan landasan hukumnya pada Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan , Alinea
ke-4 berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia”. Landasan
hukum lainnya terdapat pada Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945. Ketentuan tersebut berbunyi: Tiap warga Negara berhak atas
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, yang mana penjelasan autentik Pasal 27 ayat 2 ini berbunyi “Telah jelas, pasal-pasal ini mengenal hak-hak
warga negara.” dan salah satu yang menarik dari TAP-MPR 1993 ini adalah disusunya dalam satu napas, dalam satu baris kalimat, tentang kaitan produsen
dan konsumen. Susunan kalimat tersebut berbunyi : “......meningkatkan pendapatan produsen dan melindungi kepentingan konsumen”
2. Hukum Konsumen dalam Hukum Perdata
Dalam hukum perdata yang dimaksudkan hukum perdata dalam arti luas, termasuk hukum perdata, hukum dagang serta kaidah-kaidah keperdataan yang
termuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya. Kesemuanya
34
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Diadit Media, 2001, hlm. 30- 52.
Universitas Sumatera Utara
itu baik hukum perdata tertulis maupun hukum perdata tidak tertulis. Seperti penjelasannya, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata ,
terutama dalam buku kedua, ketiga dan keempat. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, Buku Kesatu dan Buku Kedua. Lalu, berbagai
peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan masalah
antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan konsumen. 3.
Hukum Konsumen dalam Hukum Publik Dengan hukum publik dimaksudkan hukum yang mengatur hubungan antara
negara dan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan perorangan. Termasuk hukum publik dan terutama dalam kerangka hukum
konsumen danatau hukum perlindungan konsumen, adalah hukum administrasi negara, hukum pidana, hukum acara perdata danatau hukum acara
pidana dan hukum internasional khususnya hukum perdata internasional. Ketentuan hukum administrasi , misalnya menentukan bahwa pemerintah
melakukan pengaturan dan pembinaan rumah susun dan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang termuat dalam Pasal 4 ayat 1 dan pasal 20 ayat
1 Undang-Undang tentang Rumah Susun, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 LN Tahun 1985 No.75. Selanjutnya dalam Undang-Undang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 73 ditentukan “ Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan upaya kesehatan”. Dari peraturan perundang-undangan diatas terlihat beberapa departemen dan atau lembaga pemerintah tertentu
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tindakan administratif berupa pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha dengan perilaku tertentu dalam melaksanakan undang-
undang tersebut. Ketentuan dasarnya, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
35
Pihak-pihak yang terkait didalam hal ini adalah konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yaitu setiap orang pemakai barang danatau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
36
Sebagai konsumen tentunya memiliki hak dan kewajiban. Hak konsumen, sebagaimana
tertuang dalam Pasal 4 UUPK adalah:
37
1. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang danatau
jasa; 2.
Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan; 3.
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang
digunakan
35
Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat 1
36
Ibid, Pasal 1 ayat 2
37
Ibid, Pasal 4
Universitas Sumatera Utara
5. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6.
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7.
Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi danatau penggantian, apabila
barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;
Apabila hak-hak tersebut diakui oleh Undang-Undang yang mana berarti berlaku hanya di Indonesia, bukan berarti secara Internasional konsumen tidak
memiliki hak terhadap suatu barang dan jasa. Terdapat 4 hak dasar yang diakui secara internasional, yang mana secara umum 4empat hak dasar konsumen,
yaitu:
38
1. Hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety
2. Hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed
3. Hak untuk memilih the right to choose
4. Hak untuk didengar the right to be heard
Pada prinsipnya, apabila adanya suatu hak maka ada suatu kewajiban. Dalam hal inilah yang menjadi kewajiban konsumen, yaitu:
39
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
38
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Grasindo,2000, hlm. 16-27.
39
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
40
Namun ternyata tidak hanya konsumen yang memiliki hak di dalam bidang ini, sangatlah jelas bahwa pada dasarnua hak pelaku usaha adalah:
41
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; 2.
Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen; 4.
Hak untuk rehabilitasi nama baik terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan yang menjadi kewajiban pelaku usaha adalah:
42
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
40
Ibid, Pasal 1 ayat 3
41
Ibid ,Pasal 6
42
Ibid, Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan.atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif 4.
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba
barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau diperdagangkan
6. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan
7. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Tentang kewajiban kedua pelaku usaha yaitu memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan, disebabkan karena
informasi merupakan hak konsumen dan juga karena ketiadaan informasi yang tidak memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu jenis cacat produk cacat
informasi, yang akan sangat merugikan konsumen.
43
43
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hlm. 44.
Informasi adalah sesuatu
Universitas Sumatera Utara
yang sangat penting, terutama yang jelas dan benar adanya, terlebih karena menguntungkan dan melindungi kedua belah pihak.
Objek didalam perlindungan konsumen ini adalah barang dan jasa. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun
tidak bergerak, dapat dihabiskan meupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
konsumen.
44
Jasa pada definisinya adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen.
45
Di dalam memperkenalkan barang dan jasa tersebut perlu dilakukan adanya promosi, yaitu kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu
barang danatau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang danatau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan,
46
Promosi tersebut sangatlah penting dalam proses penyebaran informasi yang dari pengertiannya sendiri dapat
kita ambil fungsinya sendiri yaitu agar masyarakat tahu mengenai fungsi dan tujuan barang danatau jasa tersebut. Namun, promosi juga harus mengandung
unsur agar suatu promosi tersebut efektif terhadap penyebaran informasinya kepada setiap anggota masyarakat, beberapa unsur yang harus ada ialah:
47
1. Kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi
2. Tentang suatu barang danatau jasa yang;
a. akan diperdagangkan, dan
44
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ,Pasal 1 ayat 4
45
Ibid ,Pasal 1 ayat 5
46
Ibid, Pasal 1 ayat 6
47
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Raja Grafindo Persada,2011, hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
b. sedang diperdagangkan
3. Tujuan menarik minat beli dari pihak konsumen
Sangatlah wajar apabila harga yang ditawarkan biasanya lebih rendah daripada harga yang diperdagangkan di tempat lain.
48
Hal ini dapat dilihat dari pengertian promosi itu sendiri yang dapat kita ketahui bahwa tujuannya adalah
menarik minat masyarakat, membuat konsumen memperhatikan apa yang sedang kita promosikan, dan juga mengambil perhatian masyarakat. Semakin besar dan
berkembangnya pasar, maka semakin penting pula suatu perlindungan bagi pihak konsumen. Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun
formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi
produsen atas barang dan jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung
atau tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya sehingga upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang
memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat
sedemikian kompleksnya permasalahan yang mengangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.
49
Pemberian hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen, terdapat lembaga yang dapat menangani segala
hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, yaitu Lembaga Perlindungan
48
Ibid
49
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
Konsumen Swadaya Masyarakat LPSK yang memiliki definisi lembaga non- pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen,
50
yang sesuai dengan penjelasannya bahwa lembaga ini dibentuk untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya
perlindungan konsumen serta menunjukkan bahwa perlindungan konsumen menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
51
Tidak hanya satu badan saja yang wajib dalam pembelaan konsumen, namun ada satu
badan lagi yaitu Badan Perlindungan Konsumen Nasional, yang berfungsi sebagai badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan
konsumen,
52
tampak bahwa saat ini konsumen tidak perlu lagi merasa takut akan dirugikan di dalam suatu pasar karena kedua lembaga yang disahkan oleh undang-
undang adalah lembaga yang cukup kuat dalam melindungi konsumen. Rumusan pengertian Badan Perlindungan Konsumen Nasional sebagai badan yang
membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen adalah pengertian yang luas. Sudah tentu hal ini sangat menguntungkan konsumen. Hal tersebut
memperlihatkan kesungguhan pemerintah untuk memberdayakan konsumen dari kedudukan yang sebelumnya berada pada pihak yang lemah tatkala berhadapan
dengan pelaku usaha yang memiliki bargaining position yang sangat kuat dalam aspek sosial, ekonomi, bahkan psikologi.
53
50
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat 9
51
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Raja Grafindo Persada,2011, hlm. 17.
52
Republik Indonesia, Op.Cit., Pasal 1 ayat 12.
53
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
Berjalannya suatu produk yang akan diperdagangkan kepada konsumen, untuk memastikan bahwa suatu objek tersebut tidak merugikan kedua-belah
pihak, maka perlu adanya suatu klausula baku yang merupakan setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu
secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
54
Sebelum lahirnya UUPK, dalam berbagai literatur lebih banyak memperkenalkan istilah “kontrak
baku” atau “standard baku”, kini dalam UUPK menggunakan istilah klausula baku. Bagi kedua istilah tersebut semuanya benar, mengingat penggunaan istilah
kontrak baku lebih luas yaitu tidak terbatas pada klausula baku yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
didalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen, tetapi juga meliputi bentuknya.
55
Namun, dalam penggunaan kontrak bakuklausula baku, kebebasan untuk melakukan kontrak serta pemberian
kesepakatan terhadap kontrak tersebut tidak dilakukan sebebas dengan perjanjian yang dilakukan secara langsung dengan melibatkan pihak dalam menegosiasikan
klausula perjanjian.
56
54
Republik Indonesia, Op.Cit., Pasal 1 ayat 10.
Suatu kegiatan usaha pasti erat dengan adanya suatu sengketa. Selama ini sengketa konsumen diselesaikan melalui gugatan di
pengadilan, namun pada kenyataanya yang tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pengadilanpun tidak akomodatif untuk menampung sengketa konsumen karena
proses perkara yang terlalu lama dan sangat birokratis. Berdasarkan Pasal 45 UUPK setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
55
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm. 18.
56
Ibid, hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
57
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau selanjutnya disingkat dengan BPSK sebagai badan diluar pengadilan, yang mana memiliki wewenang untuk
menangani dan menyelesaikan segala masalah antara pelaku usaha dan konsumen yang berhubungan dengan pasar, dimana fungsi ini tampak pada pengertian dasar
BPSK adalah badan yang berfungsi menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
58
Untuk lebih mengetahui secara jelas Tugas dan wewenang BPSK, maka diuraikan secara sistematis bahwa tugas dan
wewenang BPSK meliputi:
59
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan
cara melalui mediasi, arbitrasi atau konsiliasi; 2.
Memberikan konsultasi perlindungan konsumen; 3.
Pengawasan klausul baku; 4.
Melapor kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran undang-undang ini;
5. Menerima pengaduan dari konsumen, lisan maupun tertulis, tentang
dilanggarnya perlindungan konsumen 6.
Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa konsumen 7.
Memanggil pelaku usaha pelanggar
57
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hlm. 126.
58
Republik Indonesia, Op.Cit., Pasal 1 ayat 11
59
Ibid, Pasal 52.
Universitas Sumatera Utara
8. Menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran itu 9.
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan mereka tersebut huruf g apabila tidak mau memenuhi panggilan
10. Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen atau alat-alat bukti
lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan 11.
Memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen 12.
Memberitahukan keputusan kepada pelaku usaha pelanggaran undang-undang 13.
Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha pelanggar undang- undang
Pengertian BPSK baru memberikan makna apabila dihubungkan dengan substansi penjelasannya, sehingga pengertian tersebut seharusnya
menyatakan,”Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang menangani dan menyelesaikan sengketa di luar pengadilan antara pelaku usaha
dan konsumen secara efisien, cepat, murah dan profesional”.
60
Penyelesaian sengketa melalui BPSK hanya menerima perkara yang nilai kerugiannya kecil,
yang mana pemeriksaannya dilakukan oleh hakim tunggal dan kehadiran penuh pihak ketiga pengacara sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak
diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan dengan hukum yang berlaku.
61
60
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm. 20.
61
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta : Diadit Media, 2001, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
C. Peranan Pemerintah Untuk Melindungi Konsumen di dalam Industri