BAB II ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN
KEGIATAN ASURANSI
A. Usaha Perasuransian
Usaha perasuransian pada mulanya masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda yang pada saat itu negara Indonesia masih disebut dengan
Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negara kita sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.
Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlakukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi
dalam dua kurun waktu yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan. Perusahaan-perusahaan
asuransi yang ada di zaman Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu adalah : 1.
Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda 2.
Perusahaan-perusahaan yang merupakan kantor cabang dari perusahaan asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan negara lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan
kepentingan bangsa Belanda, Inggris dan bangsa Eropa lainnya sehingga manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat
pribumi.
Universitas Sumatera Utara
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan
pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran karena jumlah kendaraan bermotor sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Belanda
dan bangsa asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian
satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis berhenti, terutama karena pemisahan perusahaan asuransi milik Belanda
dan Inggris. Setelah Perang Dunia II usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris
kembali beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan asing terumata
Belanda dan Inggris. Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang disebut “Bataviasche Verzekerings Unie” BVU
pada tahun 1946 yang melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Kemudian mulailah bermunculan berbagai perusahaan asuransi baik lokal maupun asing di
Indonesia hingga saat ini.
7
Usaha perasuransian di Indonesia terus berkembang sehingga menjadi salah satu kegiatan usaha yang diatur oleh pemerintah karena di dalamnya merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat. Usaha perasuransian ini telah disahkan pada tanggal 11 Februari 1992 yaitu Undang-
7
Sejarah Asuransi, www-asuransi.comsejarah asuransi.htm. diakses tanggal 11 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian selanjutnya disingkat dengan UUUP.
8
Peraturan mengenai usaha perasuransian tersebut merupakan hukum publik yang mengatur kegiatan usaha perasuransian, sedangkan perjanjian yang timbul
sehubungan dengan kontrak asuransi diatur tersendiri di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang KUHD yang merupakan hukum privat.
9
Menurut UUUP, kegiatan asuransi merupakan salah satu kegiatan menghimpun dana masyarakat yang pada akhirnya akan dikembalikan kepada
masyarakat dalam bentuk manfaat asuransi. Meskipun sama-sama menghimpun dana, kegiatan perasuransian tidak sama dengan kegiatan perbankan. Salah satu
perbedaan yang sangat prinsip dan mencolok adalah jika konsumen akan mendapatkan bunga setelah uang tersebut disimpan di bank selama beberapa hari,
bulan, bahkan tahun. Sebaliknya, apabila konsumen menggunakan uangnya untuk membayar premi asuransi jiwa selama masa pertanggungan, kompensasinya
adalah konsumen mendapatkan manfaat asuransi jiwa berupa proteksi selama masa pertanggungan dan sejumlah uang pertanggungan pada waktu berakhirnya
masa pertanggungan.
10
Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian yang mengikat antara pihak penanggung dengan pihak yang tertanggung yang mana dalam hal ini
pihak penanggung akan menerima premi asuransi dari pihak tertanggung yang sebagai gantinya pihak tertanggung akan mendapatkan tanggung jawab dari pihak
penanggung atas terjadinya suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan
8
Usaha Perasuransian, www.ojk.co.idusaha-perasuransian.htm
. diakses tanggal 7 Juni 2014.
9
Asuransi, www.bapepam.go.idasuransi.htm
. diakses tanggal 7 Juni 2014.
10
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya Bandung: PT. Citra aditya bakti, 2009, hlm. 193.
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan yang merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya.
11
Bahan pertanggungan atau yang dikatakan sebagai obyek asuransi adalah hal-hal yang dapat ditanggung oleh pihak penanggang adalah berupa benda-benda
yang dimiliki oleh pihak tertanggung, jasa pihak tertanggung, jiwa dan raga pihak tertanggung serta materil yang hilang dikarenakan oleh suatu kejadian yang
merugikan pihak tertanggung dan kerusakan yang bukan disengaja. Sebagai contoh adalah sebuah kecelakaan mobil yang mengakibatkan mobil tersebut
hancur. Apabila mobil tersebut sebelumnya telah diasuransikan, maka mobil itu menjadi tanggungjawab pihak penanggung.
12
Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi yang bergerak dibidang Kerugian, Jiwa, Reasuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, Agen
Asuransi, Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsultas Aktuaria.
13
Usaha Perasuransian dibagi menjadi 2 dua sesuai dengan penjabaran diatas, yaitu :
14
1. Usaha Asuransi
a. Usaha Asuransi Kerugian, yaitu usaha yang memberikan jasa dalam
penanggulangan resiko atas kerugian, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
b. Usaha Asuransi Jiwa, yaitu usaha yang memberikan jasa dalam
penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
c. Usaha Reasuransi, yaitu usaha yang memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.
2. Usaha Penunjang Usaha Asuransi
11
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Pengertian Asuransi atau Pertanggungan, Pasal 1 ayat 1
12
Ibid , Pasal 1 ayat 2
13
Ibid , Pasal 1 ayat 4
14
Bagaimana Aturan Usaha
Perasuransian di Indonesia, www.bapepam.go.idperasuransian.htm diakses tanggal 20 Juli 2014.
Universitas Sumatera Utara
a. Usaha Pialang Asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan
dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepetingan tertanggung.
b. Usaha Pialang Reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi. c.
Usaha Penilai Kerugian Asuransi, yaitu usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian obyek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Usaha Konsultan Aktuaria, yaitu usaha yang memberikan jasa konsultasi
aktuaria. e.
Usaha Agen Asuransi, yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
Hanya terdapat 3 tiga badan hukum yang dianggap layak untuk melakukan usaha perasuransian. Ketiga badan hukum tersebut adalah Perusahaan Perseroan
selanjutnya disingkat dengan PERSERO, Koperasi dan Usaha Bersama Mutual.
15
PERSERO adalah perusahaan yang semua modalnya berbentuk saham, yang jenis peredarannya tergantung jenis saham tersebut.
16
Perseroan terbatas diatur pada Pasal 1 undang-undang perseroan terbatas yaitu badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha degan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
ini serta peraturan pelaksanaanya. Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menegaskan pengertian koperasi pada Persero adalah
suatu bentuk usaha yang berbentuk perseroan terbatas yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
15
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perusahaan Perasuransian, Pasal 7 ayat 1.
16
Jenis Badan Usaha Indonesia, www.perusahaan.web.id
diakses tanggal 20 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 ayat 1 yaitu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Lain pula dengan Usaha Bersama Mutual yang merupakan badan usaha namun
peraturan undang-undangnya belum ada, untuk sementara ketentuan tentang usaha perasuransian yang berbentuk usaha bersama akan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
17
Usaha bersama mutual dapat dikategorikan sebagai persekutuan perdata maatschap. Di dalam hal kepemilikan perusahaan perasuransian,
perusahaan perasuransian hanya dapat didirikan oleh :
18
1. Warga Negara Indonesia WNI dan atau badan hukum Indonesia yang
sepenuhnya dimiliki warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia 2.
Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing
Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib mendapatkan izin usaha dari menteri, kecuali bagi perusahaan yang menyelanggarakan
Program Asuransi Sosial.
19
Program asuransi sosial adalah suatu program yang merupakan turun tangan dari pemerintah yang bersifat memberikan
perlindungan bagi masyarakat.
20
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan izin usaha butuh memenuhi beberapa persyaratan mengenai :
21
a. Anggaran dasar
b. Susunan organisasi
c. Permodalan
d. Kepemilikan
e. Keahlian di bidang perasuransian
f. Kelayakan rencana kerja
17
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Perusahaan Perasuransian, Pasal 7 ayat 3.
18
Ibid
19
Ibid, Pasal 9 ayat 1.
20
Jenis Badan Usaha Indonesia, www.akademiasuransi.org diakses tanggal 21 Juli 2014.
21
Republik Indonesia, Op.Cit, Pasal 9 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
g. Hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha
perasuransian secara sehat Selain dalam perlunya suatu perizinan dalam usaha perasuransian, suatu
usaha perasuransian membutuhkan pengawasan yang wajib dilakukan oleh menteri.
22
Hal-hal didalam usaha perasuransian yang memerlukan pembinaan dan pengawasan meliputi:
23
1. Kesehatan keuangan bagi perusahaan asuransi kerugian, perusahaan
asuransi jiwa dan perusahaan reasuransi, yang terdiri dari: a.
Batas tingkat solvabilitas; b.
Retensi sendiri; c.
Reasuransi; d.
Investasi; e.
Cadangan teknis; dan f.
Ketentuan-Ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan;
2. Penyelenggaraan usaha, yang terdiri dari:
a. Syarat-syarat polis asuransi;
b. Tingkat premi;
c. Penyelesaian klaim;
d. Persyaratan keahlian di bidang perasuransian; dan
e. Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan
usaha; Segala hal yang mengatur masalah perusahaan perasuransian telah diatur,
namun apabila dalam suatu hal terdapat pelanggaran terhadap ketentuan dalam
22
Ibid , Pasal 10.
23
Ibid , Pasal 11 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
undang-undang ini atau peraturan pelaksanaanya, menteri dapat melakukan tindakan berupa pemberian peringatan, pembatasan kegiatan usaha, atau
pencabutan izin usaha,
24
namun tetap memiliki tahapan yang berstruktur dengan tahapan pelaksanaan yang utama yaitu pemberian peringatan, yang kedua
pembatasan kegiatan usaha dan yang terakhir adalah pencabutan izin usaha,
25
oleh sebab itu sebab itulah sebelum sampai pada tahapan akhir, menteri dapat
memerintahkan perusahaan yang bersangkutan untuk menyusun rencana dalam rangka mengatasi penyebab dari pembatasan kegiatan usahanya,
26
dan pada akhirnya pencabutan izin usaha tersebut akan diumumkan oleh menteri dalam
surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran luas.
27
B. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun