C. Peranan Pemerintah Untuk Melindungi Konsumen di dalam Industri
Asuransi Menurut UU No 2 tahun 1992
Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi dijelaskan dalam Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang
berbunyi : “Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang.” Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi yang dijelaskan dalam
UUUP masih tergolong belum jelas, karena di dalam undang-undang tersebut tidak menyebutkan secara rinci mengenai perlindungan hukum yang seperti apa
yang diberikan kepada nasabah asuransi berkaitan dengan hak dan kewajiban yang seharusnya diterima oleh nasabah sebagai pihak pemakai jasa asuransi yang
pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam mendapatkan perlindungan hukum. Penjelasan dalam pasal tersebut mengandung banyak makna yang oleh
sebagian besar orang memiliki pemahaman yang berbeda. Hal yang sangat wajar apabila kemudian muncul banyak pertanyaan seputar perlindungan yang
bagaimana dan seperti apa yang dimaksudkan di dalam UUUP ini.
62
Pelaksanaan perlindungan yang dijelaskan dalam UUUP perlu diselaraskan dengan undang-undang lain yang memiliki keterkaitan dan dapat saling
menunjang antara satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah UUPK. UUPK
62
Septiana Wahyu Triwidiyanti, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi JS. Proteksi Extra Income Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian Studi di PT. Asuransi Jiwasraya,”Tesis, Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya,2013, hlm.16.
Universitas Sumatera Utara
banyak menyebutkan mengenai perlindungan yang dapat diberikan terhadap nasabah asuransi dalam kedudukannya sebagai pemakai jasa asuransi.
63
Pentingnya peranan usaha perasuransian dalam perekonomian nasional membuat pemerintah juga ikut mempunyai andil untuk senantiasa menjamin
usaha perasuransian yang berkelanjutan demi melindungi hak-hak setiap nasabahnya yang dibuktikan dengan adanya ketentuan yang sudah diatur secara
baik dan mendetail sebagai landasan dari kegiatan usaha perasuransian di Indonesia, meliputi:
64
1. Persyaratan bagi direksi dan komisaris untuk dinilai kemampuan dan
kepatutannya; 2.
Persyaratan bagi perusahaan asuransi untuk memperkerjakan secara tetap tenaga ahli yang berkualifikasi sesuai bidang asuransi yang memberikan
petunjuk perusahaan dikelola secara profesional; 3.
Pengaturan meneganai batas tingkat solvabilitas minimum perusahaan; 4.
Kewajiban Perusahaan Asuransi untuk diaudit laporan keuangannya oleh Akuntan Publik;
5. Kewajiban untuk memiliki dukungan reasuransi;
6. Ketentuan dasar dalam penyusunan polis.
Perlindungan hukum terhadap nasabah perusahaan asuransi pada dasarnya sudah ada sejak diterbitkannya polis asuransi melalui Keputusan Menteri
63
Ibid, hlm. 15.
64
Istikhomah Dika Romadhona, “Kajian Yuridis Terhadap Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengajuan Permogonan Pernyataan Pailit bagi Perusahaan Asuransi Berkaitan
Dengan Perlindungan Hukum Nasabah,” http:hukum.studentjournal.ub.ac.idindex.php
hukumarticledownload489481 . diakses tanggal 24 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
Keuangan RI Nomor. 225KMK.0171993 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Selain itu untuk lebih menjamin hak dan
kewajiban para pihak agar dapat terlaksana dengan baik pemerintah juga mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. Pasal 23 ayat 1 disebutkan bahwa: Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dilarang melakukan
tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak melakukan tindakan, yang seharusnya dilakukan yang dapat mengakibatkan
kelambatan penyelesaian atau pembayaran klaim. Kepailitan di perusahaan asuransi menyebabkan kepentingan nasabah juga
dilindungi secara mutlak, meskipun perlindungan hukum tersebut hanya menyangkut kedudukan hukum nasabah ketika terjadi kepailitan perusahaan
asuransi. Pasal 20 ayat 2 UUUP menyebutkan bahwa : “Hak pemegang polis atas harta kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi
Jiwa yang dilikuidasi merupakan hak utama” Likuidasi tidak berbeda dengan kepailitan, karena akhir dari kepailitan bisa
berakhir dengan kepailitan ataupun sebaliknya. Jika suatu perusahaan asuransi telah dinyatakan pailit, maka kedudukan nasabah perusahaan asuransi merupakan
kreditur prefere yaitu kreditur yang oleh undang-undang, semata-mata karena sifat piutangnya, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditur preferen merupakan
kreditur yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh Undang- Undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya sebagaimana Pasal 1134 KUHPerdata.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 55 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Dengan tetap
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56, pasal 57 dan pasal 58, setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek atau hak guna atas kebendaan lainnya dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan”. Sehingga nasabah dari perusahaan asuransi
yang telah dijatuhi pailit berhak untuk mengajukan tuntutan pemenuhan kewajiban pembayaran utang terhadap perusahaan asuransi yang bersangkutan
untuk mendapatkan pelunasan terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN AGEN ASURANSI DALAM INDUSTRI ASURANSI