permohonan kedua yang diterima Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 3 Februari 2014, yang pada pokoknya sebagai berikut:
A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
1. Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945 juncto Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,
Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa dan mengadili dalam tingkat pertama dan terakhir perkara pengujian Undang-Undang terhadap UUD
1945;
2. Bahwa oleh karena objek permohonan pengujian ini adalah materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5456, selanjutnya disebut UU 42014 maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili
permohonan pengujian ini;
B. Kedudukan Hukum Legal Standing Para Pemohon
a Bahwa para Pemohon adalah dosen yang mengabdikan diri untuk menjadi pendidik di Fakultas Hukum Universitas Jember, selama ini
melakukan proses pembelajaran berdasarkan jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktor sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi selanjutnya disebut UU 122012, menyatakan Pendidikan Tinggi
adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor,
dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia;
b Bahwa dalam sistem pendidikan nasional secara hukum ditegaskan bahwa penjenjangan pendidikan tersebut dilakukan untuk menunjukkan
kualifikasi dan kemampuan peserta didik, dosen dan kelembagaan lembaga pendidikan dimaksud. Kualifikasi dan kompetensi dari
penjenjangan tersebut setidaknya dalam proses pembelajaran sampai kewenangan evaluasi. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 ayat 3
UU 122012 yang menyatakan, “Program sarjana wajib memiliki dosen yang berkualifikasi akademik minimum lulusan program magister atau
sederajat.”; juga sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 19 ayat 3 UU 122012 yang menyatakan,
“Program magister wajib memiliki dosen yang
berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau yang sederajat.”; juga sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat 3 UU 122012 yang
menyatakan, “Program doktor wajib memiliki Dosen yang berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau yang sederajat.”
Berdasarkan ketentuan hukum dimaksud jelas penjenjangan pendidikan adalah menunjukkan pengakuan tentang kualifikasi pendidikan yang
harus dilindungi dan dihormati kepastian hukumnya;
c Bahwa konstitusi secara tegas menjamin atas kepastian hukum dan selanjutnya menjadi hak konstitusional setiap warga negara termasuk
para Pemohon sebagaimana ditegaskan dalam: a. Pasal 28C ayat 1 UUD 1945, para Pemohon memiliki hak
konstitusional untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia;
b. Pasal 28D ayat 1 UUD 1945, para Pemohon memiliki hak konstitusional untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta hak konstitusional untuk mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum;
d Bahwa para Pemohon merasa dirugikan secara konstitusional atau pasti mengalami potensi kerugian karena hak-hak konstitusional para
Pemohon sebagai pendidik atas adanya ketentuannorma dalam UU 42014, yaitu dalam Pasal 18A ayat 1 menyatakan, Hakim konstitusi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 sebelum ditetapkan Presiden, terlebih dahulu harus melalui uji kelayakan dan kepatutan yang
dilaksanakan oleh Panel Ahli.”; Syarat untuk menjadi Panel Ahli” dalam Pasal 18C ayat 3 dinyatakan
sebagai berikut: Panel Ahli harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki reputasi dan rekam jejak yang tidak tercela; b. memiliki kredibilitas dan integritas;
c. menguasai ilmu hukum dan memahami Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. berpendidikan paling rendah
magister;
sementara syarat calon hakim Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi, selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, seorang calon hakim
konstitusi harus memenuhi syarat: a. warga negara Indonesia;
b.
berijazah doktor dengan dasar sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
e Bahwa berdasarkan ketentuan dalam UU 42014 ini, secara hukum berarti memberikan kewenangan kepada Panel Ahli yang berpendidikan
magister untuk menguji calon Hakim Mahkamah Konstitusi yang bergelar doktor. Ketentuan ini jelas menginjak-nginjak dan tidak menghargai
secara hukum sistem penjenjangan pendidikan nasional. Atas dasar tersebut para Pemohon merasa tidak dihormati hak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukumnya sebagaimana diatur dalam Pasal 28D UUD 1945. Karenanya para Pemohon merasa
dirugikan hak-hak konstitusionalnya sebagai warga negara yang menegakkan sistem pendidikan nasional;
C. Alasan Permohonan