Kebijakan negara berupa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 ini substansi tidak saja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945,
akan tetapi juga a histori dan tidak sesuai dengan maksud pembentuk Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pada saat pembahasan di
sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Pendapat tentang Pengaturan Kewenangan Komisi Yudisial untuk membentuk Panel Ahli
Mengenai kewenangan Komisi Yudisial menurut UUD 1945, Ahli ingin kemukakan, bahwa apabila kita cermati secara histori dari sejarah
pembentukkannya, maka kita dapat temukan beberapa pandangan dalam Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Buku VI Kekuasaan Kehakiman, yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, 2010, bahwa Komisi Yudisial memang digagas untuk salah satu diantaranya adalah mengawasi perilaku hakim yang berada di
lingkungan Mahkamah Agung dan di lingkungan badan-badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, di samping untuk melakukan rekruitmen
terhadap hakim agung serta mempromosikan hakim-hakim. Jadi, sebenamya gagasan yang berkembang tentang wewenang Komisi
Yudisial untuk mengawasi perilaku hakim dan merekrut atau mempromosikan hakim-hakim pada saat pembahasan Rancangan
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 itu, hanya ditujukan untuk Hakim Agung dan hakim-hakim yang berada di bawah Mahkamah Agung. Tidak
pada Hakim Konstitusi yang berada di lingkungan Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian, jika kemudian sekarang Pasal 18B Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2014 mengatur, bahwa Komisi Yudisial diberi kewenangan untuk membentuk Panel Ahli untuk melakukan uji kelayakan
dan kepatutan calon hakim konstitusi, maka terhadap ketentuan ini saya memberikan beberapa catatan sebagai berikut:
a Bahwa Pasal 18B Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 itu secara
materiil telah menyimpang dari ketentuan Pasal 24B ayat 1 UUD 1945 yang mengatur wewenang Komisi Yudisial secara terbatas hanya
untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
b Bahwa tidak ada, baik secara histori dalam pembahasan Rancangan Perubahan UUD 1945 maupun secara yuridis-formal, ada pandangan-
pandangan atau ketentuan-ketentuan di dalam UUD 1945 yang mengatur dan memerintahkan, agar Komisi Yudisial teriibat dalam
proses rekruitmen hakim-hakim konstitusi, dan oleh sebab itu diberi kewenangan untuk membentuk Panel Ahli;
c Bahwa dengan demikian, Pasal 18B Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 yang mengatur, bahwa Komisi Yudisial memiliki kewenangan
untuk membentuk Panel Ahli tidak saja a histori atau bertentangan dengan maksud pembentukan Komisi Yudisial dalam sejarah
pembahasan Rancangan Perubahan UUD 1945, akan tetapi juga telah bertentangan dengan ketentuan Pasal 24B ayat 1 UUD 1945.
Dalam pandangan Ahli, institusi Panel Ahli diperlukan di dalam sistem rekrutmen hakim-hakim konstitusi, akan tetapi institusi tersebut bukan
dibentuk oleh Komisi Yudisial, melainkan dibentuk oleh masing-masing cabang kekuasaan negara DPR, Presiden dan Mahkamah Agung dalam
rangka menjalankan perintah Pasal 24C ayat 3 UUD 1945.
4. Pendapat tentang pengaturan persyaratan untuk menjadi Anggota Panel Ahli