dan butik yang dikelolanya sejak bercerai dengan ayah Karla. Namun bagaimana pun keadaan keluarganya yang sekarang, ia tetap menyayangi kedua orang
tuanya. Kehidupannya yang sekarang membuatnya membutuhkan sosok yang mampu memberikan rasa nyaman dan ketenangan untuknya, dan untuk
menghilangkan kecemasan tentang itu ia banyak menghabiskan waktu dengan sahabat – sahabatnya.
4.2.1.2 Konflik Batin Tokoh Utama dengan Kekasihnya
Dalam novel Forgiven diceritakan bahwa pada masa SMA Karla menjalin hubungan kekasih dengan salah seorang dari sahabatnya yang bernama
Alfan. Namun meskipun telah menjadi sepasang kekasih, mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama – sama dengan sahabat – sahabatnya yang lain
daripada berdua. “….Aku dan Alfan berpacaran—baru beberapa waktu
belakangan. Meski begitu kami lebih sering berenam daripada berdua karena pertemanan ini telah dimulai lebih
dulu. “ Morra,2010 : 14
Alfan adalah anak laki – laki yang tergolong nakal. Dan Karla tidak nyaman dengan hal itu. Alfan sering tidak mengindahkan perkataan Karla dan
itu membuat Karla enggan berurusan dengan Alfan. “Alfan baru keluar dari kantin bersama dua orang yang lain.
Perasaanku mendadak tidak nyaman. Menstruasi ini menyiksa, tapi bukan karena itu. Entahlah, tapi perasaan ini
pernah datang pada waktu aku tahu pasti Alfan habis merokok. Begitu ia mendekat, aku tahu itu terulang lagi.”
Morra,2010 : 15
Universitas Sumatera Utara
Meskipun Alfan kekasihnya, tapi Karla tidak pernah merasakan hal yang spesial tentang Alfan. Dan belakangan ia pun mengenal Alfan lebih dalam lagi
setelah peristiwa balas dendam terhadap kepala sekolah mereka. Seharusnya Alfan ada di saat rencana itu berlangsung, namun di saat kejadian yang tidak
diinginkan terjadi Alfan menghilang dan lepas tanggung jawab. “Aku pakai rok, mana mungkin bisa memanjati pagar ini
secepat itu. Tapi, aku bisa mengandalkan kedua kakiku untuk segera berlari dan meghilang begitu mencapai tanah.
Aku teringat Alfan. Mana Alfan? Harusnya dia melakukan sesuatu saat ini.” Morra,2010 : 54
Pada saat itu Karla menyadari ada yang tidak beres dengan Alfan. Karla menghubungkan peristiwa saat Will dan Alfan bertengkar dengan kejadian balas
dendam itu. “Lalu aku teringat pembicaraan itu. Pembicaraan antara
Will dan Alfan, dan ketegangan – ketegangan di tengah – tengah mereka. Aku berusaha mencocokkan bagian itu
dengan gambar – gambar yang lain, dan entah bagaimana, kurasa itu bagian yang berbeda.” Morra,2010 : 58
Karla sangat terpukul saat mengetahui bahwa Alfan merencanakan hal yang buruk dari Wahyu. Alfan menginginkan hal yang tidak senonoh dengan
Karla. Karla tidak menyangka, Alfan bisa berpikiran seperti itu. “Aku tidak mampu mengangkat wajah. Lututku terasa
lemas. Sadar betapa berat dan jauh dari akal sehatku semua rentetan kejadian ini. Wahyu memegang tanganku.
Bisiknya,”Aku nggak suka bilangnya. Maaf. Kita memang anak-anak nakal.”” Morra,2010 : 60
Karla begitu kecewa pada Alfan. Kekasih yang juga merupakan sahabatnya itu tega merencanakan hal yang tidak terpuji seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
”Aku masih mencoba tersenyum sekali lagi sebelum berbalik ke ruang guru. Sejumlah pikiran tentang Alfan,
tentang Will, tentang persahabatan ini, mulai menyerang lagi. Aku begitu lelah. Aku menoleh ke deretan kelas tiga.
Mencoba menemukan Alfan.. dan Will” Morra,2010 : 6
Pada saat Karla diskors oleh kepala sekolah, Karla melihat Alfan sedang bersama seseorang. Kenyataan bahwa selama dia tidak masuk sekolah Alfan
sudah mempunyai kekasih baru cukup membuat Karla terhenyak. “Kemudian aku melihat Alfan. Dia ada di sisi lapangan
yang berseberangan denganku. Dia bersama dengan seseorang. Anak perempuan. Aku tidak tahu siapa namanya,
tapi dia anak dari salah satu kelas IPS. Bahasa tubuh di antara mereka sama seperti yang ada di antara Laut dan
Lala.” Morra 2010 : 89
Hal yang lebih membuat Karla kecewa dan sadar sifat Alfan yang sebenarnya adalah saat mengetahui Alfan bersih dari tuduhan mengenai kejadian
balas dendam dengan kepala sekolah mereka. Dalam benak Karla tentang Alfan adalah sosok yang tidak pernah memiliki rasa tanggungjawab. Dia hanya mampu
memikirkan dirinya sendiri dan bagaimana lepas dari masalah. “Kata Will, entah bagaimana guru – guru akhirnya
memutuskan Alfan bersih dari segala keterlibatan dengan Robby dan tikus mati itu. Dia dipanggil menghadap Pak
Juandi—Will dan Robby tidak dipanggil—dan semua orang menyaksikannya. Kupikir, begitu juga dengan Will, hanya
satu yang bisa meloloskannya dri tuduhan yaitu kemampuan bersilat lidah yang hebat. Ini, dan
pertengkarannya dengan Will di garasi itu, sudah cukup menunjukkan siapa Alfan sebenarnya.” Morra 2010 : 89
Karla memang cukup kecewa dengan sifat – sifat Alfan yang baru dia ketahui, namun ia memutuskan untuk tidak terhanyut dalam emosi dan
membenci Alfan, tapi lebih memilih untuk tidak lagi mengenal Alfan.
Universitas Sumatera Utara
“Will sudah tidak bicara lagi dengannya. Aku tidak tahu bagaimana dengan keempat orang yang lain. Tapi aku—aku
tidak ingin memiliki kebencian terhadap seseorang. Begitulah yang dikatakan papa. Jadi, kepada Alfan, aku
hanya merasa aku tidak mau mengenalnya lagi.” Morra 2010 : 89
Kekecewaan terhadap Alfan menyadarkan Karla bahwa ia belum benar – benar mengenal sosok kekasihnya yang sekaligus sudah dianggapnya sebagai
salah satu sahabatnya. Alfan bukanlah sosok yang diinginkannya, yaitu seorang laki-laki yang penuh dengan kehangatan, pengorbanan, pengertian, dan
tanggungjawab.
4.2.1.3 Konflik Batin Tokoh Utama dengan William