tokoh utama atau kehadirannya sangat diperlukan untuk memperkuat karakter tokoh utama.
2.1.3 Penokohan
Gambaran mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya dan batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat
istiadatnya, dan sebagainya disebut dengan penokohan. Menurut Suroto 1989:92 ada dua hal yang penting dalam penokohan,
yaitu teknik penyampaian dan kepribadian tokoh yang ditampilkan. Keduanya memiliki hubungan yang erat karena penggambaran tokoh harus sesuai dengan
watakkepribadian tokoh itu sendiri. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro,1995:165 penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
2.1.4 Psikologi Sastra
Dalam menganalisis novel ini, penulis mempergunakan teori psikologi sastra. Teori psikologi bukanlah hal yang baru dalam sastra, karena tokoh dalam
sebuah karya sastra memiliki jiwa yang dibahas dalam psikologi. Jiwa itu sendiri bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh, dan hanya timbul
melalui reaksi sebagai hasil observasi. Hasilnya itu dapat kita lihat dalam bentuk tingkah laku seseorang, seperti seseorang sedang menangis, tertawa, ataupun
marah. Ekspresi sangat penting meskipun tidak semua hal dapat dilihat dari tingkah laku.
Universitas Sumatera Utara
Dalam prosesnya peneliti melakukan penelitian dengan mempergunakan teori psikologi sastra melalui pendekatan psikoanalisa yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud. Freud meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak
didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam
bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan atau dipenuhi.
Endaswara berpendapat dalam bukunya 2008 : 99 bahwa meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta tetap memanfaatkan hukum –
hukum psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh – tokohnya. Pencipta sadar atau tidak telah menerapkan teori psikologi secara diam – diam.
Kemudian Ratna 2004:343 mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra,
yaitu : a memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi dalam karya sastra, dan c
memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.
2.1.5 Konflik Batin