4.2.1.1 Konflik Batin yang Dipicu Perceraian Orang Tuanya
Konflik batin yang pertama yang dialami oleh Karla adalah dengan orangtuanya yang sudah bercerai begitu mempengaruhinya. Kenyataan ini
mengharuskan ia harus terpisah jauh dari ayahnya yang sekarang menetap di Singapura. Dan untuk bertemu dengan ayahnya setidaknya dalam setahun ia
empat kali harus singgah ke Singapura. Sedangkan ibunya yang kini sedang berkencan dengan Sean, pria bule Amerika sudah berencana akan menikah lagi.
Sebenarnya Karla memakluminya namun ia tetap merasa Sean calon ayah barunya itu sudah terlalu cepat memasuki rumahnya yang masih banyak
menyimpan kenangan Karla dengan ayahnya dulu “Saat ini Mamaku sedang dekat dengan bule Amerika yang
kelak akan ia nikahi. Aku tahu ini wajar, dan Mama pantas mendapatkannya. Tapi kurasa Sean—bule Amerika itu—
telah masuk ke rumahku terlalu cepat. Rumahku adalah kenanganku dengan papa, dan setiap kenangan dengan papa
adalah momen yang sangat pribadi dan emosional untukku. Setiap Mama memasak untuk Sean, aku berpikir, siapa yang
memasak untuk Papa? Papa memang bisa memasak sendiri, dan Papa senang melakukannya. Tapi harus ada seseorang
yang memasak untuknya.” Morra,2010 : 33
Karla sangat menyayangi ayahnya. Semua kenangan dengan ayahnya membuatnya begitu ingin tetap selalu dekat dengan ayahnya. Karla tidak ingin
melukai hati ayahnya atau mengecewakannya. “….Aku tak tahu hukuman seperti apa yang akan aku terima.
Mama akan mendengar tentang semua ini. Dengan begitu, papa juga. Pikiran yang terakhir itu membuatku ingin
menangis.” Morra,2010 : 56
Kehadiran Sean di hidupnya sebenarnya sangat mengganggu. Namun ia sadar bahwa ibunya memerlukan sosok seorang pria pengganti ayah Karla,
Universitas Sumatera Utara
karena bagaimana pun ibu Karla masih muda. Walaupun memaklumi keadaan ibunya, namun dalam diri Karla sebenarnya tidak mau hidup dan tinggal kelak
bersama dengan Sean. “Aku tidak mau hidup dengan Sean. Waktu itu aku tidak
tahu kalau di Amerika para mahasiswa tinggal di asrama – asrama kampus. …..” Morra,2010 : 66
Kehendak id pada diri Karla menginginkannya menolak kehadiran Sean di hidupnya. Tetapi superego dalam diri Karla tidak menghendakinya, karena ia
sangat memahami keberadaan Sean sangat berarti untuk ibunya. Ia menyayangi ibunya, oleh sebab itu ia harus berusaha menerima keberadaan Sean. Untuk
menyelamatkan ego dari kecemasan, ego menghapus kehendak dengan menekan hasrat tidak suka yang menimbulkan penolakan terhadap hadirnya Sean kekasih
ibunya tetap berada dalam tidak sadar id dan tidak muncul ke kesadaran ego sehingga tidak menimbulkan pertengkaran dengan ibunya. Meskipun ia tidak
menyukai Sean dan enggan berbicara dengannya namun ia selalu berusaha untuk bersikap biasa saja di depannya karena menghargai ibunya.
Tentang hal perceraian orangtuanya ini Karla masih sering menyembunyikan kesedihannya bahkan dari teman - temannya sekalipun. Ia
tidak ingin orang lain tahu sisi rapuhnya sebagai seorang anak broken home. ”Aku masih berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan
– perubahan ini. Tapi tak seorang pun temanku yang tahu tentang hal itu. Aku pun tak ingin mereka tahu. Mereka
bahkan tak pernah melihatku menangis. Tidak juga Alfan.” Morra,2010 : 33
Di sisi lain, Karla membiasakan diri untuk mandiri karena menyadari bahwa ibunya sudah cukup sibuk dengan segala kesibukan – kesibukan rumah
Universitas Sumatera Utara
dan butik yang dikelolanya sejak bercerai dengan ayah Karla. Namun bagaimana pun keadaan keluarganya yang sekarang, ia tetap menyayangi kedua orang
tuanya. Kehidupannya yang sekarang membuatnya membutuhkan sosok yang mampu memberikan rasa nyaman dan ketenangan untuknya, dan untuk
menghilangkan kecemasan tentang itu ia banyak menghabiskan waktu dengan sahabat – sahabatnya.
4.2.1.2 Konflik Batin Tokoh Utama dengan Kekasihnya